Love Scenario

Love Scenario
Please Subscribe to read the full chapter

Sekedar bonus khususnya buat semua yg komen. Suka atau yg nggak suka, makasih byk nyempetin komen terlebih buat SoneTw_ss yg komennya bikin saya ketawa.

Thanks buat semua yg baca, yg komen.

Thank you.

 

 

“Kang Jeno, cepat habiskan sarapanmu” Nancy menegur Jeno yang sejak tadi hanya memainkan sarapannya. “Kalau tidak, aku yang akan menghabiskannya”

Jeno mengerucutkan bibirnya, tanda protes dengan ucapan kakaknya. “Jeno tidak mau sekolah seperti Jaehyun hyung”

“Aish, Jaehyun sedang sakit. Kau mau sakit dulu seperti Jaehyun agar tidak perlu sekolah?” tanya Nancy membawa kursinya mendekat pada Jeno. Dia mengambil sepotong omelete dan menyodorkannya ke mulut Jeno. “Buka mulutmu” lagi lagi Jeno mengerucutkan bibirnya yang membuat Nancy gemas. “Sebelum ku masukkan lewat lubang hidungmu biar lubang hidungmu membesar” ancam Nancy.

“NO!!” Jeno memekik lantang sambil menutupi hidungnya.

“Kalau begitu cepat buka mulutmu. Dan jangan cemberut. Sudah jelek tambah jelek”

“Noona!” Jeno semakin merengut.

Melihat bagaimana keras kepalanya bocah 5 tahun itu, Nancy akhirnya mengalah. “Kau tau, Umma dan Appa dulu juga sekolah. Dan mereka tak berpikir untuk bolos sepertimu” Nancy menyentil kening Jeno dan Jeno hanya meringis sambil membuka mulutnya. “Ku dengar nilai nilai mereka bagus di sekolah” lanjutnya memasukkan sepotong omelete ke mulut Jeno yang langsung ditelan anak itu setelah beberapa kunyahan.

“Kata siapa?” Jeno kembali membuka mulutnya saat Nancy menyuapinya potongan omelete berikutnya.

“Kakek dan nenek” jawab Nancy memasukkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

“Benarkah?”

“Em” Nancy mengangguk membawa sesendok nasi goreng ke depan mulut Jeno yang langsung dilahap anak itu. “Aku juga ingin seperti mereka”

“Jeno juga!”

“Aku tak yakin” balas Nancy santai. “Soalnya Jeno suka malas disuruh sekolah. Maunya main terus. Setiap pagi tugas Umma bertambah hanya untuk membujuk Jeno. Malas bangun lah, malas mandi lah, malas makan lah, malas sekolah lah” Nancy terus menyuapi Jeno sekaligus menghabiskan sarapannya sendiri. “Kasihan Umma. Setiap hari bangun pagi, mencuci, menyiapkan sarapan untuk kita, belum lagi kalau ada yang sakit, Umma harus merawatnya. Jeno tidak sedih melihat Umma yang tugasnya sudah banyak tapi harus membujuk Jeno lagi?”

Jeno menggeleng cepat, berkali kali, dengan mata berkaca kaca.

“Jaehyun sedang sakit, jadi dia tidak bisa sekolah. Dan kau tau, kalau ada salah satu dari kita yang sakit, Umma akan sedih. Kalau dia sedih, dia akan menangis. Apa kau mau melihat Umma menangis?” Nancy mengusap lembut kepala Jeno.

“Tidak mau” Jeno menggeleng.

Nancy tersenyum ketika melihat sarapan mereka sudah habis. Dia mengambil segelas susu dan memberikannya pada Jeno. “Habiskan susunya”

Kali ini Jeno tak lagi membantah dan menenggak habis susunya sesuai perintah Nancy.

“Anak pintar” Nancy kembali mengusap kepala Jeno. Dia mengambil selembar tisu untuk membersihkan sisa susu di sudut bibir Jeno. “Aish, kau beruntung karena masih kecil dan aku terlalu mencintaimu untuk menjewer kupingmu” Nancy mendengus sementara Jeno hanya cengengesan, tersenyum lebar yang membuat matanya melengkung indah. “Yah, jangan tersenyum! Kau membuatku kesal karena matamu lebih cantik dariku!” gerutu Nancy membawa piring dan gelas kotor ke tempat cuci piring.

“Noona tidak perlu mata sepertiku karena Noona sudah cantik”

“Benarkah?” Nancy berbalik dengan senyum lebar hingga memperlihatkan deretan giginya. “Siapa yang mengajarimu bicara seperti itu?”

“Umma” jawab Jeno.

“Umma?”

“Eum!” Jeno mengangguk mantap. “Umma bilang kalau Noona gadis paling cantik di seluruh dunia” Jeno melebarkan kedua tangannya.

“Lebih cantik mana, Umma atau aku?”

“Umma” jawab Jeno dengan wajah polosnya.

“Ugh. Kenapa kau selalu saja membuatku kesal” gerutu Nancy memiting kepala Jeno yang membuat bocah itu tergelak dan berlari setelah Nancy melepaskannya. “Kemari kau!” perintahnya dan lagi lagi bocah itu menurut. Dia langsung memeluk Jeno, mengecup ujung kepalanya dan mengusap sayang rambut adiknya. Memang mereka hanya saudara seayah, namun hal itu tak membuatnya berpikir untuk mengurangi rasa sayangnya pada Jaehyun ataupun Jeno karena cinta yang didapatnya dari ibu kandung kedua adik lelakinya itu pun tak pernah ada batasnya. “Sana, lihat Jaehyun sudah bangun atau belum dan pakai tasmu setelahnya” tukasnya melepaskan Jeno namun sebelumnya menyempatkan diri menjitak kepala Jeno.

"NOONA!!!" protes Jeno dengan wajah kesalnya yang membuat Nancy terbahak.

Setelah Jeno pergi, Nancy segera mencuci peralatan kotor yang baru mereka gunakan. Dia tersenyum. Kalau dipikir pikir, lucu juga mengingat kedua adik lelakinya memiliki wajah ibu mereka sementara dirinya mewarisi gen ayah mereka. Mungkin kalau dilihat, Jaehyun lebih mirip dengan ibunya, tapi Jeno, dia lebih ke perpaduan kedua orangtua mereka. Wajah dan matanya sangat mirip dengan ibunya, namun lengkungan matanya ketika dia tersenyum, persis seperti ayahnya.

“Jangan banyak melamun”

Nancy tersentak ketika mendapati ibunya sudah berdiri di sampingnya, membantu menyusun peralatan makan yang baru dicucinya. “Umma! Kenapa hobi sekali mengagetkanku!”

Ibunya tersenyum. “Terimakasih karena membantu Jeno menghabiskan sarapannya”

“Beruntung dia menurut karena kalau tidak, ku jejalkan sarapan itu ke hidung dan telinganya” sungut Nancy namun melihat ibunya kembali tersenyum membuatnya menghela napas. “Aku tidak ingin terlambat ke sekolah, jadi ya...” Nancy memainkan bahunya kemudian duduk dan menghabiskan jus jeruknya.

Wanita berambut hitam itu geleng geleng kepala mendengar alasan Nancy. Dia masih heran kenapa Nancy begitu gengsi untuk mengakui kalau dia begitu mencintai kedua adiknya. “Kemarilah”

Tak perlu diminta dua kali, Nancy langsung menghambur ke pelukan ibunya, menyandarkan wajahnya di dada wanita itu dan memejamkan kedua matanya. Inilah yang membuatnya tak bisa menganggap wanita itu seperti seorang ibu tiri karena dia bisa mendapatkan rasa aman dan nyaman hanya dengan sebuah pelukan sederhana seperti sekarang. Usapan tangan di rambutnya, juga beberapa kecupan di kepalanya membuat Nancy tak ingin melepaskan pelukan ibu yang tak pernah melahirkannya namun memberinya cinta yang luar biasa.

“Aku tak percaya kau sebesar ini sekarang. Rasanya baru beberapa minggu yang lalu aku menggendongmu, baru beberapa hari yang lalu kau hanya setinggi pahaku, tapi lihat sekarang, kau bahkan lebih tinggi dariku”

Nancy menggigit bibirnya. Tenggorokannya perih menahan rasa haru. Dia bahagia memiliki Jisoo sebagai wanita yang sudah melahirkannya, namun memiliki Bae Joohyun dalam hidupnya, sebagai ibu tirinya, menjadi kebanggan tersendiri untuknya. Nancy mencintai kedua wanita itu dengan sepenuh hatinya, tanpa terkecuali.

“Umma sangat mencintaimu, Baby” Joohyun mengangkat wajah Nancy dan mengecup keningnya beberapa kali. Mungkin Tuhan tak memilihnya untuk menjadi wanita yang melahirkan gadis itu, tapi Tuhan memberinya kehidupan yang tak akan pernah ditukarnya dengan apapun melewati Nancy, melewati Jisoo, ibu kandung Nancy, sahabatnya, satu satunya wanita yang membuatnya rela membagi cinta suaminya. Bahkan Joohyun akan marah, kecewa, seandainya suaminya melupakan Jisoo. “Terimakasih karena selalu membantuku mengurus kedua adikmu”

Buru buru Nancy memeluk Joohyun kembali. Dia tak ingin wanita itu melihat matanya yang mulai berkaca kaca.

“Terimakasih karena menjadi kakak terbaik untuk Jaehyun dan Jeno, karena selalu menjadi gadis kecil ayahmu, menjadi sahabatku” ucap Joohyun parau. “Dan terimakasih karena hadir dalam hidupku”

Nancy tak lagi menahan air matanya. Dia membiarkan butiran hangat itu mengalir di pipinya. “Aku juga sangat mencintaimu, Umma” balas Nancy memeluk pinggang Joohyun erat.

Beberapa detik kemudian, Nancy bisa merasakan seseorang berdiri di belakang kursinya dan mengusap kepalanya. Dia tak perlu menoleh karena dia sudah hapal dengan wangi maskulin parfum pria itu.

“Bantu Appa membawa Jeno keluar dari kamar Jaehyun” Seulgi mengusap bahu Nancy. “Tak mengherankan. Anak anak Bae Joohyun. Selalu membantah kata kataku” Seulgi terkekeh yang membuatnya mendapatkan pukulan dari Joohyun.

“Ugh” Nancy menghapus air matanya kemudian melepaskan pelukannya dari Joohyun. “Appa, kenapa kau selalu menggangguku setiap aku menikmati waktuku bersama Umma” gerutunya.

“Yah! Sekarang kau hanya memeluk Umma dan jarang memelukku. Aku cemburu, apa kau tau?” Seulgi merunduk mengecup dahi Nancy.

“Appa!” protes Nancy.

“See? Kau bahkan menolak ciumanku!” Seulgi juga protes atas penolakan Nancy.

“Aku sudah SMA. Aku sudah besar” Nancy memandang Seulgi sambil mengerucutkan bibirnya.

“Tch. Mau SMA atau sudah kuliah, kau tetap bayiku. Bahkan nanti setelah kau menikah dan punya anak, kau tetap bayiku” balas Seulgi melipat kedua tangannya di dada.

“Aahh!!” pekik Nancy beranjak menyeret tasnya. “Kang Jeno! Kalau kau tak mau keluar, aku tak akan membagi Umma denganmu!” teriaknya berjalan ke kamar kedua adiknya.

Seulgi dan Joohyun berpandangan mendengar ancaman yang diberikan Nancy pada Jeno kemudian tertawa berbarengan. Tak menyangka ada ancaman menggemaskan seperti itu.

“Sepertinya aku harus mulai menerima cintamu terbagi kemana mana” canda Seulgi renyah seraya melebarkan kedua tangannya. Joohyun tersenyum dan menerima pelukan Seulgi dengan senang hati.

“Kau harusnya bersyukur karena aku setuju untuk tak memberi mereka adik meskipun aku masih menginginkan anak darimu”

“Mereka bertiga sudah cukup membuat kepalaku pusing” Seulgi berkilah. “Belum lagi pacar pacar Nancy yang membuat kepalaku rasanya mendidih. Aku bisa gila menghadapi mereka”

“Childish” ledek Joohyun.

“Biar saja. Kau tidak tau apa yang kurasakan karena harus membagi cintamu dengan ketiga anak yang selalu punya cara membantahku, dan dalam waktu dekat mungkin harus membagi cinta putriku dengan orang lain. Dia sudah besar. Dulu dia selalu tertawa setiap aku memeluk atau menciumnya. Tapi lihat sekarang, Nancy sudah mulai protes dengan ciumanku”

“Kau bisa memberikannya padaku” balas Joohyun tertawa kemudian melepaskan pelukannya. “Aku akan menerimanya dengan senang hati”

Seulgi tersenyum kemudian mengusap bibir Joohyun dengan bibirnya. “Aku mencintaimu” ucapanya sebelum meraih bibir Joohyun kembali. Seulgi tersenyum di sela ciumannya ketika merasakan bibir Joohyun ikut menari bersamanya. Tak ada yang berbeda. Ciuman Joohyun masih sama seperti dulu meskipun sekarang umur mereka tak bisa lagi dibilang muda. “Aku mencintaimu” bisik Seulgi kembali menyatukan bibir mereka, melumat dan menyesap bibir atas dan bawah Joohyun bergantian, membuat Joohyun mendesah tertahan dan menghentikan ciumannya dengan napas tersengal. “Aku sangat mencintaimu”

“Aku lebih mencintaimu” balas Joohyun menempelkan dahi mereka.

“Aku lebih mencintaimu lagi” Seulgi tertawa.

"Aku lebih mencintaimu lagi dan lagi"

"Aku lebih mencintaimu lagi lagi dan lagi" balas Seulgi menggigit bibir atas Joohyun.

"Aku lebih..." Joohyun menghela napas dari hidungnya setelah Seulgi membungkamnya dengan sebuah ciuman. Tangannya melingkar di leher Seulgi, memberikan kesempatan pada pria itu untuk menjamah mulutnya lebih dalam hingga Joohyun tak sanggup lagi mengontrol napasnya dan terpaksa mendorong wajah Seulgi.

"Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Aku lebih mencintaimu dan aku yang paling mencintaimu jadi jangan berdebat denganku lagi" ucap Seulgi setengah berbisik, memberikan kecupan kecupan kecil di bibir Joohyun.

Namun tiba tiba...

“Appa!”

Seulgi dan Joohyun menoleh dan mendapati kedua buah hati mereka menatap tajam, khususnya pada Seulgi, yang membuat pria itu mendengus. “Mungkin hanya dua anak itu. Jaehyun tak masuk hitungan karena selama ini dia lumayan menurut padaku walaupun aku tak sanggup menghadapi kelakuan uniknya” gerutu Seulgi mengiringi langkah Joohyun ke kamar Jaehyun.

“Hyung sudah bangun” Jeno memeluk pinggang Joohyun.

“Benarkah?”

“Pasti kalian membangunkannya” Seulgi memandang Nancy dan Jeno bergantian lantas menyentil dahi keduanya.

“Oh ayolah, Appa. Jaehyun bukan tukang tidur sepertimu” balas Nancy memutar bola matanya sementara Joohyun masuk ke kamar. Nancy melihat bagaimana ibunya membantu adiknya duduk kemudian membawa anak itu ke pelukannya. Mengusap rambutnya lembut. Melihat hal itu Nancy akhirnya ikut masuk dan duduk di depan Joohyun yang masih memeluk Jaehyun. Dia tersenyum ketika Joohyun mengecup keningnya. Wajahnya semakin berseri ketika Joohyun memanggilnya ‘Baby’ dan mengucapkan ‘Umma mencintaimu’ padanya. Meskipun usianya sudah 16 tahun, Nancy tak pernah malu saat Joohyun memanggilnya baby di depan teman temannya. Dia justru merasa senang dan bangga.

“Jeno juga. Peluk” Jeno merengek.

"Kau ini suka ikut ikutan" gerutu Nancy namun tetap mengangkat Jeno dan membawanya ke pangkuannya. Bahagia bercampur haru dirasakannya melihat Jeno mengusap punggung Jaehyun.

“Hyung cepat sembuh biar bisa sekolah dengan Jeno”

“Eung” balas Jaehyun memejamkan matanya dalam pelukan Joohyun.

“Tch. Padahal tadi kau mau sakit seperti Jaehyun agar bisa bolos sekolah” goda Nancy. Dia tersenyum saat melihat wajah kesal Jeno.

“Noona!”

Seulgi yang masih berdiri di dekat pintu akhirnya beranjak mendekat. Dia berjongkok, memberikan ciuman hangat di kepala ketiga buah hatinya kemudian duduk di samping Nancy dan merangkul keempat harta tak tergantikan yang dimilikinya. “Bisa tidak kalian berdua tak perlu ribut untuk sehari saja?” lagi lagi Seulgi menyentil gemas dahi Nancy kemudian Jeno yang hanya dibalas dengusan oleh Nancy.

 

***

 

“Ceritakan lagi padaku bagaimana kau melamar Jisoo” Joohyun meletakkan kembali foto Jisoo di samping foto Nancy. Senyum tersungging di bibirnya mengamati jejeran foto di atas lemari kecil ruang keluarga mereka.

Seulgi yang awalnya duduk santai di sofa sa

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
aseulhan_23 #1
Sungguh di luar pikiran, out of the box sekali ujungnya.. sampe chapter 2 aku udah ikhlas lho dengan segala keruwetan hubungan cinta mereka. Udah berusaha berlapang dada kaya Joohyun.. dan gak ngarep apa2 sama sekali di chapter epilog ini.
Tapi.. tapi.. tapi..
Author-nim nya terlalu luar biasa~~ 😭😭😭
Sedih juga sama kondisi Jisoo.. tapi sedih banget kalo Joohyun akhirnya gak sama siapa2 😭😭😭
Standing applause buat chapter terakhir ini ✨🐻🧡🐰✨👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
hi_uuji
#2
Chapter 3: Sebenernya setiap chapter pantes jadi one-shot, dan maaf tapi karena aku itu suka menyakiti diri sendiri, jadi aku lebih suka tanpa part epilog ini wkwkwk but overall, GREAT STORY!
Y593061 #3
Chapter 3: Aaa~~ suka banget ama ceritanya
Lesmana
#4
Chapter 3: Akhirnya seulrene aku berlayar ?
Lesmana
#5
Chapter 1: Kasian Seulgi ?
taequeen10 #6
Chapter 3: Finally seulrene berlayar jg, stelah smpet nangis di2 chapter sebelumnya huhu, paling good lah kalo bikin crita pernikahan nan menyentuh gini. Salute
bearslgi #7
Chapter 3: Wakacau ini, bikin nangis bikin seneng :') gaya bahasa dan cerita yang sangat keren. Terima kasih sudah berbagi cerita yang bagus ini kak.
royalfamily31 #8
Chapter 3: Reread... suka banget sama cerita2mu thorr.. update soon pleaaasseee
queenofnotes
#9
comment to read
fdrwylnd
#10
Chapter 3: Thanks udah nambahin konten Jiseul, walaupun akhirnya tetep si itu.
Aku sr shipper, tapi gemes sama jiseul