Permulaan

Patron
Patron adalah seseorang yang menyediakan energi untuk menyokong lapisan pelindung, sekaligus pemisah antara bangsa deathmon dan bangsa manusia. Di zaman sekarang, manusia hidup terpisah dengan para deathmon. Namun, jauh sebelum keturunan Patron ada di dunia, kurang lebih 5000 tahun yang lalu, manusia dan deathmon hidup berdampingan. Karena bangsa deathmon yang sering berbuat ulah dan meresahkan manusia, seorang manusia tergerak hatinya untuk mencari jalan keluar. Dialah sosok itu, sang legendaris.
Singkat cerita, ia berhasil menciptakan sebuah lapisan pelindung amat kuat yang mampu memisahkan dua bangsa tersebut. Namun, untuk tetap mempertahankan kekuatan lapisan pelindung, dibutuhkan energi untuk menyokongnya. Demi umat manusia, dia mengorbankan energi kehidupannya untuk menjaga kekuatan lapisan pelindung. Dari situ muncullah sebutan Patron. Julukan itu terus dipakai hingga keturunan-keturunan setelahnya.
Bangsa deathmon yang serakah tentu tidak terima dengan pemisahan tersebut. Mereka iri dan dendam dengan manusia yang bisa hidup penuh dengan kedamaian. Apalagi bagi para daethmon yang berhasil melewati lapisan pelindung, dalam sekejap mereka akan terbakar dan hancur menjadi butiran pasir hitam. Sudah bisa diperkirakan seberapa besar dendam mereka terhadap manusia, dan dendam itu terus bertambah hingga 5000 tahun lamanya.
Jika dihitung, keturunan Patron sudah mencapai generasi ke-334, pemegang julukan Patron itu sekarang bernama Taeyong. Pria tampan nan wibawa yang tak kunjung mempunyai keturunan. Padahal saat seorang patron menginjak umur 15 tahun tidak juga mendapatkan pengganti, kekuatan lapisan pelindung akan melemah. Kalian pasti tahu bahaya apa saja yang mengintai umat manusia.
 
Seoul, 2000
Tengah malam di sebuah rumah sakit besar, seorang lelaki berumur, tengah menggandeng putra kecilnya. Tentu, segerombolan berbaju hitam mengawali mereka. Anehnya, sepanjang lorong orang-orang tak ada yang menyadari kedatangan mereka, tak kasat matakah mereka? sebut saja begitu. Setelah menelusuri kelak-keloknya lorong, sampailah mereka di sebuah ruang yang berpapankan NICU. Pemilik mata lelaki itu tertuju pada bayi perempuan yang tengah tertidur pulas.
"Ayah?" tanya Taeyong kecil. Ya, umurnya baru 3 tahun, senyum hangat lelaki, yang ternyata sang ayah, menyambutnya. Dia berlutut menyejajarkan tubuhnya supaya setara dengan Taeyong.
"Yong, dengarkan ayah, saat kau telah berumur 15 tahun kau akan memiliki keturunan Patron yang lahir dari bayi manis itu. Berjanjilah pada ayah kau akan melindunginya, mengawasinya, dan mencintainya mulai dari sekarang. Kau tidak boleh seperti ayah yang tak bisa melindungi ibumu. Apa kau mengerti?" Taeyong yang masih kecil hanya menatap sang ayah, tak begitu mengerti apa maksudnya. Pada akhirnya Taeyong kecil mengangguk dengan polosnya seraya berkata,
"Tapi Ayah, siapa dia?"
"Dia Jisoo, namanya Oh Jisoo."
 
Tujuh belas tahun kemudian
"Oh Jisoo! astaga tunggu aku, bawaanku banyak tau!" Gadis berkacamata tebal berlari susah payah mengejar sahabat karibnya sejak kecil, Oh Jisoo, gadis itu tinggi semampai, rambut panjangnya yang sedikit bergelombang tergerai indah. Karena kecantikannya bagaikan dewi, para lelaki yang berpapasan dengannya, tak akan lupa melirikkan matanya hanya sekedar melihat sosok dewi itu. Bahkan para wanita pun terpesona dengan kecantikannya.
"Ish, kau ni, ngapain juga minjemin buku gak guna sebanyak itu. Cuma dongeng juga, gak penting."
"Jisoo-ya, ini buku sejarah, bukan dongeng, semua orang juga tahu itu."
"Sejarah apanya! Mana ada hal-hal kaya patron, deathmon, dan lapisan-lapisan pelindungnya itu. Sekarang aku tanya kau, Kang Chaerin, coba perlihatkan aku daerah mana yang dilapisi di bumi ini dengan semacam lapisan pelindung bodoh itu? Ha! menggelikan!"
"Mereka ada dimensi lain jisoo, kita para manusia, para pengikut Patron, dan bangsa Deathmon terpisah jadi tiga dimensi yang nan-"
"ah ya ya ya, cukup, aku lapar, ayo makan." Selalu saja begitu, Oh Jisoo, gadis itu memang tak mempercayai hal-hal yang berbau Patron, baginya semua itu hal yang teramat sangat tak masuk akal. Kebalikan dengan sang sahabat, Kang Chaerin, dengan senang hati dia akan menjelaskan sejarah konyol itu pada Jisoo, itulah mengapa Jisoo selalu memotong pembicaraannya apabila si Chaerin sudah memulai kisah dongengnya yang selalu sama setiap waktunya. Terlalu muak untuk mendengarnya. Membosankan.
"Hm, oke deh, tapi, hey! Bantu aku bawa ini dong!" Melihat sahabatnya cemberut dengan setumpuk buku sejarah ditangannya, Jisoo tertawa. Dia mengambil beberapa buku dari Chaerin.
"Dasar orang aneh, tapi aku cinta padamu."
Cup! Sebuah kecupan kecil mendarat di pipi Chaerin, Jisoo meledeknya dan berlari mengejek. Gadis berkamata tebal itu hanya menganga lebar dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Eish, dasar, awas kau!" Kedua gadis itu pun belarian dan tertawa bagaikan anak kecil.
Tanpa mereka sadari, sepasang mata mengawasi setiap gerik gerik gadis itu, gadis bernama Oh Jisoo itu.
 
Bersambung...
 
Yeay part 1 telah keluar, Hope you enjoyed it!
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet