1st
It's still you
'Hey!'
Aku menoleh,
Woah, gadisku. dia menghampiriku.
Tersenyum dan duduk tepat disampingku. Dekat, sangat dekat, aku bahkan bisa mencium wangi samponya!
, be calm ma' heart
'Uhm bisa antar aku sepulang sekolah?'
Hm? Tumben, aku memandangnya sedikit lebih lama
'Kenapa? Apa kau tak ada waktu?'
Rautnya berubah, dia sedikit menekuk wajahnya,
'Uhmm, bi-bisa! Uhm tapi memang mau kemana?'
Aish, sialan, kenapa harus segugup ini.
'Ra-ha-si-a'
Chu~
'Bye~'
Ehh? Di-dia menciumku.
Aaahh, panasnya!
Calm please calm
Aku menatap punggungnya yang perlahan menjauh, meninggalkan aku mematung disini.
***
'Ah maap menunggu' ujarku
Dia hanya tersenyum,
'Ayo!'
'Kemana?'
Dia tak menjawab, dia hanya menggenggam tanganku.
Goddammit, tangannya lembut.
Aku menatap tangan kami yg bertautan, sedang ia masih saja menatap lurus.
Ke perhatikan Wajahnya, rambutnya, segalanya,
Satu hal, sempurna.
Dia adalah sempurna.
Pantas saja bajingan itu selalu mengejarnya.
Mungkin mulai minggu depan aku harus ikut beribadah,
Karena Tuhan telah berbaik hati membiarkan bidadari-Nya bersama pendosa sepertiku
Kami berhenti, dia menatapku dan lagi-lagi tersenyum.
'Kita.. Naik bus?'
'Uhm, kau tak keberatan bukan?'
'Ahh te-tentu saja tidak!'
Selama bersamamu aku tak keberatan sama sekali
****
Sialan jam berapa ini, kenapa tiba2 bus penuh sesak seperti ini.
Kami berdiri berhadapan.
Dia di hadapanku, ahh tidak, jarak kami, jarak kami terlalu dekat,
Dia hanya menunduk selama perjalanan, tak ada obrolan sama sekali. Tapi aku menikmatinya.
Ehh tunggu, wajahnya, ekspresinya, tadi dia tak kenapa2, tapi sekarang? kenapa gadisku ini, aku melihat pria tua di belakangnya,
Dan holycrap, bajingan, sialan, tangan kotornya menggerayangi...
*grip
Tangan kiri ku memegang pergelangan tangan pria tua itu dan memelintirnya, dia menjerit kesakitan, sedang gadisku menatapku tak percaya
Aku maju dengan susah payah krna kondisi penuh sesak seperti ini, ku tarik gadisku kebelakangku,
Semua penumpang melihat ke arah kami,
'Jangan pernah menyentuh gadisku dengan tangan kotormu ini, arasso?'
dia mengaduh dan aku melepasnya,
para penumpang melihatku dengan takjub.
Dan , gadis di depan ku pun demikian,
Tapi, blushing? Nyatakah ini? Wajahnya memerah,
Bus berhenti, dan pak tua yg tadi terburu2 keluar.
Aku memelototinya,
'Dasar mesum!'
*gigle
Ehh? Dia tertawa dan menggeleng.
Tangannya meraih pinggangku, jarak kami menghilang. Dia menunduk dan menempelkan keningnya di bahuku.
Tangannya kurasakan mengerat.
*badump badump
Jangan keras-keras hati, jangan keras-keras, bunyimu. Aku malu.
****
taman kota?
Dia hanya berjalan menuju ayunan.
dan memainkannya.
Aku mengikutinya.
Lagi-lagi tak ada percakapan diantara kami.
langit mulai gelap, lampu-lampu menyala, dan banyak pasangan?
Aaaah iya aku baru ingat ini sabtu malam.
Dia berhenti,
Dia mulai mengayunkan ayunanku, pelan.
Sambil bersenandung,
lembut, suaranya sama lembutnya dgn tangannya.
'Kau tau kenapa aku mangajakmu?'
Aku hanya menggeleng.
Dia kini berjongkok dihadapan ku,
Matanya seperti ragu,
Entah apa yang ingin dia sampaikan.
dia meletakkan kepalanya di pangkuanku,
Tahan, jangan mengelusnya, ja-
Tangan sialan, pengkhianat,
kurasakan rambutnya, halus. Sangat halus.
Tunggu, kenapa? Basah?
Aku meraih wajahnya,
,
Dia menangis, tapi kenapa? apa aku melakukan kesalahan?
Tidak tidak bahkan sedari tadi kita tak membicarakan apapun
'W-wae?' Ucapku pelan
Dia ikut menggenggam tanganku yang menempel di pipinya,
Ia memejam, membiarkan airmata itu mengalir begitu saja.
Aku mengusapnya dengan ibu jariku,
aku mencondongkan wajahku ke arahnya, dan
Chuu~
Aku memejam dan membiarkan bibir kami bertemu .
ya, kami hanya terdiam.
Semua yang disekeliling kami seolah membeku, semua seolah tak nyata, satu2nya yg nyata adalah kami, keheningan dan ciuman sederhana ini.
Hangat napasnya menerpaku, ritmenya beraturan,
Ini entah berapa lama sampai ia menarik diri, dan mata kami bertemu, mata itu berkilauan, ia masih saja cantik meski dengan airmata.
kini tangannya meraih wajahku, mengelus perlahan dan tersenyum,
Ahh iya dia masih berjongkok, aku takut ia kram, aku lantas berdiri dan mengulurkan tanganku padanya.
Ia memiringkan kepalanya,
Ya tuhan, bidadari-Mu ini,
Aku hanya meraihnya dan kami berjalan menuju salah satu bangku di taman ini,
Kami duduk berdampingan,
Aku memulai percakapan
'Uhm, kenapa?'
Ku tatap lekat wajahnya dr samping.
'Hm?' ia malah pura2 tak mengerti
'Eto, tadi, kenapa? Menangis?' ucapku lagi
'Bisakah kau berhenti berpura2 tak mengenalku?'
Eh? Aku?
Aku tak mengenalnya? Iyakah?
'Aku lelah dengan kita, aku melihatmu, namun kau tidak. kau seolah tak tersentuh, kau selalu menghindar, kau menatap kosong kearahku yang aku sendiripun tak tau apa maknanya'
'Kau hanya bisa kusentuh ketika kau menginginkannya, kau berkata kau mencintaiku namun aku tak melihatnya sama sekali'
Airmata itu, lagi2 mengalir.
Dan aku, aku penyebabnya.
Berhenti, berhenti menangis.
Aku tak tahu harus berbuat apa.
'Salahku? Apa semua salahku karena menginginkanmu? Apa hanya aku yang memiliki rasa itu? Apa hanya aku yang mencintaimu?'
tatapannya bukan yang biasa kulihat.
'haaahh~ bodoh. Aku bodoh karena mencintaimu!'
Aku menunduk tak lagi menatapnya
Aku juga ingin menangis
'tidak, kau tak bodoh. maapkan aku!'
****
Flashback
Tawa renyah itu, terimakasih tuhan untuk umur hari ini, aku bisa melihatnya lagi, dari sini dari tempat Yang tak dia sadari
tatapan kami bertemu, dia tersenyum,
Cantik.
Ahh tidak, aku tak boleh terlihat olehnya, aku buru2 menutup wajahku dengan buku yang ku genggam.
Aku mengintip ia kembali
Dia masih disana, bersama teman-temannya, tertawa entah menertawakan apa,
Mereka yg terbaik, mereka sekumpulan murid-murid pilihan, cantik dan berbakat.
Tapi dia, dia yg terbaik di mata ku.
Dia cantik, parasnya, hatinya.
Entah kapan rasa itu mulai tumbuh, aku sendiripun tak tahu.
_____
Ahh lagi-lagi aku ketinggalan bus,
*tiin *tiin
Mobil di hadapanku tiba-tiba terbuka dan
, dia, sicantik itu.
'Ayo masuk, ini sudah larut'
Ehh?
___
'jadi dimana rumahmu?'
'Dikawasan xxx'
'Oh ya? Tapi aku tak pernah melihatmu!'
*smile
Aku hanya tersenyum , aku terlalu gugup dengan situasi ini.
'Ahh berhenti didepan' ujarku,
Aku turun dan
Eeehh dia ikut turun
Dia memandang kearah rumahku,
'Terimakasih atas tumpangannya! dan maap merepotkan!'
'Ah tak apa, kalau begitu aku pamit!'
'Uhm, hati-hati'
Flashback end
****
Kulihat air mata ku juga menetes,
Aku mengeratkan kepalanku
Aku tak berani memandangnya
Aku terlalu pengecut untuk meneriakan namanya
Aku terlalu takut untuk mengakuinya
Aku mencintainya, sangat.
Apa yang aku lakukan selama ini kurasa sudah benar.
Menjaganya dari tempatku
Membiarkan ia tertawa bersama mereka
Memberikannya kebebasan yang aku takut ia merasa terganggu bila aku senantiasa di sisi nya.
'Kau tahu?' ia memecah keheningan. Lagi.
Sedang aku masih menunduk
'Kau tahu, bukan hal ini yang kuinginkan dalam hubungan kita. Aku ingin seperti pasangan lainnya. Tertawa bersama, cemburu, rindu, menghabiskan weekend berdua'
Aku mengangkat wajahku, menatapnya lagi.
Tak ada jejak airmata, namun sedikit sembab.
Ia menatap dalam mataku. Hidungnya sedikit memerah.
Aku memalingkan wajahku,
To be continue
Comments