Orang Asing

00.00

1

 

Kesadaran Miyeon perlahan kembali dengan cepat ia melihat kesegala arah namun gerakannya terhenti ketika rasa sakit ditubuhnya kembali, ia mengerang pelan dan mencoba mengistirahatkan tubuhnya lagi, “aku harus menemukan tasku.” Gumamnya pelan menyadari tas kecil yang ia selalu bawa tidak menempel ditubuhnya. Tidak lama berselang seluruh indranya kembali merasakan sesuatu mendekat, dengan segala tenaga yang tersisa gadis berambut coklat itu berusaha untuk berdiri dan kabur namun kembali terhenti oleh tangan yang menggenggam erat lengannya.

              Miyeon memekik panik, ia merasa genggamannya semakin erat dan itu tidak membuatnya semakin tenang. Ia meronta, pikirannya kalut setelah banyak kejadian yang ia alami hingga ia berakhir seperti ini. “Hei, tenang!” ucap si pemilik tangan dengan kasar, “Buka matamu!”

              Miyeon tidak sadar ia memejamkan kedua matanya sedari tadi, ia merasa ada yang ganjil dari suara itu. Perlahan ia membuka kedua matanya dan melihat si pemilik suara itu. Seorang manusia. Gadis. Berparas cantik menatapnya dengan gusar. “Kau sinting? Apa yang kau lakukan dihutan? Dimana keluargamu?” tanya gadis berambut hitam itu tanpa basa-basi.

              “Dimana tasku?” tanya Miyeon pelan tanpa menurunkan penjagaannya.

              Gadis itu semakin gusar, “Aku menemukanmu tidak sadarkan diri dan yang kau cari pertama ketika sadar adalah tasmu? Kepalamu terbentur sesuatu?”

              “Tidak,” jawab Miyeon ikut gusar mendengar suara kasar gadis itu, “kau bisa melanjutkan perjalananmu. Terimakasih sudah menemukanku.” Gadis itu pergi, ia tetap duduk disamping Miyeon yang kembali mengerang kesakitan. Miyeon mendengar gadis itu menghela napas panjang, tentu saja itu membuat Miyeon semakin kesal. Ia merasa terhina, karena ia tidak dapat melakukan apapun dan keanehan dalam tubuhnya kembali membawa kesialan, lagi.

              “Dimana keluargamu?” tanya gadis itu lagi kali ini memelankan suaranya. Berusaha bersabar dengan semua keanehan Miyeon.

              “Tidak ada.”

              Gadis itu kembali merlirik tajam Miyeon, “Sedang apa kau disini?”

              “Kenapa kau tidak melanjutkan perjalananmu saja?”

              Gadis itu terlihat akan membalas ucapan Miyeon dengan nada tinggi, Miyeon menyadari kesalahannya lagi dan menutup matanya untuk kedua kali namun suara gadis itu tak kunjung terdengar. “Apa yang kau lakukan?” tanya Miyeon setengah penasaran dan panik saat gadis itu mulai berjalan pergi sambil membawa benda elektronik digengamannya.

              “Tentu saja mencoba menghubungi polisi.”

              Reflek Miyeon berdiri dan berusaha menghentikan gadis itu namun kembali terhenti oleh rasa sakit, gadis itu dengan cepat menahan tubuh Miyeon sebelum jatuh. “Kau sinting!” ucap gadis itu tanpa menghiraukan erangan Miyeon, ia membantu Miyeon duduk. “Kau mempersulit orang yang ingin menolongmu. Bodoh.”

              Walaupun disisi lain Miyeon merasa tersanjung ada orang yang menolongnya, ia tetap kesal dengan semua ucapan gadis asing itu. “Bisakah kau meninggalkanku saja?” pinta Miyeon terengah-engah, ia kehabisan akal dan tenaga menghadapi gadis ini.

              “Kau pembunuh?” tanya gadis itu tidak terduga. Miyeon menjawab dengan raungan yang membuatnya mengerang kesakitan lagi. “Aku becanda.” Lanjut gadis itu dengan santai tanpa menghiraukan gumaman Miyeon tentang seberapa tidak lucunya candaanya barusan. Untuk beberapa saat mereka tidak berbicara, Miyeon menatap gadis yang sama sekali belum ia tanyakan namanya sedang asik melakukan sesuatu.

              “Apa yang kau lakukan?” tanya Miyeon penasaran. Gadis itu tidak berhenti, menjawab ataupun menoleh kearahnya. “Hei!”

              “Berkemah.” Jawabnya cepat, “menunggumu pulih dan membawamu kembali ke keluargamu.”

              “Sudah kukatakan aku tidak memiliki keluarga!” pekik Miyeon frustasi.

              Ucapan Miyeon berhasil menarik seluruh perhatian gadis berkulit putih itu, ia menatap Miyeon dengan raut wajah yang tidak dapat dibaca. Kedua mata hitamnya menatap Miyeon lekat, mencari sesuatu dalam Miyeon. “Apa kau membalas candaanku? Jika iya, itu tidak lucu.”

              Bukan kali pertama Miyeon tidak dapat melakukan apapun, tapi saat ini bukan tentang ia dapat atau tidak dapat melakukan sesuatu, pertanyaan dan tatapan gadis itu seakan menuntutnya mengatakan kejujuran yang Miyeon tidak ingin atau pernah mau katakan pada orang lain. Sekilas wajah yang selalu terlihat gusar itu terlihat begitu polos dimata Miyeon. Gadis itu menunggunya. Miyeon tidak menyukai situasi ini, ia merasa begitu terbuka dan mudah diserang. Ia ingin kabur dan menghilang dari tatapan gadis itu.

              Miyeon masih belum berkata apapun.

              Gadis itu masih menunggu.

              Entah sudah berapa lama mereka berdua terdiam dan saling menatap satu sama lain.

              Hingga pada akhirnya Miyeon menyerah dan untuk pertama kalinya dari sekian lama ia memberitahu orang lain—orang asing ini mengenai hal yang selalu ia sembunyikan dari orang-orang. Hal yang selalu membuatnya menjadi lemah. Entah bagaimana Miyeon seperti telah dikalahkan oleh dirinya dan gadis itu. Miyeon tidak dapat melihat wajah gadis itu, rahasia itu terlalu berat untuk diucapkan maupun diperlihatkan pada orang.

              “Maaf.” Ucap gadis itu pelan, tangan pucatnya mengelus tangan Miyeon yang mengepal keras. Berusaha menenangkan dan menguraikan kepalan itu.

              Setelah itu tidak ada satu pertanyaanpun mengenai Miyeon yang ditanyakan oleh gadis itu. Ia menolong Miyeon tanpa banyak bicara hingga malam tiba, lalu gadis itu tertidur pulas disamping Miyeon. Sebelum fajar tiba, Miyeon meminta maaf pada penolongnya yang masih tertidur dan pergi. Miyeon masih merasa terlalu terbuka dan takut terhadap hal baru yang akan terjadi padanya maupun yang dibawa oleh gadis itu.

              Miyeon meninggalkannya. Gadis berparas cantik dengan wajah yang selalu terlihat gusar namun baik hati. Penolong yang lupa ia tanyakan namanya. Orang asing yang berhasil membuatnya mengingat dan merasakan sesuatu lagi.

 

 

 

 

 

 

 

 

Sepertinya akan berlanjut......

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet