Aku berjalan beberapa langkah dan akhirnya aku berada di luar rumahku. Aku berhenti sejenak di sana. Kuhirup udara segar lalu kulihat langit yang saat itu begitu indah. Namun, aku tak bisa tersenyum. Hatiku hancur.

'Sana!'

Ah, aku rindu suara itu. Aku rindu padamu yang menyapaku setiap pagi. Aku rindu melihat wajahmu yang begitu ceria saat menyapaku. Aku tak sanggup untuk memalingkan wajahku ke arah rumahmu. Aku tak kuat melihat ketidakberadaanmu di sana.

Aku berjalan menuju tempat perhentian bus. Ah, aku teringat ketika dulu saat kita berangkat sekolah bersama. Kau berada di sampingku dan kita saling berbincang-bincang. Aku berharap kau berada di sampingku saat ini, tetapi aku tahu hal itu mustahil.

Aku pun sampai di tempat perhentian bus. Aku duduk di sana sambil memainkan handphoneku. Aku rindu ketika dulu kita berbincang-bincang sambil menunggu kedatangan bus. Sekarang aku sendirian.

Di dalam bus, aku duduk di tempat yang selalu kita tempati. Aku memasang headphoneku dan mendengarkan lagu kesukaanmu. Dulu kau sangat tergila-gila dengan lagu ini. Kau selalu memutarnya dan selalu memuji-muji lagu ini. Entah mengapa sejak hari itu, aku pun menjadi suka dengan lagu ini. Aku pun menutup mataku dan berharap saat ini kau duduk di sampingku.

Jam istirahat pun tiba. Aku duduk sendirian di tempat favorit kita dulu, atap sekolah. Suasana begitu hening di sana. Aku terus melihat ke arah bawah. Aku tak sanggup mengangkat kepalaku dan melihat kenyataan bahwa kau tidak ada di sini. Mataku mulai berkaca-kaca dan air mataku pun mulai mengalir. Aku teringat dulu saat kita berbincang-bincang mengenai senior yang kusukai. Aku pun mengusap air mataku. Ah, aku