Hold On

Prince
Please Subscribe to read the full chapter

Ketika bunyi alarm bising yang mulai familiar di telinga Hyunbin terdengar lagi untuk mengganggu tidurnya, Hyunbin bisa memastikan ia tidak berguling lagi di kasurnya dan menindih seseorang.

Namun tetap saja, matanya langsung terbuka mendadak dan otaknya terasa dipaksa untuk memproses semuanya.

“Alarm sialan,” kutuknya sebelum menyingkap selimutnya dengan cepat. Dia mengerjap-erjapkan matanya dan berusaha melihat ke sekeliling kamarnya. Sudah tidak terlalu gelap, gorden sudah disingkap lebar-lebar—menampilkan langit yang mulai menerang dengan lampu kamarnya yang menyala.

Ia melihat ke lantai, ke tempat seharusnya di mana kasur tambahan Jonghyun berada. Kasur itu sudah disingkarkan ke kolong tempat tidurnya, koper di sudut ruangan terbuka lebar dan menampilkan isinya yang tertata agak berantakan.

“Kupikir dia orang yang sempurna,” gumam Hyunbin dengan sedikit hinaan. “Ternyata tidak juga.” Ia menendang koper tersebut untuk menutup.

Merasa tidak menemukan keberadaan Jonghyun, ia langsung melepas kaus oblong warna hitam yang ia gunakan untuk tidur. Masih tersisa waktu dua jam lagi sebelum bel masuk berbunyi, keparat memang Jonghyun dengan memasang alarm sepagi ini. Dan orang macam apa yang bangun lebih dulu sebelum alarmnya berbunyi?

Hyunbin menggeleng-geleng kepala sambil membuka lemarinya, mencari seragamnya hari ini.

“Astaga!”

Reflek Hyunbin menoleh begitu mendengar pekikan terkejut dari balik punggungnya.

Jonghyun berdiri di belakangnya, tampaknya habis keluar dari kamar mandi. Rambutnya basah, membuat bulir-bulir air menetes dari area matanya yang kini tertutup. Wangi sabun tecium dari tubuh yang kini terbalut sweater warna hitam yang kebesaran, ujung sweater itu bahkan menyentuh setengah paha Jonghyun. Dan ngomong-ngomong paha ...

“Kau menutup kedua matamu karena melihatku tidak pakai atasan tapi kau sendiri tidak memakai bawahan?!”

Hyunbin benar-benar tidak mengerti jalan pikiran manusia yang lebih tua darinya ini.

Perlahan, Jonghyun membuka kedua matanya—wajahnya memerah panas. “Aku ingin mengambil celana jinsku karena tertinggal!” cicitnya nyaring sebelum berjalan cepat ke arah Hyunbin. “Dan kupikir kau masih tertidur!”

“Alarm hyung mengganggu tidurku!” keluh Hyunbin sambil berusaha mati-matian untuk tidak memandang paha mulus dengan kontras warna yang sedikit lebih gelap darinya itu. Urgh. “Lain kali jangan lupakan jinsmu dan jangan bertingkah seperti ini kamarmu sendiri!”

Jonghyun meringis. “Aku minta maaf, Hyunbin-ssi. Aku lupa aku memasang alarm.”

Hyunbin baru akan mengeluh lagi sebelum sehelai handuk menghalangi pandangannya. “Maaf sebelumnya Hyunbin-ssi, tapi bukankah ibumu mengatakan kita harus berbagi kamar untuk sementara waktu?”

Hyunbin berani bersumpah dia bisa melihat Jonghyun menyeringai jahil padanya dari balik handuk ini.

“Keparat kau hyung!”

Begitu Hyunbin menyingkirkan handuk Jonghyun dari wajahnya, ia tidak menemukan pemuda itu di manapun dan mendengar suara kekehan pelan yang perlahan menjauh dari pintu kamarnya.

Kehadiran makhluk itu benar-benar mengganggu kehidupan Hyunbin.

Namun, Hyunbin tidak mengerti kenapa wajahnya malah memanas begitu mengulang kembali pemandangan kaki jenjang Jonghyun di benaknya.

.

Jonghyun tampaknya terkejut begitu Hyunbin melemparkan tasnya ke arah pemuda yang sedang memakan sarapannya tersebut.

Ibunya sendiri tampak tidak senang melihatnya. “Aku tidak mengajarkanmu untuk melempar tas dengan sangat tidak sopan seperti itu pada tamu, Kwon Hyunbin,” desis ibunya dengan galak. Hyunbin hanya memutar bola matanya sambil mengambil tempat duduk yang jauh dari keduanya.

“Secara keseluruhan, Ibu memang tidak pernah mengajarkanku sesuatu,” jawab Hyunbin ketus. “Ibu selalu berpergian, aku sampai tidak tahu berapa banyak pelayan yang mengajarkanku ini-itu.”

Ibunya berniat untuk kembali melontarkan amarahnya pada Hyunbin, tetapi suara Jonghyun menyelanya, “apa ini tas sekolahmu, Hyunbin-ssi?”

“Apa anak ini menyuruhmu untuk memanggilnya dengan sufiks seperti itu, Jonghyun-ah?!”

“Ibu!”

Jonghyun mengerjap-erjapkan matanya sebelum menggeleng. “Tidak Kwon Ahjumma, aku memanggilnya seperti itu karena kemauanku sendiri,” jawab Jonghyun, membuat Hyunbin menghela napas. Mahasiswa ini tampaknya tahu diri untuk tidak menyeretnya ke masalah lain.

“Aku sudah mengatakan padamu, Jonghyun-ah, untuk tidak memanggilku dengan ‘Kwon Ahjumma’,” ucap ibunya dengan nada yang sangat manis, membuat Hyunbin muak mend

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tonggeng #1
Chapter 4: hyunbin jahat deh
tonggeng #2
Chapter 3: kyaaaa minyeoooo
tonggeng #3
Chapter 2: kyaaaaaa mata jonghyun sudah tidak suciiiiii
tonggeng #4
Chapter 1: jahat temen-temennya
nggak laik dehh sama yang begituannnn
Lemankatayanagi
#5
Chapter 5: Gada rencana di lanjutin ya thor? Maaf kepo
sael-ly
#6
Chapter 5: Loveeeeee it ... Update !!!
paledandelion #7
Chapter 5: Suka banget sama ff ini waaaaaaaaa T-T
le3chan
#8
Chapter 5: Hyunbin beruntung bener yak, pagi2 udh disuguhin paha...
Hahahahahaha...
wulaaandari #9
Chapter 5: Ku kangen fanfictmu huhu tapi ucul sih itu kenapa hyunbin nyebelin nya sampe ke ubun-ubun xD
leennocent
#10
Chapter 4: Wahhh suka banget sama flirty!Minhyun disini.. Jadi pengen 2hyun jadinya awww...