01. Starting Point

Love Scenario
Please Subscribe to read the full chapter

Sebenarnya ini sudah lumayan lama saya tulis, cuma agak ragu buat share karena mungkin konflik semacam ini sudah banyak bgt dan pastinya ketebak ya gimana jalan ceritanya. Tp yah, daripada sia sia.

Semoga masih ada yg mau baca.

 

Sudah berkali kali Seulgi membolak balik tubuhnya di ranjang namun rasa kantuk yang tak kunjung datang membuatnya menyerah dan berbaring telentang dalam diam. Satu tangannya bertengger di dahinya sementara tangannya yang lain memegangi handphonenya. Sejak tadi dia berkeinginan untuk menghubungi nomor baru yang mengiriminya beberapa pesan namun entah kenapa setiap kali jarinya menemukan nomor kontak orang yang bersangkutan, hatinya selalu diliputi keraguan yang membuat niatnya hanya sekedar keinginan yang tak pernah terlaksana.

Matanya tertuju pada langit langit kamarnya yang berwarna jingga, bukan seperti warna jeruk, tapi lebih seperti saat matahari akan menampakkan sinarnya di pagi hari, dan helaan napas berat terhembus dari hidungnya. Mungkin dia memang sudah harus mengganti cat dinding kamarnya karena sepertinya Seulgi sudah mulai bosan. Bosan karena setiap hari harus memandang warna yang sama. Mengingatkannya akan kehidupannya yang tak berubah sekalipun dia sudah berusaha mengubahnya.

“Seulgi? Apa kau sudah bangun?”

Suara seorang wanita. Suara indah yang sangat dikenali Seulgi.

Suara Bae Joohyun.

Istrinya.

Seulgi segera bangkit dari tempat tidur. “Sudah” jawabnya membuka pintu. “Kenapa?”

“Makan malam sudah siap”

“Ah, benarkah?” Seulgi melangkah keluar namun Joohyun menghentikan Seulgi dengan menahan lengannya. “Kenapa?”

“Pakai bajumu dulu”

Mata Seulgi langsung mengarah ke tubuhnya. Seketika wajahnya bersemu. “Ah, maaf, aku tidak bermaksud...”

“Tak apa” Joohyun tersenyum. “Ku tunggu di meja makan, oke?”

Seulgi mengangguk dan berbalik setelah Joohyun beranjak dari hadapannya. Dia segera mengambil bajunya yang tergeletak di sofa dan memakainya. Seutas senyum menghiasi bibirnya ketika melihat Joohyun berdiri di depan wastafel. Dia pun segera mendekat ke meja makan. “Wah, kimchi!” Seulgi berseru.

Joohyun berbalik dan tersenyum tipis. “Ayo makan”

“Jam berapa kau pulang?” tanya Seulgi sembari duduk. “Lain kali kalau lelah, kau tak perlu memasak, Joohyun. Tapi terimakasih untuk semua makanannya”

“Hanya ini yang bisa kulakukan untukmu...” Joohyun bergumam begitu pelan.

Seulgi terdiam sejenak mendengar gumaman Joohyun. Dia tau wanita itu tak bermaksud buruk sehingga Seulgi melewatkannya begitu saja, seolah dia tak mendengarnya sama sekali. “Kau tau, Hyun, masakanmu setara dengan masakan hotel berbintang. Luar biasa” puji Seulgi dengan wajah sumringah.

Joohyun tersipu malu mendengar pujian Seulgi yang menurutnya berlebihan tapi dia menyukainya. “Kalau begitu makan dan habiskan”

“Pasti” balas Seulgi memasukkan sesendok penuh nasi ke mulutnya. “Oh iya, bagaimana pekerjaanmu?”

“Hari ini lumayan melelahkan tapi sedikit terbayar karena besok aku free”

“Syukurlah” Seulgi tersenyum. Matanya tak menjauh dari wajah Joohyun yang sejak tadi hanya memandang makanan di depannya. “Mau jalan jalan besok?”

Wajah Joohyun perlahan terangkat. “Ke mana?”

“Ke mana saja yang kau inginkan” jawab Seulgi. Dadanya berdebar melihat wajah ceria Joohyun.

“Sebenarnya aku sedang tak ingin keluar tapi mungkin nonton tak akan masalah”

“Kalau begitu bioskop” Seulgi menarik mangkuk kecil berisi kimchi. “Boleh ku habiskan?”

Joohyun tersenyum melihat Seulgi makan begitu lahap. “Tentu. Habiskan semuanya karena aku memasak semuanya untukmu”

Ada rasa perih di dada Seulgi mendengar ucapan Joohyun namun dia berusaha mengabaikannya agar hal itu tak mempengaruhi ekspresi wajahnya. Dia tak ingin Joohyun tau apa yang sedang dirasakannya. “Thanks” sahut Seulgi dan tak lagi bicara. Dia benar benar menghabiskan semua makanan yang dimasak Joohyun. Bukan karena dia kelaparan, tapi karena dia tak ingin ada jeda waktu yang membuatnya harus bicara kembali dengan Joohyun. Sekain itu karena memang masakan Joohyun sangat enak.

Selesai makan, Seulgi membantu Joohyun membersihkan semua peralatan dapur dan menatanya di rak. Setelah itu dia kembali ke kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Joohyun. Tak seperti yang biasa dilakukannya.

Seulgi duduk di pinggiran ranjang dengan kedua sikunya bertumpu pada lututnya. Berkali kali Seulgi menarik napas panjang dan menghembuskannya. “Joohyun...” gumam Seulgi lirih sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya kemudian menghempaskan tubuhnya di ranjang. Matanya kembali menatap langit langit kamarnya. Seulgi tak pernah punya warna favorit namun ketika Joohyun mengatakan warna orange sangat cocok dengan kepribadiannya yang ceria dan menyenangkan, Seulgi langsung menyukainya.

Perih itu kembali merasuk di dada Seulgi saat ingatannya melayang pada hari di mana Joohyun mengatakan hal itu padanya. Bertahun tahun yang lalu.

Saat umur mereka masih belasan.

Saat mereka masih duduk di bangku SMA.

Saat Seulgi dan Joohyun ditahun kedua dan kakak lelakinya di tingkat akhir.

Saat Seulgi belum mengerti arti cemburu. Belum mengerti arti cinta dan patah hati.

Masih lekat diingatannya saat itu dia dan Joohyun tengah duduk di taman sekolah, membahas beberapa soal yang diberikan guru mereka sembari ngobrol tentang hal lainnya. Seulgi masih ingat bagaimana wajah Joohyun bersemu ketika dia menggodanya. Atau bagaimana Joohyun mencibir dan memukulnya ketika dia memuji gadis itu. Atau ketika mata indah Joohyun berbinar ketika dia menceritakan hal hal yang disukainya kala itu. Semuanya tersimpan rapi di ingatan Seulgi. Saat itu Joohyun tertawa lepas bersamanya dan pujian itu pun terlontar dari bibirnya. Pujian tentang bagaimana Seulgi selalu menyebarkan kebahagiaan pada semua orang, bagaimana sosok Seulgi sangat cocok dengan warna jingga karena selalu memberikan kehangatan pada orang lain.

Seulgi begitu senang saat itu namun kesenangannya terganggu saat melihat tawa Joohyun berubah ketika Chanyeol datang.

Chanyeol.

Park Chanyeol.

Kakak angkatnya.

Anak tunggal dari keluarga kaya yang sudah menyediakan tempat bernaung baginya yang hanya seorang anak kecil tanpa tujuan ketika menjadi satu satunya korban yang selamat dari kecelakaan mobil yang melibatkan kedua orangtuanya. Bahkan membiarkan Seulgi menjadi bagian dari keluarga itu seolah dia anak kandung mereka.

Seulgi tak pernah merasa rendah diri sekalipun tak sedikit yang mencibirnya. Dia membiarkan mereka menghinanya. Tak jarang kata kata kasar itu menyakiti hatinya namun Seulgi lebih memilih diam. Menurutnya, tak ada gunanya melawan, tak ada gunanya berdebat dengan orang orang yang tak menyukainya karena sebaik apapun dia, selama mata mereka masih tertutup rasa benci dan keangkuhan, hati mereka pun akan buta terhadap kebaikan. Jadi Seulgi lebih memilih menjauh dan mengabaikannya.

Selain itu, Seulgi tak perlu bersusah payah melawan karena Chanyeol akan maju membelanya, bahkan pria itu pernah berkelahi hanya untuk membelanya. Seulgi tak perlu rasa kasihan dan simpati orang lain sementara dia sudah mendapatkan cinta yang begitu besar dari keluarga barunya.

Biasanya Seulgi hanya menganggap angin lalu apa yang terjadi di depan matanya, namun hari itu, dia baru memperhatikan bagaimana pipi Joohyun bersemu ketika Chanyeol duduk di sampingnya. Mungkin karena Chanyeol adalah senior mereka yang sangat disegani. Pria itu juga punya begitu banyak penggemar yang tak pernah absen memberinya hadiah hampir setiap hari. Bisa jadi karena hal itulah, karena di dekati oleh idola sekolah, Joohyun merasa malu.

“Rene, pulang sekolah nanti mau jalan jalan?” Chanyeol menatap nanar pada Joohyun yang dibalas Joohyun dengan anggukan dan senyum malu, yang membuat Seulgi merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. “Seul, nanti bilang pada Appa aku ada tugas tambahan”

Meskipun kali ini Seulgi merasa berat untuk melakukan permintaan Chanyeol namun dia tetap mengacungkan satu jempolnya. “Jam berapa kau akan pulang? Hanya berjaga jaga kalau kalau Appa bertanya”

“Mungkin... Jam 9 atau 10”

Seulgi terhenyak. Chanyeol sudah sering berbohong pada ayahnya namun dia tak pernah pulang selarut itu. Selain itu, Chanyeol akan pergi dengan Joohyun. Sebuah alasan yang membuat Seulgi semakin berat untuk membantunya. “Apa tak terlalu malam? Aku yakin Appa...”

“Seul, ayolah, kau lebih pintar dariku. Selain itu Appa selalu percaya apa yang kau katakan, jadi kali ini bantu kakakmu, oke?” Chanyeol mendekati Seulgi kemudian memiting leher Seulgi dan tertawa saat Seulgi mengerang. “Ayolah, nanti ku belikan keripik kentang kesukaanmu” rayunya.

“Hanya kali ini. Kalau Appa tidak percaya padaku, kau tanggung resikonya sendiri”

“Deal!” Chanyeol meninju lengan Seulgi dan kembali tertawa. “Aku menyayangimu, Seulgi-ah. Aku kembali ke kelas dulu. Bye, Rene. Sampai ketemu 3 jam lagi”

Saat itulah Seulgi mulai merasakannya. Dia tak suka Joohyun pergi bersama Chanyeol. Hanya saja Seulgi belum mengerti kalau apa yang dirasakannya adalah cemburu.

Setelah hari itu, Joohyun lebih sering terlihat bersama Chanyeol. Ada perasaan kecewa, marah, namun Seulgi hanya bisa menyaksikan mereka tanpa berani membuka suara. Dia tau ada sesuatu yang spesial di antara keduanya karena Seulgi sering melihat Chanyeol bicara dengan Joohyun di telpon, berjam jam lamanya. Bukan dia menguping, tapi Chanyeol sering menelpon Joohyun di beranda kamarnya, yang bersebelahan dengan kamar Seulgi. Itulah yang membuat Seulgi tau.

Semakin hari, jarak antara dirinya dan Joohyun semakin melebar dan Seulgi merasa Joohyun tak ada bedanya dengan teman temannya yang lain. Seulgi tak lagi merasa memiliki seseorang yang bisa diajaknya bicara, bisa diajaknya berkeluh kesah tentang tugas sekolah mereka. Dia merasa hampa yang membuatnya mulai menjaga jarak.

Hingga suatu ketika, di hari kelulusan Chanyeol, semuanya menjadi jelas. Joohyun ikut hadir, bergabung bersama keluarga mereka. Dan di hari itu juga, Chanyeol akhirnya mengakui kalau mereka sudah menjalin hubungan secara diam diam selama beberapa bulan belakangan.

Seulgi tersenyum getir setelah mendengar penuturan Chanyeol. Akhirnya dia menyadari apa yang sudah terjadi padanya.

Rasa hampa di hatinya.

Perasaan kehilangan yang menurutnya tak wajar.

Juga rasa marah ketika melihat Joohyun dan Chanyeol bersama.

Memang sudah terlambat. Atau mungkin memang sebenarnya Seulgi sudah kalah bahkan sebelum bertanding karena sejak awal bukan Seulgi yang dilihat Joohyun. Bukan Seulgi yang mampu membuat Joohyun tersipu malu.

Tapi Seulgi ingin mengakuinya, walau hanya untuk dirinya sendiri.

Kang Seulgi, jatuh cinta pada Bae Joohyun.

Ingatan itu membuat dada Seulgi sesak. Matanya masih memandang langit langit kamarnya sementara kakinya sudah mulai kebas karena dinginnya lantai. Matanya hampir terpejam ketika terdengar getaran di meja. Seseorang menghubunginya.

Bergegas Seulgi bangkit dan mengambil handphonenya. Matanya melebar melihat siapa yang sudah menelponnya malam malam begitu. “Halo”

“Hei”

“Kau masih punya nyali untuk menyapaku seperti itu?”

“Sorry, aku...”

“Kau di mana?” Seulgi menyela ucapan sang penelpon. Bukan permintaan maaf yang ditunggunya dari pria itu.

“Di suatu tempat”

“Bajingan kau, Park Chanyeol!!” maki Seulgi. “Kalau kau memang laki laki, sebaiknya kau pulang!!”

“Aku benar benar minta maaf. Aku...”

“Kalau kau benar benar minta maaf harusnya kau pulang” kembali Seulgi memotong ucapan Chanyeol, namun kali ini sedikit lebih ramah. “Apa kau sadar kau sudah mempermalukan Appa dan Umma? Apa kau sadar kau sudah mengecewakan mereka?" Seulgi menarik napas sejenak. "Dan satu orang lagi kalau lupa. Joohyun. Kau menghancurkan mimpinya. Kau brengsek. Kau bajingan...” suara Seulgi bergetar. “Apa salah Joohyun sampai kau meninggalkannya, Hyung?”

“Seulgi...” suara Chanyeol terdengar parau. “Aku tau aku bersalah. Tapi aku...” Chanyeol menarik napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya. “Aku memiliki seorang anak dan aku tak bisa meninggalkannya”

Napas Seulgi terhenti mendengar pengakuan Chanyeol. Setelah lama menghilang kini pria itu menghubunginya dan membuat sebuah pengakuan yang tentu saja tak bisa dipercaya Seulgi mengingat Chanyeol sudah membohongi seluruh keluarga mereka. Seulgi tertawa sinis, sedikit keras, sengaja agar Chanyeol mendengarnya. Sengaja agar Chanyeol merasa kalau dia tak percaya sedikitpun pada cerita itu. Namun ucapan Chanyeol berikutnya membungkamnya, membuatnya tau apa yang dikatakan Chanyeol bukanlah sebuah kebohongan.

“Aku tak bisa membiarkan anakku hidup tanpa ayah”

Kepala Seulgi berdenyut. Setelah pergi tanpa pamit, Seulgi benar benar tak menyangka Chanyeol akan kembali dengan membawa kabar seperti itu. Kakinya mulai lemas. Sekarang apa yang harus dilakukannya? Wanita yang dicintainya, yang menikah dengannya karena putus asa, masih mencintai kakaknya dan masih mengharapkan pria itu. Sementara si pria brengsek itu justru memiliki wanita lain bahkan memiliki anak dari wanita lain itu. “Kau benar benar bajingan”

“Aku sendiri mengutuk apa yang sudah kulakukan. Tapi aku mencintai mereka berdua disaat yang bersamaan. Dan aku... Aku tak punya pilihan lain karena...”

“Kalau begitu kenapa tak kau batalkan sejak awal pertunangan kalian?!” tanya Seulgi geram. Handphone di genggamannya hampir jatuh. Semua hal berputar semakin tak terkendali di kepalanya. Seulgi mengusap wajahnya dan meremas remas kepalanya. Dia ingin marah. Ingin memaki. Tapi semuanya percuma. Waktu tak akan pernah kembali walau hanya satu detik. Marah tak akan menjadikan semuanya lebih baik.

“Karena aku juga mencintai Irene. Aku tak ingin meninggalkannya. Aku tak ingin melukainya”

Kesalahan sudah terjadi.

Luka sudah menganga.

Yang tersisa hanya penyesalan.

Seulgi memijat keningnya. “Tapi akhirnya kau melakukannya. Kau meninggalkannya. Kau melukainya” Seulgi akhirnya membiarkan sebutir air mata menetes di pipinya. “Kau membuatnya menikah dengan pria yang tidak dicintainya” lanjutnya. Menangis dalam diam.

Giliran Chanyeol terdiam.

“Aku tidak bisa mencintai Joohyun” Seulgi menghapus air matanya. “Aku tidak bisa mencintainya seperti yang harusnya kulakukan. Jadi pulanglah, Hyung. Dia membutuhkanmu” Chanyeol atau siapapun tak perlu tau bagaimana isi hatinya.

Chanyeol masih membisu.

“Kau sudah bersalah pada semua orang. Minta maaf lah. Terlebih pada orangtuamu dan Joohyun. Bicara baik baik dengan mereka. Aku yakin mereka mengerti karena semua orang mencintaimu”

“Seul...”

“Kalau dia mau menerima keadaanmu, maka kau harus kembali padanya”

“What? Kau gila. Aku tidak...”

“Kau benar. Aku gila” Seulgi membasahi bibirnya. Dia gila karena mau menikah dengan wanita yang tak mencintainya dan tak akan pernah mencintainya sekalipun dia berusaha mati matian. Dan sekedar meminta Chanyeol kembali tentu menjadi perkara kecil dibanding apa yang sudah dihadapinya. “Kau sudah menyakitinya tapi dia masih mengharapkanmu. Dia masih mencintaimu, Hyung. Aku tak punya alasan untuk meneruskan pernikahan ini” sementara hatinya bukan milikku, bisik Seulgi pada dirinya. “Pulanglah dan bicarakan semuanya” Seulgi sadar dengan ucapannya. Meminta Chanyeol pulang artinya melepaskan Joohyun. Namun dia tak punya pilihan lain karena memang tak ada pilihan untuknya. Mungkin Joohyun tak ditakdirkan untuknya maka sekuat apapun usahanya, semuanya percuma. Kalau bukan sekarang, mungkin nanti Joohyun akan tetap meninggalkannya. Semuanya hanya masalah waktu. “Kami akan menunggumu”

“Bagaimana dengan keluargaku di sini?”

Seulgi tak bodoh. “Kau tak akan menghubungi aku atau siapapun kalau rumah tangga kalian baik baik saja”

Chanyeol membenarkan ucapan Seulgi.

“Pulanglah”

“Seul, aku minta maaf”

“Berhenti minta maaf dan cepatlah pulang. Karena hanya dengan begitu aku bisa memaafkanmu”

Terdengar Chanyeol menarik napas panjang. “Aku akan pulang. Tapi jangan beritahu siapapun karena aku tidak ingin mereka membuat rencana untuk menghajarku” Chanyeol berusaha bercanda.

“Akan rugi kalau hanya menghajarmu. Harusnya kau dimutilasi perlahan lahan agar rasa sakit semua orang yang ada di sini terbalas dan semuanya impas” balas Seulgi tertawa kecil.

“Kau sudah berani padaku, huh?” Chanyeol ikut tertawa di sela isakan tangisnya.

“Aku tak punya alasan untuk takut pada bajingan sepertimu” Seulgi berdiri.

“Yah!”

“Cepat pulang agar semuanya selesai”

“Dasar idiot!” maki Chanyeol. “Aku tak percaya aku menyayangi idiot sepertimu”

Seulgi tersenyum. Chanyeol tak pernah berubah dari dulu. Dia tetap pria kurang ajar yang akan membuat wanita jatuh cinta seketika padanya. Dia pria brengsek yang romantis yang sanggup membuat wanita bertekuk lutut padanya sementara dirinya hanya pria kaku yang tak menarik sama sekali. Terlebih tak setampan Chanyeol.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
aseulhan_23 #1
Sungguh di luar pikiran, out of the box sekali ujungnya.. sampe chapter 2 aku udah ikhlas lho dengan segala keruwetan hubungan cinta mereka. Udah berusaha berlapang dada kaya Joohyun.. dan gak ngarep apa2 sama sekali di chapter epilog ini.
Tapi.. tapi.. tapi..
Author-nim nya terlalu luar biasa~~ 😭😭😭
Sedih juga sama kondisi Jisoo.. tapi sedih banget kalo Joohyun akhirnya gak sama siapa2 😭😭😭
Standing applause buat chapter terakhir ini ✨🐻🧡🐰✨👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
hi_uuji
#2
Chapter 3: Sebenernya setiap chapter pantes jadi one-shot, dan maaf tapi karena aku itu suka menyakiti diri sendiri, jadi aku lebih suka tanpa part epilog ini wkwkwk but overall, GREAT STORY!
Y593061 #3
Chapter 3: Aaa~~ suka banget ama ceritanya
Lesmana
#4
Chapter 3: Akhirnya seulrene aku berlayar ?
Lesmana
#5
Chapter 1: Kasian Seulgi ?
taequeen10 #6
Chapter 3: Finally seulrene berlayar jg, stelah smpet nangis di2 chapter sebelumnya huhu, paling good lah kalo bikin crita pernikahan nan menyentuh gini. Salute
bearslgi #7
Chapter 3: Wakacau ini, bikin nangis bikin seneng :') gaya bahasa dan cerita yang sangat keren. Terima kasih sudah berbagi cerita yang bagus ini kak.
royalfamily31 #8
Chapter 3: Reread... suka banget sama cerita2mu thorr.. update soon pleaaasseee
queenofnotes
#9
comment to read
fdrwylnd
#10
Chapter 3: Thanks udah nambahin konten Jiseul, walaupun akhirnya tetep si itu.
Aku sr shipper, tapi gemes sama jiseul