Not Free
Another SideKedua tanganku melingkar ke belakang punggungnya, menarik tubuh itu lebih erat. Bahunya tidak lagi berguncang hebat. Perlahan irama nafasnya mulai beraturan. Tidak ada lagi isak tangis.
"Maafkan aku"
"Kamu tidak bersalah" aku berusaha menenangkannya.
"Bagaimana jika aku terlambat bangun?"
"Jangan bicara seperti itu. Kau sudah melakukan yang terbaik. Kau berhasil kembali Fany-ah"
Kebersamaan aku dengan Stephanie tidak berjalan sejauh yang aku bayangkan. Setelah menggerakan kaki beberapa langkah tiba-tiba Stephanie berhenti berjalan. Kedua tangannya memegang kepala. Ekspresi kesakitan terlihat jelas di wajah.
Aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tiffany kembali.
Aku tidak bisa memaksa Tiffany untuk bangun ketika Stephanie sedang mengambil alih tubuh itu. Dan begitu pula sebaliknya. Bahkan apabila aku berteriak ribuan kali memanggil nama Tiffany di depan Stephanie secara langsung tidak akan mengubah kenyataan bahwa sosok yang asa di hadapanku adalah Stephanie.
Lalu bagaimana bisa Tiffany kembali seperti sekarang?
Hal itu dipicu oleh keinginan dari diri Tiffany sendiri. Aku tidak tahu apakah hipotesa aku benar, tetapi sejauh pengamatanku bisa aku tarik kesimpulan bahwa terkadang para alter—begitu para ahli kejiwaan menyebut jiwa yang berada pada kasus kepribadian ganda—bisa saling mengetahui satu dengan yang lainnya.
Stephanie memiliki prosentase kemungkinan lebih besar dibandingan Tiffany. Aku tidak tahu pasti mengapa bisa demikian. Selama aku berinteraksi dengan Stephanie, dia bisa dengan detail menceritakan apa yang tengah Tiffany alami. Khususnya pada kejadian-kejadian buruk. Sedangkan Tiffany hampir tidak mengetahui apa yang Stephanie perbuat.
Ada satu kejadian dimana ketika Tiffany membuka mata, dia merasakan sesak pada saluran pernafasan. Namun, dia sama sekali tidak tahu penyebabnya.
Faktanya, Stephanie merokok di saat Tiffany tertidur.
Kendati demikian, ada satu waktu dimana Tiffany bisa selalu merasakan perbuatan Stephanie. Wa
Comments