Chapter 2

Black Pearl

 

Lampu dansa terlihat berkerlap-kerlip menyinari lantai dansa sebuah klub malam. Alunan musik EDM dengan volume yang memekakkan telinga mengiringi puluhan orang yang nampak tengah larut dalam tariannya. Salah satu diantara mereka adalah Taecyeon. Ia terlihat sangat menikmati musik upbeat yang menyapa gendang telinganya. Ia menggerakkan badannya, mengikuti alunan musik yang membuatnya menari mengikuti irama musik tersebut. Beberapa wanita dengan pakaian minim terlihat mengelilinginya. Memberikan senyuman seduktif dan sengaja menggerakkan badan mereka secara sensual ke arah Taecyeon.

 

"Ayolah Taec! Kau disini bukan untuk bersenang-senang," Junho berdecak sebal melalui earphone kecil tak kasat mata yang terpasang di telinganya.

 

"Just enjoy the party Junho. Belum tentu dalam waktu 10 tahun ke depan kita bisa bersenang-senang disaat bekerja seperti ini?" ucap Taecyeon santai.

 

"Ceh. Dasar sinting!" Junho hanya bisa tersenyum kecil sembari menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan rekan satu timnya tersebut.

 

Junho kemudian bangkit dari kursinya, dan mulai berjalan di sekitar klub. Beberapa wanita berpakaian minim yang dilaluinya tampak melemparkan tatapan genit padanya, yang hanya ditanggapi Junho dengan senyum kecut dan dengusan sebal. Ia memang paling benci pergi ke tempat yang berisik dan penuh dengan orang seperti ini. 

 

Setelah berkeliling selama beberapa saat, Junho akhirnya menemukan orang yang dicarinya, Jackson. 

 

Laki-laki muda berambut pirang itu berjalan memasuki club sembari merangkul dua orang wanita cantik berpakaian minim di masing-masing lengan kiri dan kanannya. Ia kemudian mendudukkan dirinya di sofa hitam di sudut club tersebut.

 

"Taec, kurasa aku telah menemukan target kita."

 

"Secepat itu? Sayang sekali. Padahal aku masih ingin bersenang-senang disini."

 

"Jangan gila Taec!" ucap Junho setengah kesal pada teman bergigi besarnya tersebut.

 

Taecyeon tertawa mendengar ucapan Junho. "Aku hanya bercanda Junho. Ayo temui bedebah kecil itu."

 

Junho berjalan perlahan ke arah sudut club tempat seorang laki-laki muda yang tengah merayu para gadisnya tersebut. Laki-laki dengan tubuh atletis tersebut terlihat menghisap lintingan yang terselip di sela-sela jarinya.

 

"Wang Jackson?" tanya Junho saat ia telah sampai di depan laki-laki itu.

 

"Siapa?" tanya Jackson setengah mabuk akibat yang dihisapnya.

 

"Aku utusan JYP," nada bicara Junho terdengar datar.

 

Jackson mengangkat sebelah alisnya. "JYP? Bukankah tua bangka itu sudah tertangkap oleh BIN?" tanya Jackson mengernyitkan alisnya. Ia menatap curiga pada Junho.

 

"Kau benar. Tapi dia menitipkan satu pesan kepadaku sebelum dia ditangkap. Ini mengenai transaksi yang harus kalian lakukan dengan Black Pearl secepatnya. Bisa kita bicara sebentar?"

 

Jackson terlihat mengernyitkan alisnya, berfikir. "Baiklah sayang, sepertinya kalian harus pergi sebentar," ucap Jackson kepada wanita-wanita yang ada di sampingnya, dan mengecup setiap jengkal dari pipi wanita-wanita penghibur tersebut.

 

Junho mendudukkan dirinya di samping kanan Jackson setelah para wanita penghibur itu pergi. Jackson menatapnya dengan tatapan menilai. Tak sepenuhnya percaya pada orang yang mengaku sebagai utusan JYP tersebut.

 

Tak lama kemudian Taecyeon datang menghampiri mereka. Tatapan mata Jackson terlihat waspada. Ia kurang lebih telah bisa menerka apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia baru saja akan berdiri untuk pergi dari sana saat Junho secara tersembunyi mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya yang tertutup mantel. Secara diam-diam, Junho menodongkan sepucuk pistol di sisi kanan perut Jackson dari balik mantel hitam yang dipakainya, sehingga tak terlihat oleh siapapun.

 

"Wang Jackson? Kami adalah agen BIN," ucap Taecyeon yang telah berdiri tepat di depan Jackson, sembari menunjukkan kartu identitas yang terdapat di balik jaketnya.

 

"Ikut kami!" Junho menekan ujung pistolnya lebih dalam ke sisi perut Jackson.

 

"Oh, !" umpat Jackson terlihat sangat kesal.

 

Mereka bertiga keluar dari klub tersebut. Junho menyeret Jackson ke gang sempit yang terletak di belakang klub tersebut.

 

"Jadi benar, kaulah pemasok senjata untuk Black Pearl saat ini?" tanya Junho.

 

"Apa urusannya dengan kalian?"

 

"Jawab saja kalau kau tidak mau kepalamu berlubang bedebah kecil," Junho beralih mengacungkan moncong Glock-17nya ke pelipis Jackson.

 

"Wow wow wow. Tenanglah Bung. Aku tidak mengatakan aku tidak mau memberitahu kalian," Jackson mengangkat kedua tangannya, menyerah.

 

"Jangan mengulur-ngulur waktu!" Junho semakin mencondongkan moncong pistolnya di pelipis Jackson.

 

"Kalian benar. Tapi sudah 2 bulan ini mereka tidak memintaku untuk memasok senjata ke tempat mereka. Biasanya setiap bulan mereka menyuruhku untuk memasok senjata kepada mereka," ucap Jackson.

 

"Kenapa?" tanya Junho lagi, sama sekali tak melepaskan moncong senjatanya dari kepala Jackson.

 

"Mereka sedang mengalami krisis keuangan, karena 2 bulan yang lalu BIN berhasil menyita hampir 60 persen aset mereka. Tapi sayangnya BIN gagal menangkap Jun.K karena kelihaian anak buahnya, Nichkhun."

 

"Ya. Kami juga tahu itu," ucap Junho.

 

"Lalu apa lagi yang kau ketahui tentang mereka?" Taecyeon yang sejak tadi hanya diam dan mengawasi akhirnya membuka suaranya.

 

"Aku tidak tahu."

 

 

Jawaban Jackson berbuah tindakan Junho yang menyiapkan pistolnya dalam posisi siap tembak. 

 

"Jangan berani-berani membohongi kami brengsek!"

 

"Organisasi mereka sangat tertutup! Sama sekali tak ada informasi mengenai mereka. Apalagi setelah BIN menyita hampir 60% aset mereka. Mereka semakin menutup diri dari dunia luar!" Jackson terlihat takut karena Junho terlihat siap untuk menarik pelatuknya dan menyarangkan timah panas ke dalam kepalanya.

 

Junho menatap Jackson dengan tatapan tidak percaya sampai akhirnya sebuah dering telefon mengagetkan mereka bertiga.

 

"Siapa?" tanya Taecyeon pada Jackson yang tengah mengeluarkan ponsel dari saku celananya di bawah tatapan mengintimidasi dari Junho.

 

"Black Pearl."

 

"Angkat telfonnya!"

 

Jackson dengan gugup mengangkat telefon dan berbicara dengan orang di seberang telefon. Tak lama kemudian ia menutupnya kembali.

 

"Apa yang mereka inginkan?" tanya Taecyeon.

 

"Mereka memintaku untuk kembali memasok senjata pada mereka. Dan mereka ingin melakukan transaksi."

 

"Oh yeah! Berita bagus!" seru Junho. Matanya terlihat bersemangat, walaupun ia sama sekali tak menurunkan tingkat kewaspadaannya pada Jackson.

 

"Dimana? Dan kapan?" tanya Taecyeon.

 

"Besok malam. Di pelabuhan."

 

"Baiklah." Taecyeon mengangguk mengerti. "Junho, pasangkan alat penyadap ke tubuhnya."

 

"Hey hey hey! Apa maksud kalian? Kalian tak perlu sampai sejauh ini. Aku tidak akan kabur!" Jackson berusaha memberontak, tapi Junho dengan sigap segera mengunci gerakannya, dan dengan terampil memasangkan sebuah gelang besi ke pergelangan tangan Jackson dengan gerakan cepat.

 

"Gelang ini hanya bisa terlepas dengan kode rahasia yang hanya diketahui oleh BIN. Jadi, jangan coba-coba untuk melarikan diri!" Junho berkata dengan nada rendah yang menakutkan. "Sekarang pergilah. Kuyakin wanita-wanita jalang itu sudah menunggumu di sana." Junho menghempaskan tubuh Jackson kasar. Dengan terburu-buru Jackson melangkah pergi dari sana. Tapi baru beberapa langkah, ia mendengar Junho berkata, "Aku akan mengukir lubang indah di kepalamu kalau kau berani berkhianat pada kami, Wang Jier," Jackson sempat membatu saat mendengar nama aslinya disebut oleh Junho, sebelum akhirnya ia kembali melangkah pergi dengan setengah berlari.

 

 

~2PM~

 

 

 

 

Pelabuhan Incheon terlihat masih ramai walau waktu telah menunjukkan tengah malam. Tapi di salah satu sudut pelabuhan yang tak biasanya dikunjungi oleh orang-orang, terlihatlah 3 orang laki-laki dengan pakaian serba hitam mereka.

 

"Kapan mereka akan datang?" tanya salah satu diantara mereka yang tak lain adalah Junho.

 

"Kurasa sebentar lagi." Jackson menjawab tanpa melihat ke arah Junho. Ia tengah sibuk menghidupkan pemantiknya yang sedari tadi tak kunjung memercikkan api.

 

"Kau sudah memastikan kalau Jun.K sendiri yang akan melakukan transaksi ini bukan?" tanya Junho sembari menyodorkan pemantik yang telah menyala pada rokok yang tengah diapit oleh belahan bibir Jackson.

 

"Tentu saja. Jun.K selalu melakukan transaksinya sendiri. Dia tidak pernah percaya pada siapapun."

 

"Baiklah. Kalau semua yang kau katakan tidak benar, akan kupastikan api ini bukan hanya menyulut batang rokokmu," Junho menatap ke dalam mata Jackson, mengintimidasi, sembari mematikan pemantiknya.

 

"Ceh! Sepertinya kau memang suka sekali mengancam, Bung."

 

"Kupastikan apa yang kukatakan bukanlah hanya sekedar ancaman saat kau berkhianat pada kami."

 

"Sebaiknya kau turuti perintahnya bocah. Dia bukanlah orang dengan stok kesabaran yang banyak," Taecyeon yang sejak tadi hanya diam akhirnya membuka suaranya saat ia merasa temperamen Junho mulai naik.

 

"Okay okay. I got it!"

 

Junho dan Taecyeon bergegas menyembunyikan diri mereka dalam sebuah peti kayu yang cukup besar untuk mereka berdua.

 

Tak berselang lama kemudian datanglah sebuah mobil Aston Martin DB5 hitam, disusul dengan beberapa mobil lainnya. Dari dalam Aston Martin tersebut keluarlah seorang pria berambut cokelat. Ia mengenakan jaket kulit cokelat yang melapisi kaos putihnya. Dia adalah Jun.K. Bos mafia Black Pearl.

 

Di belakang Jun.K terlihat seorang laki-laki berambut hitam, sebuah tato kecil tampak terukir di lengan kirinya. Matanya terlihat tajam dan selalu awas memindai daerah di sekitarnya. Ia terlihat menenteng 2 buah koper besar yang bisa ditebak berisi uang tunai. Dialah Nichkhun, anak buah sekaligus orang kepercayaan Jun.K.

 

"Tunjukkan barangnya," tanpa basa-basi Jun.K berkata dengan nada dingin pada Jackson.

 

"Tunjukkan dulu uangnya."

 

"Cih! Penggila uang sepertimu memang tak tahu malu," Jun.k menunjukkan ekspresi jijiknya pada Jackson. "Tunjukan padanya Khun!"

 

Nichkhun membuka kedua koper yang dibawanya, dan terlihatlah lembaran Won yang tertata rapi disana.

 

"Sekarang biarkan aku memeriksa barangnya!" lagi-lagi nada datar nan dingin mengalun dari belahan bibir Boss Black Pearl tersebut.

 

"Silahkan saja," ucap Jackson yang kemudian mempersilahkan Jun.K untuk membuka peti besar yang ada di hadapannya.

 

"Khun!" Jun.K memerintahkan Nichkhun untuk memeriksa peti tersebut melalui isyarat tangannya. Khun mengangguk.

 

Nichkhun menyentuh pengait peti tersebut untuk membukanya saat tiba-tiba peti itu menjeblak terbuka dan munculah Junho dan Taecyeon dari dalam peti tersebut, lengkap dengan Glock-17 mereka.

 

Junho berhasil meraup bagian depan kaos Jun.K. Sedangkan Taecyeon berhasil mengunci leher Nichkhun dan menodongkan pistol ke arah kepalanya.

 

"Turunkan senjata kalian atau peluruku akan bersarang di kepalanya," ucap Junho kepada seluruh anak buah Jun.K yang ada disana.

 

Nichkhun mengangguk kemudian mengisyaratkan anak buahnya untuk menurunkan senjata dan pergi dari sana.

 

Setelah anak buahnya pergi dengan sigap Nichkhun memukul kepala Taecyeon dengan sikunya. Taecyeon tersungkur dengan darah yang mengalir dari pelipisnya. Pistolnya terlempar ke arah kaki Nichkhun, dan dengan sigap Nichkhun mengambil pistol Taecyeon yang terlempar ke dekat kakinya dan menodongkan moncong Glock-17 itu di dahi Taecyeon.

 

"Kalau kau berani menembaknya, aku tidak akan segan-segan memecahkan kepala Bossmu!" ucap Junho tiba-tiba dengan masih menodongkan moncong pistolnya ke kepala Jun.K.

 

Nichkhun melangkah mundur sambil tetap mengacungkan pistolnya ke arah Taecyeon. Dengan gerakan cepat ia kemudian memasuki mobilnya dan menginjak pedal gasnya dengan kecepatan tinggi meninggalkan tempat itu. Anggota BIN yang sudah berjaga-jaga di sana mencoba mengejarnya, tapi Taecyeon mencegah mereka.

 

"Biarkan saja, yang terpenting kita sudah menangkap kepalanya. Dia hanya ekor dari organisasi ini."

 

"Tapi Taec, orang yang bernama Nichkhun itu sangat berbahaya," Junho menggeram tertahan.

 

"Dia tidak akan bisa berbuat banyak selama Jun.K ada di tangan kita," ucapnya sembari menyeka darah segar yang mengalir dari pelipisnya.

 

"Cih, kalian tidak tahu siapa yang sedang kalian hadapi," ucap Jun.k tiba-tiba.

 

"Diam kau, brengsek!" Junho mengeratkan cengkramannya pada leher Jun.K, sedangkan Jun.K hanya menyeringai licik ke arah Junho. 

 

~2PM~

 

 

"Bagaimana kepalamu Taec?" Junho menepuk bahu Taecyeon yang tengah duduk di kursi kerjanya.

 

"Sudah lebih baik. Tapi pukulan orang itu lumayan juga." Taecyeon meringis memegangi pelipisnya yang masih terasa sedikit nyeri.

 

"Pakai ini," Junho mengulurkan kantung es pada Taecyeon untuk mengompres pelipisnya. Yang dibalas Taecyeon dengan senyum tipis dan ucapan terima kasih.

 

"Lalu, apa rencana kita selanjutnya Junho?"

 

"Untuk semetara kita masih harus menunggu perintah lanjutan dari Tuan Hwang. Dia yang memutuskan untuk menangani kasus ini sendiri atau menyerahkannya pada kepolisian."

 

"Ah begitu." Taecyeon mengangguk paham.

 

Seseorang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan itu, mengagetkan Junho dan Taecyeon yang tengah larut pada fikiran mereka masing-masing.

 

"Ada apa Shinhye-shi?" tanya Junho.

 

"Um, aku menerima kiriman ponsel ini dari seseorang. Saat kubuka, ponsel ini langsung berdering. Dan orang yang menelfon ingin berbicara denganmu Taec," Shinhye mengulurkan sebuah ponsel pada Junho dan Taecyeon. Mereka dapat melihat kegugupan yang ditunjukkan oleh sekretaris cantik itu.

 

"Siapa?" Taecyeon menerima uluran ponsel dari Shinhye. Tapi ia tak langsung berbicara pada orang di seberang telefon. Ia malah menatap Shinhye dengan tatapan bertanya.

 

"Angkat saja telefonnya Taec."

 

Dengan ragu-ragu Taecyeon mengangkat telefon itu. Di seberang telefon terdengar suara seorang anak kecil yang tengah menangis sambil memanggil-manggil namanya.

 

"Taecyeon-hyung... hikz... tolong... hikz... aku," ucapnya tersendat-sendat di sela-sela tangisannya.

 

"Bagaimana Ok Taecyeon? Apa kau mengenal suara anak kecil ini?" tanya seseorang di seberang telefon. Seketika wajah Taecyeon terlihat memerah. Ia mengepalkan jari-jarinya dan menggeram tertahan.

 

"Apa yang kau lakukan pada adikku bangsat?" Taecyeon mengatakannya dengan nada rendah yang terdengar berbahaya. Bahkan Junho dibuat sedikit gemetar saat mendengar nada bicara Taecyeon.

 

Terdengar tawa yang berderai dari seberang telefon. "Kheh. Tenang saja Bung. Aku hanya mengajaknya bermain."

 

"DAMN YOU ! Lepaskan Wooyoung! Dia tidak ada hubungannya dengan semua ini!" Taecyeon terlihat semakin berang. Ia bahkan menggebrak meja untuk menyalurkan emosinya yang meluap.

 

"Cih! Gampang saja, kalau kau ingin adik laki-lakimu yang menggemaskan ini selamat, temui aku di pelabuhan malam ini. Kita lakukan pertukaran. Mudah bukan?"

 

"!"

 

Lagi-lagi Taecyeon menggebrak meja untuk menyalurkan amarahnya.

 

"Temui aku jam 10 malam, dan jangan mengajak siapapun bersamamu. Atau adikmu yang menggemaskan ini hanya akan tinggal nama."

 

"ARRGGHH!!" Taecyeon mengerang frustasi dan membanting ponsel itu ke lantai hingga hancur berkeping keping. Ia kemudian menendang kursi yang ada di sampingnya hingga kursi tersebut patah karena menghantam tembok. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan adik kecilnya.

 

"Taec?" Junho menyentuh bahu Taecyeon yang kini tengah terduduk lesu di lantai sembari memegangi kepalanya. Bahunya bergetar, ia terlihat sangat kalut. Junho kurang lebih telah mengerti dengan apa yang sedang terjadi walaupun dia hanya menyaksikan Taecyeon yang mengamuk dengan ponsel yang dipegangnya sedari tadi.

 

Shinhye mendekati Taecyeon yang masih terduduk di lantai, kemudian merengkuhnya dalam pelukan hangat, mencoba memberi dukungan untuk tetap tegar.

 

"Kita semua akan membantumu Taec," ucap Shinhye pelan.

 

"Dengan apa? Dengan apa kalian akan membantuku hah?!" Taecyeon tiba-tiba bertanya dengan nada membentak ke arah Shinhye.

 

"T-taec?" Shinhye terlihat begitu terkejut karena dibentak secara tiba-tiba oleh Taecyeon.

 

"Kalian tidak akan melepaskan Jun.K dengan begitu saja bukan?! Jadi tidak usah ikut campur kalau kalian masih belum ingin dicap sebagai pengkhianat negara karena telah melepaskan seorang buronan!" Taecyeon kemudian bangkit dari duduknya dan pergi keluar dengan emosi yang meluap-luap.

 

Sorot mata Shinhye terlihat sangat terluka. Ia menangkupkan kedua telapak tangannya ke wajahnya. "Tolong bantu dia Junho. Kau tahu dia hanyalah seorang idiot kalau emosi telah menguasai otaknya bukan? Kumohon tolonglah dia Junho."

 

 

Air mata mengalir deras di pipi putih sekretaris cantik itu. Hatinya terasa sakit, bukan karena dibentak oleh Taecyeon, tapi karena kekhawatirannya pada laki-laki berbadan besar tersebut.

 

Junho merengkuh tubuh kecil itu, berusaha menenangkannya tanpa melalui kata-kata. Karena ia tahu, Shinhye adalah gadis yang kuat.

 

 

- TBC -

 


 

 

Thanks to kak @fytry_ yg udah mau jadi beta reader dan editor untuk chap 2 ini.

 

Maaf atas keabsurdan saya yang tiba2 jadiin teacwoo jadi sodara. Karena saya bingung mau ngasih woo peran apaan di ff saya yg ini 😅

 

 

See you in the next chap ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
soleha_nuranisa #1
Chapter 3: penasaran hubungan shin hye berlanjut ke taecyeon gk yah??
eyessmile14
#2
Chapter 3: Sudah tamat? Seriusan thor? Wae wae waeee ceritanya keren tp gereget ih bikin gereget sumpah terlalu pendek ini mah wkwk
Itu Nickhunnya mati kah sudh? Turut berduka cita:(
Asik2nya baca part kelainya eh udah habis aja XD Baca 2 part sekaligus rasanya ga berasa ih:(
Sebenarnya ini ga gagal thor cuman karena kependekan kali ah makanya author mikir gagal :(
fytry_ #3
Chapter 3: Laahhh why dibilang gagal..??
Seru tauuukkk.....
light_love #4
Chapter 3: Yah
Kok udah selesaiiii...lagi donk
fytry_ #5
Chapter 2: Btw, sama2... senang bisa membantuu... :)

Trus ini aku kudu ngomen lagi gak nih buat part ini..?? Hwahahahaaa.....

Ngomen lagi aja aahh...

Pliss.. Bang Khun, jangan sakiti Uyong pliss..!! Bahagiain ajaa diaa... jangan disakiti. Karena disakiti itu nggak enak.... *laahhh*

Ditunggu kelanjutannya yaa saay.... :* :*
soleha_nuranisa #6
Chapter 1: ya ampun, cerita taecshin. duh penasaran ama romance mereka..
eyessmile14
#7
Chapter 1: Ah aku suka action!! Belum kesampaian bikin action akhirnya kamu bikin author ovy!! :")
Ih kenapa cuman sampe 3 chapters aja? Yang satu chapter ini aja berasa pendek banget. Perasaan baru sekali ngescroll aja udah tbc aja. Kalau dipaskan sampe 3 chapters aja kurang gereget eon. Sesuatu yang dipaksakan itu ga baik author ovy wkwk *plak
Gilak keren banget sih peran kedua ma love di sini uu agen2 rahasia *.*
Iam looking forward for the next chapter yeay\^0^/
fytry_ #8
Chapter 1: Ughlalaaaaa.....

But why must be Shin Hye yg jadi ceweknya..?? *cuma nanya aja*

Sedikit koreksi tulisan dari aku Sha...
Coba diperhatiin lagi penulisan/penggunaan di/ke untuk kata sambung dan kata depan (keterangan tempat). Beberapa kata depan masih disambung penulisannya, padahal seharusnya kan dipisah.

Kayak : disebuah kursi besar, didalam --- ini seharusnya dipisah : di kursi, di dalam. dst.

Begitulaahh...

Ditunggu kelanjutannya... :* :*
ayudaantariksa #9
Chapter 1: Good , lanjut lagi kak