oh NO it's too fast
YOU, WHO?Irene POV
Akhir-akhir ini aku sangat sibuk, bahkan aku selalu pulang larut. Tak jarang aku mendapati diriku tidur di kasur dengan pakaian kerja yang masih melekat pada tubuhku. Ada kalanya aku juga lupa sarapan, untung saja Wendy selalu memberiku roti bantal ketika di kantor. Aku sangat bersyukur mempunyai teman kerja yang perhatian sepertinya.
Dua hari lagi aku akan ke U.S ya...Amerika negara adidaya. Disana aku bukan mau main-main tapi ini benar-benar bekerja. Bogum dan khususnya aku sendiri harus mengawasi jalannya pembangunan cabang baru kami di beberapa tempat di U.S, sebenarnya ini adalah tugas Suho tapi mengingat jika pria menyebalkan itu akan menikah sebentar lagi jadi, tugas itu diberikan padaku. Sedangkan Bogum sendiri lebih fokus ke research tentang bagimana model designe furniture yang digemari orang-orang disana untuk pedoman ia dalam merancang model furniture yang akan di pasarkan di Amerika.
Tugas kami memang berbeda tapi, kami harus selalu bekerja bersama untuk membantu satu sama lain. Aku harap aku dan Bogum akan sangat sibuk disana agar aku tidak ada waktu untuk merasa canggung dengannya ya....semoga saja.
....
“kau sudah bekerja keras hari ini,” ujar Bogum padaku. Setelah hampir seminggu bekerja bersama, kami memutuskan untuk menggunakan bahasa yang tidak terlalu formal. Bogumlah yang menyarankan hal itu dan aku setuju juga karena sangat tidak nyaman memanggil dengan sebutan ‘ saya dan anda’ sebenarnya itu sangatlah tidak nyaman.
“kau juga sudah bekerja keras hari ini.”
Ini sudah sangat larut udara di luar gedung juga sangatlah dingin, bodohnya aku tidak memakai cout atau sweater, aku malah hanya memakai cardigan. Aku kedinginan dan hidungku juga sudah mulai memerah. Aku menggosokkan telapak tanganku, berharap akan ada sedikit rasa hangat yang menjalar. Namun, tiba-tiba sebuah cout menyelimuti bahuku. Cout ini sudah pasti milik Bogum, laki-laki ini memakaikan cout pada bahuku.
“sangat dingin jadi, kupikir kau membutuhkannya.” Tukas Bogum kikuk. Aku pun mengeratkan cout itu ketubuhku.
“terima kasih,” tukasku sama kikuknya.
Hening beberapa saat sampai akhirnya Bogum buka suara “ayo kuantar kau pulang,” aku tidak terlalu terkejut dengan tawarannya karena akhir-akhir ini Bogum memang sering mengantarku pulang. Tapi kurasa dia terlalu sering melakukannya.
“ah...tidak usah, kau sudah terlalu sering mengantarku.” Tolakku halus. Namun, Bogum malah menarik tanganku menuju parkiran.
“aku memaksa Bae Irene-ssi,”
...
Setelah 15 menit perjalanan menggunakan mobil Bogum, akhirnya kami sampai di depan gedung apartementku. Aku keluar dari mobil begitu pula Bogum, laki-laki itu selalu mengucapkan ‘selamat malam’ dan ‘selamat beristirahat’ ketika aku akan masuk gedung apartementku, dia jug
Comments