Final Chapter

Black Pearl

Udara malam ini terasa lebih dingin dari biasanya menurut Taecyeon. Entah karena ia gugup atau memang udara benar-benar terasa lebih dingin. Taecyeon mengeratkan jaket yang dipakainya. Pikirannya berkecamuk, memikirkan strategi dan kemungkinan yang akan terjadi, karena saat ini Ia dan Jun.K tengah berada di pelabuhan tempat dimana ia dan Nichkhun akan melakukan pertukaran. Ia nekat mengorbankan kesetiaannya sebagai agen BIN dengan melepaskan seorang tahanan untuk kepentingan pribadinya. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Lebih baik ia membusuk di penjara karena melepaskan seorang tahanan dari pada melihat adiknya mati di tangan para bedebah itu.

 

"Bagaimana rasanya berurusan dengan Black Pearl, Taec?" Jun.K bertanya dengan senyum licik yang terlukis apik di bibirnya.

 

"Diam! Atau aku akan membuat kau menutup mulutmu dengan timah panasku!" Taecyeon menekan pada setiap kata-kata yang diucapkannya, yang hanya dibalas dengan seringai meremehkan dari Jun.K.

 

Taecyeon melirik sekilas pada jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam 23.15. Nichkhun datang terlambat dari waktu yang mereka sepakati. Taecyeon mulai cemas, walaupun wajahnya masih tampak tenang karena ia tak mau terlihat lemah di depan Jun.K. Ia mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi. Dan hal itu sama sekali tak membantunya untuk merasa lebih tenang.

 

Taecyeon mengamati suasana di sekitar pelabuhan. Benar-benar sunyi. Hanya suara deburan ombak di kejauhan sana yang menyapa indra pendengarannya.

 

Tak berselang lama, bunyi deruman Lagonda Rapide memecah keheningan pelabuhan itu. Mata Taecyeon menatap mobil lawas itu dengan tatapan tajam. Tak sedetik pun ia melepaskan pandangannya dari mobil itu hingga akhirnya mobil berwarna merah maroon itu berhenti di hadapannya.

 

Nichkhun bersama dengan beberapa anak buahnya terlihat turun dari mobil itu. Walaupun sekilas, ia sempat melihat senyum mengejek yang dilemparkan oleh laki-laki bermata bulat tersebut.

 

"Menunggu lama Bung?" tanyanya setengah mengejek.

 

"Hentikan semua basa-basi tak bergunamu itu, brengsek!" Taecyeon menggeram saat ia melihat Nichkhun bersikap santai seolah tak ada apapun yang terjadi.

 

Nichkhun melambaikan tangannya, memberikan isyarat pada anak buahnya untuk melaksanakan tugasnya. Dua orang laki-laki berbadan besar itu segera menarik seorang anak kecil keluar dari mobil dengan cara yang kasar. Tangan anak kecil itu diikat kuat dengan sebuah tali tambang. Teriakannya tertahan oleh plester hitam yang membekap mulutnya saat mata kecilnya melihat Taecyeon berdiri beberapa meter di depannya. Air mata juga telah membanjiri kedua pipi chubbynya.

 

"Lepaskan Wooyoung!" Taecyeon menggeram. Tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. Ia benar-benar geram dan nyaris kehilangan kesabarannya saat melihat adiknya diperlakukan seperti itu.

 

"Kheh!" Dengusan meremehkan meluncur dari bibir laki-laki bermata besar tersebut. "Tidak semudah itu bung, lepaskan Boss kami terlebih dahulu, baru aku akan melepaskan adik kecilmu."

 

Taecyeon semakin menguatkan genggamannya, "Kau fikir aku akan mempercayai kata-kata bajingan sepertimu?!"

 

"Cih. Kau keras kepala juga ternyata," Nichkhun menjilat bibirnya sekilas. Senyum aneh terlukis di bibirnya walau hanya sepersekian detik. "Baiklah! Dalam hitungan ketiga, kita lepaskan bersama-sama," ucapnya kemudian.

 

Taecyeon mengangguk setuju.

 

"Satu," hitung mereka bersama-sama.

 

"Dua," mata mereka sama-sama terlihat tajam dan saling mengintimidasi.

 

"Tiga!" mereka sama-sama melepaskan sandera mereka masing-masing.

 

Wooyoung segera berlari ke arah Taecyeon secepat mungkin menggunakan kaki-kaki kecilnya. Taecyeon pun langsung berlari ke arah Wooyoung saat ia melihat Nichkhun mengeluarkan sesuatu dari balik jaket yang dikenakannya. Ia mendekap Wooyoung dan berbalik membelakangi Nickhun saat suara tembakan itu terdengar.

 

"Arrrgh!" Taecyeon merintih sembari memegangi bahunya. Nichkhun baru saja akan melesatkan tembakan kedua saat ia mendengar suara sirine menggema dari semua penjuru pelabuhan tersebut. Ia segera memerintahkan anak buahnya untuk pergi dari tempat itu. Tak lupa melemparkan sebuah senyum kemenangan pada Taecyeon.

 

Tak lama kemudian Chansung dan Shinhye datang bersama dengan pasukan khusus mereka. Shinhye bergegas menghampiri Taecyeon untuk melihat keadaannya.

 

 

 

-Flashback Start-

 

"Kita tidak bisa diam saja seperti ini Boss!" Junho menatap atasannya dengan tatapan nyalang. "Aku tidak bisa membiarkan Taecyeon menjadi seorang pengkhianat negara!"

 

"Aku tahu Junho. Tapi kita tidak bisa bergerak sendiri! Kita punya aturan yang harus kita patuhi!"

 

"Persetan dengan semua aturan itu! Apa kau juga akan diam saja kalau salah satu keluargamu menjadi sandera hah?!" hilang sudah semua sopan santun Junho pada Bossnya tersebut. Ia sudah terlalu geram dengan semua kekacauan yang terjadi.

 

"Berbicara tentang aturan, aku menemukan sesuatu disini." satu-satunya wanita yang ada di ruangan tersebut akhirnya angkat bicara. Ia sibuk membolak-balik lembaran demi lembaran buku tebal yang berisi peraturan-peraturan untuk seorang anggota BIN.

 

"Apa yang kau temukan Shinhye?" tanya Chansung sembari berjalan mendekat ke arah sekretaris cantiknya tersebut. Junho terlihat mengekor di belakangnya.

 

"Disini tertulis, seorang anggota BIN harus mengutamakan keselamatan warga sipil di atas pekerjaannya. Itu berarti menyelamatkan adik Taecyeon lebih utama dari pada menangkap Boss Black Pearl. Jadi Taecyeon sama sekali tak melanggar aturan, dan kita harus membantunya." jelas Shinhye panjang lebar. Mereka bertiga terdiam, hanya menatap satu sama lain. Memberi isyarat dengan mata mereka bahw mereka memikirkan hal yang sama.

 

"Siapkan senjata kalian!" dan satu perintah dari Chansung tersebut segera direspon oleh Junho dengan seringainya. Ia sudah siap menghabisi para bedebah-bedebah brengsek yang telah membuat suasana sekacau ini.

 

-Flashback End-

 

 

 

"Bertahanlah Taec. Tim medis akan segera datang," ucap Shinhye mencoba bersikap tenang, walaupun raut wajah khawatir tercetak jelas di wajahnya.

 

Wooyoung yang sedari tadi berada di dekat Taecyeon hanya bisa menangis melihat keadaan kakaknya yang mengerang kesakitan. Ia terus menggenggam jari-jari Taecyeon dengan tangan mungilnya.

 

"Hyung. Maafkan aku. Maafkan aku," Wooyoung terus menangis sembari meminta maaf di sela-sela isakannya. Ia seolah-olah bisa merasakan kesakitan yang dirasakan oleh kakaknya.

 

"Woo-baby, jangan menangis. Aku tidak apa-apa. Ini semua bukan salahmu. Kau mengerti?" Taecyeon menampilkan senyum tipis untuk meyakinkan adik kecilnya tersebut. Wooyoung hanya mengangguk sembari menghapus air mata yang masih saja mengalir dari kedua mata kecilnya, sebelum akhirnya memeluk kakak kesayangannya itu dengan erat.

 

 

~2PM~

 

 

Nichkhun memacu mobilnya dengan kecepatan penuh keluar dari area pelabuhan tersebut. Dengan lihai ia menghindari beberapa mobil dan truk yang menghalangi jalannya. 

 

"Khun! Cepatlah!" Jun.K terlihat panik saat ia menoleh ke belakang dan melihat beberapa mobil polisi tengah mengejar mereka.

 

"Kalian semua, hadang mobil-mobil itu!" Nichkhun berteriak memberikan komando pada anak buahnya melalui earphone bluethooth yang tertempel di telinganya. Ia kemudian membanting kemudi ke arah kiri untuk mengambil jalur lain.

 

Nichkhun melepaskan tembakan bertubi-tubi ke arah beberapa mobil polisi yang berhasil lolos dari hadangan anak buahnya. Mobil-mobil polisi itu akhirnya terpelanting ke sisi jalan saat beberapa peluru yang dilesatkan oleh Nichkhun mengenai roda mereka. 

 

"Rasakan itu, sialan!" Jun.K mengumpat penuh kemenangan melihatnya.

 

Nichkhun baru akan menambah kecepatannya ketika ia keluar dari gerbang pelabuhan saat bagian depan mobilnya dihantam oleh mobil lain dari sisi kiri. Mobil Nichkhun sempat terpelanting beberapa kali sebelum akhirnya berhenti karena menabrak pembatas jalan yang cukup tinggi. Ia dengan susah payah mencoba keluar dari mobilnya. Sedangkan Jun.K juga terlihat kesusahan untuk keluar dari mobil tersebut karena kakinya terjepit badan mobil.

 

 

-Flashback Start-

 

Junho bersama pasukan khusus lainnya tengah mengemudi memasuki gerbang pelabuhan. Ia melihat ke arah layar GPSnya. Sebuah titik merah terlihat bergerak disana. Titik merah itu adalah Jun.K. Junho secara diam-diam memasukkan sebuah alat pelacak di saku jaket yang dikenakannya.

 

"!" umpatnya kasar.

 

"Ada apa Junho?" tanya sebuah suara dari ujung earphone yang dipakai Junho.

 

"Dia mulai bergerak Boss. Kalian temui Taecyeon. Biar aku yang mengurusnya."

 

"Tapi Junho, kau tidak bisa bergerak sendiri! Jun-" teriakan tersebut terpotong saat Junho dengan sengaja mematikan sambungan earphone yang dipakainya. Ia kemudian memutar balik mobilnya dan menuju ke arah gerbang pelabuhan.

 

-Flashback End-

 

 

 

Pelaku penabrakan tersebut yang tak lain adalah Junho yang sejak tadi telah mengintai mobil Nichkhun di depan gerbang, tanpa basa-basi segera keluar dari mobilnya dan mengacungkan Glock-17nya pada Nichkhun. Nichkhun yang telah berhasil keluar dari mobil tersebut berjalan tertatih ke arah Junho sembari mengangkat tangannya, pertanda menyerah. Tapi saat sampai di depan Junho, ia dengan sigap menendang pistol yang tengah diacungkan oleh Junho sehingga pistol tersebut terlempar beberapa meter dari tempat Junho berdiri sekarang. Ia kemudian mengarahkan pukulannya pada sisi kiri pipi Junho.

 

"Brengsek!" Junho mengumpat sembari menyeka darah segar yang mengalir dari sudut bibirnya yang sobek akibat pukulan Nichkhun tadi. Ia kemudian bangkit dan melayangkan tinjunya ke arah Nichkhun, yang dengan sigap ditangkis oleh laki-laki bermata bulat tersebut. Junho dan Nichkhun terus melancarkan serangan kepada satu sama lain. Tidak ada yang mau mengalah di antara keduanya.

 

Junho kini terengah-engah dengan salah satu tangan yang memegangi sisi perutnya. Nichkhun berhasil mengarahkan pukulannya dengan telak ke arah perut Junho. Sedangkan Nichkhun tersungkur ke aspal akibat kepalanya yang terkena tendangan maut Junho. 

 

Dengan nafas yang masih tersengal, Junho berjalan menghampiri anak buah Jun.K tersebut. "Bangun brengsek! Urusan kita belum selesai!" seru Junho dengan nada memprovokasi. Seringai aneh nampak terukir di bibirnya. Ia menarik bagian depan baju yang dipakai oleh Nichkhun, memaksanya berdiri.

 

Nichkhun bangkit dengan bersusah payah. Matanya setengah tertutup dan pandangannya mulai mengabur. Tapi entah mendapatkan kekuatan dari mana, ia tiba-tiba dengan sekuat tenaga membenturkan kepalanya ke kepala Junho, dan benturan tersebut tepat mengenai mata kiri Junho.

 

"Argh! Damn You!" Junho mengumpat dan dengan refleks memegangi daerah sekitar mata kirinya yang kini nampak mulai mengeluarkan darah. Cengkramannya pada baju Nichkhun pun terlepas. Ia jatuh berlutut dengan masih memegangi daerah sekitar mata kirinya yang sekarang terasa berdenyut dan sangat sakit.

 

Tanpa Junho sadari, Nichkhun kini berjalan sempoyongan untuk mengambil pistol Junho yang tadi sempat terlempar. Ia kemudian mengarahkan pistol tersebut ke arah Junho dan sedetik kemudian ia menarik pelatuk pistol tersebut.

 

DOR!

 

Suara nyaring yang dihasilkan oleh Glock-17 tersebut adalah satu-satunya suara yang terdengar di tengah-tengah keheningan malam pelabuhan Incheon.

 

Tubuh Nichkhun tersungkur dengan sebuah peluru yang bersarang tepat di kepalanya. Tak jauh dari tempat Nichkhun tersungkur, Shinhye terlihat berdiri tegak dengan sebuah pistol di tangannya. Ia segera memasukkan pistol yang ia gunakan untuk menembak Nichkhun tadi ke dalam sarungnya sebelum akhirnya ia setengah berlari ke arah Junho yang masih meringkuk memegangi daerah sekitar mata kirinya.

 

"Junho, kau baik-baik saja?" tanyanya sembari berjongkok, menyamakan tingginya dengan Junho. Ia mencoba menyingkirkan tangan Junho yang menutupi mata kirinya. Dan terlihatlah mata kiri Junho yang sekarang membengkak dengan darah segar yang masih mengucur dari lukanya.

 

Di sisi lain, Jun.K secara diam-diam mencoba untuk melarikan diri dari sana. Tapi hal itu tak luput dari mata jeli Shinhye yang dengan sigap kembali mengeluarkan pistolnya dan menembak kaki kiri Boss Black Pearl tersebut.

 

"Nice shoot Shinhye." Junho tertawa kecil di tengah-tengah ringisan akibat rasa sakit yang dirasakannya.

 

"Diam bodoh! Saat ini bukan waktu yang tepat untuk kau tertawa!" dengusan sebal meluncur dari bibir wanita berambut panjang tersebut.

 

"Good job Guys! The game is over now," Chansung keluar dari mobil Van hitam sembari bertepuk tangan melihat hasil kerja anak buahnya.

 

"Yes Boss." Junho tersenyum hangat walaupun dia terus menahan sakit di sekujur tubuhnya. "Oh, bagaimana keadaan Taecyeon? Apa dia baik-baik saja?" tanya Junho saat teringat keadaan rekan kerjanya tersebut.

 

"Tenang saja Junho. Tim medis sudah menanganinya," bukan Chansung, melainkan Shinhye yang menjawab pertanyaan Junho.

 

"Baiklah, sebaiknya kita segera membereskan kekacauan ini dan kembali ke markas." Chansung menepukkan kedua tangannya. "Dan kau Junho. Kau harus ikut tim medis untuk mengobati lukamu."

 

"Roger that Captain!" ucap Junho sembari memberikan hormat pada Chansung dengan ekspresi main-main. Yang langsung saja dibalas dengan dengusan geli oleh Bossnya tersebut.

 

-THE END-

 

 

 

Dan berakhirlah sudah ff action gagal ini.

Terimakasih sudah membaca ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
soleha_nuranisa #1
Chapter 3: penasaran hubungan shin hye berlanjut ke taecyeon gk yah??
eyessmile14
#2
Chapter 3: Sudah tamat? Seriusan thor? Wae wae waeee ceritanya keren tp gereget ih bikin gereget sumpah terlalu pendek ini mah wkwk
Itu Nickhunnya mati kah sudh? Turut berduka cita:(
Asik2nya baca part kelainya eh udah habis aja XD Baca 2 part sekaligus rasanya ga berasa ih:(
Sebenarnya ini ga gagal thor cuman karena kependekan kali ah makanya author mikir gagal :(
fytry_ #3
Chapter 3: Laahhh why dibilang gagal..??
Seru tauuukkk.....
light_love #4
Chapter 3: Yah
Kok udah selesaiiii...lagi donk
fytry_ #5
Chapter 2: Btw, sama2... senang bisa membantuu... :)

Trus ini aku kudu ngomen lagi gak nih buat part ini..?? Hwahahahaaa.....

Ngomen lagi aja aahh...

Pliss.. Bang Khun, jangan sakiti Uyong pliss..!! Bahagiain ajaa diaa... jangan disakiti. Karena disakiti itu nggak enak.... *laahhh*

Ditunggu kelanjutannya yaa saay.... :* :*
soleha_nuranisa #6
Chapter 1: ya ampun, cerita taecshin. duh penasaran ama romance mereka..
eyessmile14
#7
Chapter 1: Ah aku suka action!! Belum kesampaian bikin action akhirnya kamu bikin author ovy!! :")
Ih kenapa cuman sampe 3 chapters aja? Yang satu chapter ini aja berasa pendek banget. Perasaan baru sekali ngescroll aja udah tbc aja. Kalau dipaskan sampe 3 chapters aja kurang gereget eon. Sesuatu yang dipaksakan itu ga baik author ovy wkwk *plak
Gilak keren banget sih peran kedua ma love di sini uu agen2 rahasia *.*
Iam looking forward for the next chapter yeay\^0^/
fytry_ #8
Chapter 1: Ughlalaaaaa.....

But why must be Shin Hye yg jadi ceweknya..?? *cuma nanya aja*

Sedikit koreksi tulisan dari aku Sha...
Coba diperhatiin lagi penulisan/penggunaan di/ke untuk kata sambung dan kata depan (keterangan tempat). Beberapa kata depan masih disambung penulisannya, padahal seharusnya kan dipisah.

Kayak : disebuah kursi besar, didalam --- ini seharusnya dipisah : di kursi, di dalam. dst.

Begitulaahh...

Ditunggu kelanjutannya... :* :*
ayudaantariksa #9
Chapter 1: Good , lanjut lagi kak