It's Okay

Forgiveness
Please log in to read the full chapter

Tiga menit lagi..

Dua menit lagi..

Satu menit lagi..

Kringg kringg

Bel pun berbunyi menandakan jam istirahat telah tiba. Baik guru maupun para murid mulai berjalan meninggalkan kelas untuk beristirahat. Namun, hal itu berbeda denganku. Aku tetap duduk di bangku. Kulihat pemandangan yang ada di luar dari jendela yang berada di dekatku.
Kutopang daguku dengan tangan kananku. Entah mengapa aku, yang biasanya ceria, hari ini menjadi begitu murung.

Tukk!

Aku merasa ada sesuatu yang menyentuh lengan kananku. Kulihat dan ternyata itu adalah sebuah kertas yang telah diremas hingga bentuknya menandakan tidak layak dipakai lagi. Kulihat ke arah datangnya kertas itu. Ah, ternyata Sana, sahabatku sejak kecil dan merupakan sahabat terbaikku. Ia tersenyum padaku dan memanggilku dengan gerakan tangannya.

"Aku tidak ingin kemana pun, Sana," keluhku.

"Ayolah, Dahyun! Ayo kita ke atap!" bujuknya dengan raut wajahnya yang memelas

Aku tak tahan dengan wajahnya seperti itu. Akhirnya, aku pun mau pergi bersamanya ke atap sekolah kami. Sesampainya di sana, aku hanya duduk terdiam dan tidak mengucapkan sepatah katapun. Aku hanya menikmati angin yang saat itu begitu sejuk. Aku berharap angin ini bisa membawa pergi kemurunganku ini.

"Dahyun, kau sudah menentukan mau masuk klub mana?" tanyanya memecah keheningan.

"Tidak perlu menjawab pun, kau pasti mengetahuinya," jawabku dengan nada malas.

"Klub musik ya? Ah, kupikir kau akan mencoba hal baru."

"Kaukan tahu aku hanya bisa bermain piano. Bagaimana denganmu?"

"Aku ingin mencoba hal baru. Jadi, aku memilih klub memasak. Kau harus mencoba makanan buatanku ya!"

"Iya, pasti aku akan mencobanya. Makanya jangan lupa memasakkannya untukku."

"Iya, aku akan sering-sering memasakkannya untukmu!"

"Terima kasih telah menghiburku, Sana."

"Jangan bersedih lagi karena kakakmu ya, Dubu~"

"Iya, terima kasih, Sana. Padahal aku masih bisa bertemu dengannya tetapi aku merasa begitu sedih karena kepergiannya."

Aku senang bisa dipertemukan dengan orang seperti Sana ini. Dia adalah orang yang selalu membuatku tersenyum. Baik itu di saat senang maupun sedih. Aku tak bisa membayangkan tanpa dirinya. Aku berharap persahabatan kami akan terus berlanjut sampai akhir hayat kami. Mungkin aku tampak berlebihan, tetapi sungguh dia sangat berarti dalam hidupku.

-----------------------------------------------

Kringg kringg

Akhirnya jam pelajaran terakhir pun selesai. Aku dan Sana berjalan keluar sekolah dan menuju tempat perhentian bus terdekat. Aku dan Sana memang selalu pulang bersama. Rumah kami saling bersebelahan. Oleh karena itu, kami selalu pulang bersama. Hal inilah juga yang membuat keluarga kami saling mengenal dan dekat.

Di dalam bus, kami duduk di pojok belakang. Sana berada di samping kiriku. Sambil menunggu bus yang kami tumpangi sampai ke tempat tujuan kami, aku mendengar lagu dengan menggunakan headphone milikku. Kuputar lagu kesukaanku, One in A Million. Entah mengapa aku begitu suka dengan lagu itu dan membuatku ingin memutarnya terus. Beberapa saat kemudian, kurasakan ada sesuatu yang menyentuh bahu kiriku. Kulihat dan ternyata Sana sudah tertidur. Aku hanya tersenyum melihatnya. Hanya beberapa saat saja kepalanya berada di atas bahu kiriku, dia mengangkat kepalanya dari bahuku dalam keadaan masih teridur. Aku menarik kepalanya dengan lembut kembali ke atas bahuku. Kubiarkan dia tertidur di atas bahuku. Aku tahu dia pasti lelah.
-----------------------------------------------

Hari di mana kami akan mulai bergabung dengan klub yang kami pilih pun tiba. Kami semua, para murid baru, dikumpulkan di aula sekolah kami. Para anggota OSIS mulai membantu kami untuk bergabung dengan klub yang kami pilih. Di situlah aku berpisah dengan Sana dan menuju ke klub yang kupilih, klub musik. Di klub itu, aku dan beberapa murid disambut dengan begitu ramah oleh para senior kami. Aku sangat senang dan bertanya-tanya apakah Sana juga disambut dengan baik diklubnya.

Jam istirahat pun tiba. Aku dan Sana telah berjanji untuk bertemu di atap sekolah kami. Aku pun datang lebih dulu daripada Sana. Aku duduk menunggunya dengan perasaan penasaranku yang sedaritadi kusimpan. Tidak lama setelah aku datang, Sana pun datang dengan penuh kegembiraan di wajahnya. Aku tahu pasti dia disambut dengan baik di klubnya.

"Nampaknya kau begitu senang," ucapku sambil tersenyum.

"Para senior benar-benar ramah dan aku juga bertemu dengan seorang senior yang sangat tampan! Aku tak menyangka ada seseorang yang begitu tampan mau mengikuti klub memasak!" ucapnya dengan begitu semangat.

"Baguslah kalau begitu. Nampaknya kau begitu menyukainya ya."

"Tentu saja! Semua anak-anak baru juga langsung jatuh cinta padanya. Ah, aku merasa begitu beruntung, Dubu~"

"Kalau begitu kejar dia!"

"Hei, kau gila? Mana mungkin, Dahyun."

"Apa yang tidak mungkin? Kau begitu imut dan lucu. Kau juga cantik. Apa yang kurang?"

"Aku yakin dia sudah memiliki pacar, Dahyun.."

"Itu hanya pendapatmu saja! Ayolah, Sana!"

Aku berusaha menyemangatinya. Aku ingin yang terbaik untuknya. Sebagai seorang sahabat, sudah seharusnya aku mendukungnya. Dia sudah sering mendukungku dan ini giliranku untuk mendungkungnya. Aku ingin menjadi sahabat yang baik untuknya.

-----------------------------------------------

Kegiatan klub kami masing-masing pun dimulai.   Kebetulan jadwal klubku dan klub Sana sama. Jadi, kami masih bisa pulang bersama. Aku pun menikmati setiap kegiatan yang dilakukan di klubku dan nampaknya Sana juga menikmatinya. Setiap kali kami bertemu, dia selalu menceritakan kegiatan di klubnya. Dia juga tidak lupa menceritakan senior yang yang disukainya.

Jam istirahat pun tiba. Aku dan Sana memilih untuk beristirahat di atas sekolah lagi. Tak lupa kami membawa bekal untuk makan siang kami. Atap sekolah menjadi tempat favorit kami saat jam istirahat. Hanya ada kami berdua di sana saat jam istirahat. Oleh karenanya, kami merasa nyaman untuk menceritakan banyak hal di sana.

"Dahyun, kemarin dia menolongku saat memasak dan dia benar-benar pandai memasak! Ini membuatku semakin menyukainya," ucap Sana dengan begitu gembira.

"Kenapa kau tidak mencoba untuk meminta nomor telponnya?" tanyaku.

"Apa kau gila? Aku tidak punya keberanian sebesar itu!"

"Kalau tidak membuat gerakan dengan cepat, dia bisa direbut orang lain!"

"Tapi aku tidak berani. Aku harus bagaimana?"

"Percayalah pada dirimu sendiri, Sana."

Aku terus berusaha menyemangatinya. Namun, dia tampak kurang percaya pada dirinya sendiri. Jika aku adalah seorang laki-laki, mungkin aku sudah jatuh cinta padanya. Aku yakin dia pasti bisa mendapatkan seniornya itu kalau dia percaya diri.

Setelah semua kegiatan kami di sekolah selesai, aku dan Sana berjalan menuju tempat perhentian bus. Di sana kami menunggu sambil menceritakan segala kegiatan kami di klub tadi. Dia juga memberikanku makanan hasil buatannya tadi. Aku mencobanya dan ternyata sangat enak!

"Enak sekali, Sana!" ucapku terkejut.

"Benarkah?" tanyanya dengan ragu.

"Sungguh! Wah, aku tidak menyangka."

"Ah, terima kasih, Dubu~"

"Aku yang harusnya berterima kasih."

"Oh iya, Dubu! Aku berhasil mendapatkan nomornyaaaa!!"

"Sungguh?!"

"Iya! Tadi aku memintanya secara diam-diam dan dia memberikanku kertas kecil yang berisikan nomor telponnya. Dia juga memberikanku kedipan saat memberikan nomornya!"

"Itu berarti dia menyukaimu juga! Cepat hubungi dia sekarang!"

"Aku masih takut untuk menghubunginya.."

"Ayolah, Sana.."

Bus yang kami tunggu akhirnya telah sampai. Aku memegang pundaknya dan memberikan dia kedipan untuk memberikannya dukungan. Kami berdua pun masuk ke dalam bus. Aku membiarkan Sana berjalan lebih dulu daripadaku. Dari belakang, aku hanya tersenyum melihatnya.

-----------------------------------------------

Beberapa bulan kemudian, kami sudah mulai terbiasa dengan segala kegiatan yang ada di sekolah kami ini. Aku mulai dekat dengan para anggota klubku dan begitu pula dengan Sana. Akhir-akhir ini pun Sana sering jalan bersama teman-teman klubnya. Aku senang melihatnya bisa dekat dengan teman-teman klubnya. Ia pun juga semakin dekat dengan senior yang disukainya. Aku senang dengan kemajuannya.

Kringg kringg

Jam istirahat pun tiba. Para murid mulai meninggalkan kelas masing-masing. Sana tiba-tiba saja memanggilku

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
momomoguring
Aku baru aja nulis ff baru lagi tentang saida. Judulnya “Master of Love Affair”

Jika tertarik, silakan mampir hehe
https://www.asianfanfics.com/story/view/1410149/master-of-love-affair

Comments

You must be logged in to comment
Baro_gf
#1
Kok jadi sedih gini ya..
Kimdubu01 #2
Chapter 1: Ahhh...meruntun jiwa dan raga ku *lol* keren banget *thumbs up*