For My Eyes Only

For My Eyes Only

Suasana di luar ruang rekaman gaduh karena para member Seventeen yang bersiap untuk recording. Jam sudah menunjukkan pukul 00.10 dan gedung Pledis sudah sepi, tapi di lantai dua ini kau akan mendapati anak-anak yang bersemangat seolah hari masih pagi.

Di dalam ruang rekaman suasananya berbanding terbalik. Jika di luar ruangan para member ribut latihan vokal atau mengobrol dan bercanda, maka di dalam ruangan ada keheningan dan  Lee Jihoon yang dengan serius mengawasi proses rekaman. Beberapa member yang menunggu giliran mereka dan memilih duduk di dalam ruang rekaman terlihat menekuni lirik mereka dalam diam. Mereka tahu jika sedikit saja mereka ribut, Jihoon tidak akan segan-segan mengusir mereka keluar, meski itu hyung-nya sekalipun.

Sesekali Jihoon memberi komentar dan saran pada Chan yang sedang menjalani recording. Hanya suara Jihoon, suara hasil rekaman, dan suara lembaran kertas yang dibalik yang mendominasi. Rekaman berjalan lancar untuk beberapa menit ke depan sebelum samar-samar suara ribut di luar ruangan berhasil menembus 2 lapis pintu ruang rekaman (yang katanya berfungsi meredam suara dari luar) dan berhasil membuat Jihoon jengkel.

Begitu Jihoon beranjak dari kursinya dan berjalan menuju pintu, para member yang ada di dalam ruangan serempak berpikir ‘untung aku tidak berada di luar’. Karena, percayalah, Jihoon yang sedang marah bukan pemandangan yang bagus untuk dilihat.

Ketika 1 pintu dibuka oleh Jihoon, suara-suara dari luar semakin jelas terdengar. Kelihatannya Soonyoung yang menggila di luar sana. Saat pintu kedua dibuka, barulah terasa seberapa besar volume kegaduhannya. Namun hal itu tidak berlangsung lama saat para member di luar melihat Jihoon lah yang membuka pintu. Bagaikan menekan tombol mute, suasana mendadak sepi. Sepertinya memang Soonyoung tersangka utama keributan karena ia memandang Jihoon dengan takut-takut.

“Bisakah suaranya jangan terlalu keras? Seisi ruang rekaman terganggu. Bagaimana kita bisa merampungkan rekaman dengan cepat kalau begini?” Tidak ada bentakan ataupun suara yang meninggi dari Jihoon. Ia tidak perlu itu. Tatapan serius dan nada bicaranya yang tegas sudah mampu membuat bahkan orang dewasa sekalipun merasa terintimidasi.

Beberapa kata maaf dilontarkan oleh para pelaku keributan, lalu mereka duduk manis dan mulai berbicara dengan suara yang kecil. Melihat keadaan sudah terkendali, Jihoon berbalik untuk masuk ke ruang rekaman.

Seungcheol yang semula duduk di sofa dekat pintu, berdiri dan mengikuti Jihoon masuk. Jihoon yang menyadari Seungcheol mengikutinya perlahan merileks. Ia kembali duduk dan otomatis menggeser kursinya agak ke samping, mempersilakan Seungcheol menempatkan satu kursi lagi dan duduk di sampingnya.

Proses rekaman berlanjut sampai selesai tanpa ada kendala dan semua member bernapas lega. Mereka semua bersiap-siap untuk pulang ke dorm, kecuali Jihoon. Sepertinya dia masih marah mengenai keributan tadi. Dan jika kau mengenalnya dengan baik, maka kau akan tahu bahwa dia akan memeriksa ulang semua hasil rekaman dengan teliti—ekstra teliti untuk orang yang membuatnya tidak senang—dan meminta siapapun yang dianggapnya kurang bagus untuk rekaman ulang. Dan pelaku yang membuatnya jengkel akan dapat perlakuan khusus tentunya.

Seungcheol mengisyaratkan agar para member pulang tanpa dirinya. Para member mengucapkan ‘selamat malam’ lalu berpamitan, ditambah Soonyoung yang mengucapkan ‘terima kasih, hyung’. Soonyoung tahu jika sang leader akan menghibur Jihoon dan berharap sang produser tidak kesal lagi di pagi harinya.

Setelah semua member menuruni tangga ke lantai satu dan tak kelihatan lagi, Seungcheol menutup 2 lapis pintu studio rekaman dan kembali duduk di samping Jihoon. “Kalau hyung mau membujukku untuk tidak terlalu keras pada Soonyoung di ruang rekaman, lupakan saja.” Kata Jihoon tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer.

“Ayolah Ji, kasihan dia sudah bersusah payah membuat koreo untuk comeback kali ini.” Tidak ada jawaban dari Jihoon. Seungcheol mencoba taktik lain. “Kau lapar? Biar kupesankan makanan. Kau mau apa? Ayam goreng?” masih tidak ada jawaban. Seungcheol sudah mulai mengetik pesan ke Soonyoung berisi ‘Tidak berhasil. Sebaiknya siapkan dirimu besok.’ saat Jihoon mulai bersuara. “Ya, aku mau.”

Rasanya berbeda sekali jika membandingkan Jihoon yang sedang melahap makanan di sampingnya ini dengan Jihoon sang produser galak. Entah kenapa Jihoon terlihat begitu santai jika hanya ada mereka berdua seperti saat ini. Bahkan sedang makan pun ia terlihat imut.

Bicara soal imut, Seungcheol tahu betul keimutan seorang Lee Jihoon di atas panggung dan di balik panggung tidak perlu diragukan. Meskipun ‘cute’ adalah konsep yang diberikan agensi ke Jihoon, ia selalu tersenyum pasrah saat diminta melakukan aegyo di acara-acara TV lalu menjadi malu sambil berpikir ‘apa yang baru saja kulakukan?’.

Tetapi sekarang berbeda. Saat tinggal mereka berdua di dalam studio, baik saat Seungcheol menemani Jihoon bekerja ataupun berdiskusi hingga larut malam, Jihoon terlihat sedikit berbeda. Kadang ia bicara dengan aksen imut seperti tulisan-tulisannya di chatroom, dan jika Seungcheol beruntung, kadang Jihoon dengan sukarela ber-aegyo ria di depannya. Bukan aegyo yang sering diperlihatkan para idol di TV, tetapi murni aegyo alami seorang Lee Jihoon.

Sejauh ini Seungcheol yakin Jihoon tidak senyaman ini dengan orang lain. Dan ia berharap ialah satu-satunya, karena Jihoon yang ini sangat manis dan Seungcheol tidak sudi berbagi Jihoon-versi-manis ini dengan orang lain, siapapun itu.

 

Your twinkling eye smile

And your warm gaze

I don’t want you to direct it to someone else

Because it’s for my eyes only

 

END

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
leejihoon92
#1
Chapter 1: Yahaaaaa jicheol feels
scoupstu #2
Chapter 1: Siyall fluff sangat ahdbdjwnwjdkekejwbw

Oke lanjutkan

Ea selamat uda debut

Buka akun di wp juga boleh tuh