Greetings

Prince
Please Subscribe to read the full chapter

Kalau boleh jujur, Hyunbin tidak sebahagia itu mendengar kabar bahwa ibunya akan pulang.

Banyak orang mengatakan, ia seharusnya memiliki ibu yang cantik dan perhatian. Ibunya memang seseorang dari kalangan sosialita, tetapi di sisi lain dia juga orang yang dermawan. Tiap bulan selalu berkeliling dunia untuk memberi bantuan secukupnya pada daerah-daerah yang memprihatinkan, dan bulan ini dia mengunjungi Jepang untuk memberi bantuan dalam mencegah gempa besar di lain waktu.

Ibunya menyayanginya, namun terlalu lama berpisah dengannya membuat Hyunbin lupa bagaimana rasanya disayangi oleh ibunya.

Seluruh pelayan di keluarganya tahu bahwa hubungan Hyunbin dan ayahnya tidak terlalu baik, membuat mereka berpikiran bahwa Hyunbin menyandarkan diri sepenuhnya pada ibunya. Padahal kenyataannya, Hyunbin itu anak manja yang tidak bersandar pada siapa-siapa. Dia orang yang kekanakan dan berhati keras seperti es yang tidak bisa cair.

Hyunbin sedang tiduran di sofa kamarnya dengan bertelanjang dada—hari ini sangat panas, bahkan AC yang dipasang di suhu terdingin pun masih dirasa kurang. Dia juga hanya menggunakan boxer-nya, ini kebiasaannya sedari dulu jika kepanasan. Toh, tidak ada yang bisa memprotesnya. Pelayannya sekalipum, terserah jika mereka malu melihatnya atau apa.

Pintu kamarnya terketuk, membuat Hyunbin melepas tatapannya dari layar ponselnya. “Apa?!” sahutnya tanpa beranjak sedikit pun dari sofanya.

“Tuan Muda, Nyonya sudah datang.”

Hyunbin hampir tersedak ludahnya sendiri. Apa ini sudah dua hari sejak terakhir kali ibunya meneleponnya? “Kau serius?!”

“Serius, Tuan Muda.”

Sontak, Hyunbin langsung melompat dari sofanya dan berteriak, “ah, sial!”

Kamarnya selalu hancur berantakan dan ibunya bisa memarahinya berjam-jam dan menyita kartu kreditnya selama seminggu penuh jika mengetahui ini. Dia juga belum mandi dan Hyunbin yakin ibunya akan semakin murka, bisa-bisa motor Ducati kesayangannya dijual karena itu.

Membayangkannya membuat Hyunbin bergidik. Ia langsung menendang beberapa barangnya yang berserakan di lantai ke bawah kasurnya, berusaha membuatnya menghilang dari pandangan. Dia melipat selimutnya dengan asal-asalan dan menyemprotkan pengharum ruangan. Dia tidak bisa meminta bantuan pelayannya karena pelayannya jauh lebih memihak ibunya, mau sekeras apapun Hyunbin meminta mereka untuk tutup mulut.

Setelah semuanya ia rasa agak rapi, Hyunbin mengambil handuknya dan melesat menuju kamar mandi.

.

Yang jauh lebih bahaya dari semuanya adalah, Hyunbin tidak bisa menemukan boxer-nya yang bersih.

Isi lemarinya jauh lebih hancur daripada kamarnya, membuat Hyunbin meringis dan memberi catatan di benaknya untuk menyuruh Bibi Jung merapikannya. Dia memilah satu persatu boxer-nya dengan asal, memisah-misahkan semuanya menjadi dua bagian; kotor dan tidak kotor. Dia tidak benar-benar memeriksanya, hanya mengandalkan instingnya sebagai pemakai.

Bibir Hyunbin tanpa hentinya melayangkan serentetan sumpah-serampah pada banyak hal. Dirinya sendiri, ibunya, pelayannya, supirnya, teman-temannya, gurunya di sekolah—semua tidak luput dari gerutuannya.

“Hyunbinie sayang~”

Sial. Nenek sihir itu sudah datang.

Pintu kamarnya terayun terbuka seketika. Hyunbin langsung menoleh.

Mata Hyunbin membesar seiring pandangannya bertemu dengan ibunya yang tampak terkejut. Selang beberapa detik, barulah ia menyadari bahwa ada sosok lain yang berdiri di samping ibunya. Sosok itu terlihat lebih kaget dari ibunya dengan wajah memerah sempurna dengan pandangan terpaku pada tubuh Hyunbin.

Wajah Hyunbin memerah begitu menyadari apa yang terjadi.

“IBU, KENAPA TIDAK MENGETUK?!”

“Ibu mana tahu kau sedang telanjang bulat!”

“Aku sedang pakai baju! Dan siapa itu yang Ibu bawa?!”

Hyunbin melirik sebentar wajah asing yang masih setia berada di sisi ibunya. Kedua mata pemuda itu kini tertutup sempurna karena dihalangi oleh tangan ibunya, tetapi wajahnya tetap memerah.

Ah, ngomong-ngomong, tampaknya ia harus memakai bajunya terlebih dahulu.

.

Suasananya jadi ekstra canggung saat ini.

Hyunbin berhadapan langsung dengan ibunya dan sosok tak dikenal itu

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tonggeng #1
Chapter 4: hyunbin jahat deh
tonggeng #2
Chapter 3: kyaaaa minyeoooo
tonggeng #3
Chapter 2: kyaaaaaa mata jonghyun sudah tidak suciiiiii
tonggeng #4
Chapter 1: jahat temen-temennya
nggak laik dehh sama yang begituannnn
Lemankatayanagi
#5
Chapter 5: Gada rencana di lanjutin ya thor? Maaf kepo
sael-ly
#6
Chapter 5: Loveeeeee it ... Update !!!
paledandelion #7
Chapter 5: Suka banget sama ff ini waaaaaaaaa T-T
le3chan
#8
Chapter 5: Hyunbin beruntung bener yak, pagi2 udh disuguhin paha...
Hahahahahaha...
wulaaandari #9
Chapter 5: Ku kangen fanfictmu huhu tapi ucul sih itu kenapa hyunbin nyebelin nya sampe ke ubun-ubun xD
leennocent
#10
Chapter 4: Wahhh suka banget sama flirty!Minhyun disini.. Jadi pengen 2hyun jadinya awww...