#001

Me Gustas Tu

 One.

 

"Jihoon-ah,"

Seseorang yang awalnya sibuk menuntun pulpen merahnya menari diatas kertas kini menoleh perlahan ke arah pintu yang berangsur terbuka. Jihoon memincingkan alisnya, namun tak bisa dipungkiri seutas senyum kecil terbit diwajah lelahnya.

"Seungcheol,"

Sosok dengan wajah tak kalah lelah itu membalas senyum kecil Jihoon. Seungcheol mengenakan celana training hitam dan kaus abu-abu saat memasuki studio pribadi milik Jihoon. Oh, jangan lupakan rambut hitamnya yang tampak berantakan.

"Untuk menemanimu malam ini." ucap Seungcheol sambil meletakkan nampan yang ia bawa dimeja kecil disamping meja panjang yang menjadi media untuk Jihoon menulis, memproduksi, dan menghayati lagu-lagu yang ia ciptakan. Tentu juga sebagai media pengganti bantal yang selalu menjadi sandaran kepala Jihoon saat ia tak sanggup lagi menahan kantuk.

Seungcheol duduk dikursi kosong yang ada dibelakang bangku kebesaran Jihoon. Jihoon meneguk susu panas yang dibawa oleh Seungcheol, lalu memutar bangkunya sehingga kini ia duduk berhadapan dengan Seungcheol.

Seungcheol terus mengusap matanya, dan sama sekali tak bisa menyembunyikan rasa kantuknya. Ia menguap berulang kali, namun tetap memaksakan matanya untuk terbuka sehingga ia bisa tetap melihat sepasang mata yang pasti jauh lebih lelah milik Jihoon.

Seungcheol tersenyum kecil, "tidurlah, kau sudah bekerja terlalu keras." ucap Seungcheol dengan senyum kecilnya.

Jihoon menggeleng pelan, sambil kedua tangannya mengusap sepasang lengannya yang mulai terasa berat.

"Aku masih harus menyelesaikan sekitar tiga lagu lagi. Aku baru akan tidur jika semua lagu kita sudah layak untuk dinyanyikan." balas Jihoon yang baru saja hendak membalik bangkunya ke arah meja kerjanya, namun tangan Seungcheol bekerja jauh lebih cepat, sehingga bangku kebesaran Jihoon kini bergeser dengan pelan dan berhenti tepat ditengah kedua kaki Seungcheol. Tentu saja posisi ini membuat Jihoon juga berada ditengah kedua kaki Seungcheol, dimana kini Jihoon benar-benar berada dihadapan Seungcheol.

Seungcheol meletakkan kedua tangannya di 'tangan' bangku kebesaran Jihoon, mengunci pergerakan pria mungil yang kini hanya bisa mendesis sambil memutar bola matanya.

"Lingkaran hitam mulai terlihat dibawah mata sipitmu, Jihoon-ah." ucap Seungcheol lembut.

Jihoon mengangguk, "lalu?"

"Tidurlah."

Jihoon menggeleng, "kembalilah ke kamarmu. Kau terlihat seperti monster. Kau mengantuk, Seungcheol. Tidurlah." balas Jihoon sambil terus menatap sepasang mata bulat Seungcheol yang juga sedang menatap ke arahnya.

"Kau jauh lebih mengantuk daripada aku, Jihoon. Katakan padaku. Kapan terakhir kali kau tidur?" tanya Seungcheol.

Jihoon tampak berpikir. Mencoba mengingat dengan jelas, kapan terakhir ia tidur dikamarnya. Hari Minggu? Sabtu? Ah, Kamis?

Jihoon melenguh, "ah, aku tidak ingat. Kamis?" balas Jihoon.

Seungcheol menggeleng cepat. "Lihat? Kau bahkan tidak ingat kapan terakhir kau tidur dengan benar, Jihoon." Seungcheol mendorong sedikit bangku kebesaran Jihoon, lalu berdiri dan menarik tangan Jihoon untuk berdiri bersamanya.

Jihoon melirik Seungcheol dengan cepat, "Ya!!!"

 

"Kau tidur bersamaku malam ini."

 

OoO

 

Seventeen memiliki 13 personil dengan 13 kepribadian dan 13 perasaan juga emosional yang berbeda. Semua personil memiliki peran yang sangat penting bagi Seventeen. Tanpa terkecuali, ke-13 personil tentu punya posisi dibalik lagu-lagu dan kesuksesan Seventeen. Terutama bagi dua personil yang sangat berpengaruh untuk Seventeenㅡ S.Coups dan Woozi. Sang leader dan produser.

S.Coups tentu selalu berusaha untuk memimpin Seventeen dengan baik, dan selalu berusaha untuk menjadi tangan dan kaki untuk Seventeen. Disisi lain, Woozi selalu menjadi satu-satunya orang yang paling mengkhawatirkan Seventeen. Mengkhawatirkan lagu-lagu yang akan dibawakan Seventeen, mengkhawatirkan kualitas 'comeback' Seventeen, mengkhawatirkan respon orang-orang untuk Seventeen, dan mengkhawatirkan sebuah kegagalan. Woozi selalu berpikir, jika Seventeen mengalami kegagalan maka dialah penyebabnya. Woozi sering kali merasa lagu-lagu yang ia ciptakan tidak layak untuk dibawakan oleh ke-12 temannya. Woozi sering kali merasa bahwa ke-12 temannya layak menyanyikan lagu yang berkualitas dan layak untuk menuai keberhasilan. Woozi tidak ingin ke-12 temannya gagal. Woozi tidak ingin ke-12 temannya merasa kecewa. Wooziㅡ

 

"Berhenti berpikir yang tidak-tidak, dan minumlah ini."

 

Jihoon mengedipkan matanya berulang kali. Berusaha untuk mengembalikan kesadarannya, saat satu tangan kini bertengger dipuncak kepalanya, lalu satu tangan yang lain terulur didepan wajahnya dengan sebuah gelas bening berisi susu panas. Jihoon mengulurkan pandangannya keatas, Seungcheol dengan sebuah roti tawar dimulutnya kini berdiri tepat didepannya.

Jihoon mengambil gelas susu yang diulurkan Seungcheol dan mulai meneguknya dengan cepat. Jihoon meletakkan gelas susunya yang sudah kosong dimeja kecil yang ada disamping ranjang besar Seungcheol, lalu berusaha untuk melepas satu tangan Seungcheol yang masih terdiam dipuncak kepalanya.

"Tanganmu berat,"

"Roti?" tanya Seungcheol yang secara tiba-tiba menunduk dan membuat kepalanya kini sejajar dengan wajah Jihoon. Jihoon memutar bola matanya dengan malas saat Seungcheol berusaha menekan-nekan roti tawar yang ada dimulutnya pada mulutnya yang masih tertutup rapat.

Dengan cepat, Jihoon menggigit kecil roti tawar itu dari mulut Seungcheol dan melepas cepat selimutnya lalu beranjak turun dari kasur. Melewati Seungcheol, membuat pria yang lebih dewasa satu tahun darinya itu tidak bisa menahan tawa.

Jihoon mengambil salah satu roti tawar yang ada dipiring diatas nakas kamar Seungcheol, lalu memasukkan roti itu kedalam mulutnya dengan cepat.

"Akan kubunuh kau lain kali, Choi Seungcheol!"

Ucapan Jihoon semakin membuat Seungcheol tertawa dengan keras. Jihoon kembali berjalan menjauhi Seungcheol, namun suara deheman berat menginterupsi langkahnya.

"Kita ada meeting dengan Direktur Pledis jam makan siang nanti. Bersiaplah, kau bisa mandi lalu istirahat selama beberapa jam, Jihoon."

Jihoon mengangguk tanpa memberikan jawaban. Melangkah keluar kamar Seungcheol dan menutup pintunya dengan sedikit keras.

"Ya, hyung!!! Bisakah kau menutup pintu pelan-pelan?!"

Jihoon kembali memutar bola matanya dengan malas. Lengkingan suara Chan membuatnya harus menoleh ke arah sofa. Chan, Jeonghan, dan Mingyu sedang menonton film kartun yang ditayangkan setiap pagi di televisi lokal. Jihoon mendesis, "maafkan aku, Chan."

Chan hanya bisa terkekeh ditempatnya saat melihat Jihoon meminta maaf padanya dengan pelan. Chan melirik Jeonghan, lalu mengacungkan ibu jarinya. Sedangkan Jeonghan hanya bisa menggeleng melihat Chan yang tampak senang sekali melihat Jihoon meminta maaf padanya.

Jeonghan bangun dari duduknya dan melangkah mendekati Jihoon yang sedang mencari sesuatu dikulkas. Jeonghan menyentuh bahu Jihoon, lalu tersenyum saat melihat Jihoon yang ternyata lebih dulu memberikan senyum manis padanya.

"Kau terlihat lebih baik, Jihoon-ie."

Jihoon menutup pintu kulkas saat apa yang dicarinya sudah berhasil ia dapatkan.

"Apel?" tanya Jihoon sambil menyodorkan sebuah apel pada Jeonghan. Jeonghan menerimanya, lalu mengikuti langkah pelan Jihoon yang mengambil posisi duduk dimeja makan.

Jihoon mulai mengupas buah apel yang diambilnya dari kulkas, lalu melahapnya dengan cepat. Jeonghan tak bisa menyembunyikan senyumnya saat melihat Jihoon memakan apelnya dengan sangat lahap dan bersemangat. Tanpa sepengetahuan Jihoon, Jeonghan kini berjalan mendekati Jihoon dan mengusap lembut dahi dan puncak kepala produser muda itu.

"Makanlah sebanyak yang kau mau, Jihoon-ie. Ini, aku berikan apelku untukmu." ucap Jeonghan dengan satu tangan yang masih mengusap rambut berantakan Jihoon.

Jihoon menggeleng pelan, "tidak, Jeonghan hyung, makanlah. Aku sudah kenyang."

Jeonghan mengangguk, lalu mengambil posisi duduk disamping Jihoon. Jihoon meneguk air mineral yang ada dimeja, sedangkan Jeonghan tidak henti-hentinya tersenyum melihat Jihoon yang tampak lebih baik dari sebelumnya.

"Kau tampan, Jihoon-ie."

Jihoon melirik Jeonghan dengan cepat, "aku sangat menghormatimu, hyung. Jadi, berhentilah memujiku." ucap Jihoon.

Jeonghan terkekeh mendengar balasan Jihoon. Ya, inilah Jihoon. Sosok yang tidak terlalu suka dipuji.

"Kau terlihat jauh lebih baik, Jihoon-ie. Apakah aku sudah mengatakannya?" tanya Jeonghan.

Jihoon mengangguk dengan cepat, "ya, saat aku sedang mencari apel dikulkas, kau sudah mengatakannya."

Jeonghan kembali terkekeh, "kalau begitu, kau terlihat jauh lebih baik, Jihoon-ie. Kau tampan, kauㅡ"

Jihoon mendesah berat, "ya, hyung!"

"Ya, ya, aku mengerti."

Jihoon pun terdiam. Demikian juga dengan Jeonghan. Jeonghan meletakkan apelnya disalah satu piring, lalu kembali duduk dengan nyaman dibangkunya.

"Aku bisa tidur dengan nyenyak semalam, hyung. Sepertinya itu adalah alasan kenapa kau melihatku jauh lebih baik pagi ini dari biasanya." ucap Jihoon.

Jeonghan bangkit dari duduknya, kembali mengusap lembut puncak kepala Jihoon seolah Jihoon adalah sesuatu yang sangat lembut dan berharga.

"Tidurlah jika kau merasa lelah, Jihoon-ie. Aku tidak akan membiarkan kau jatuh sakit. Ok?" ucap Jeonghan. Jihoon hanya tersenyum menerima perhatian dari salah satu orang yang sudah ia anggap sebagai kakak. Jihoon mengangguk, "aku tidak akan jatuh sakit, Jeonghan hyung."

"Jihoonㅡ oh, Jeonghan?"

Jihoon melirik Seungcheol yang tiba-tiba datang menghampirinya. Tak lama, Seungcheol kembali berjalan mendekatinya setelah sempat berhenti saat menyadari bahwa ada Jeonghan disamping Jihoon. Seungcheol berdehem, "ah, iniㅡ kau melupakan jam tanganmu." ucap Seungcheol sambil mengulurkan tangannya, dimana jam tangan Jihoon ada diatas telapak tangan pria tampan bermata bulat itu. Jihoon mengambilnya dengan cepat, "terima kasih." lalu ia berbalik dan melangkah dengan cepat menuju kamar pribadinya. Meninggalkan Seungcheol dan Jeonghan bersama dengan keheningan yang semakin membeku.

Jeonghan berdehem, berusaha untuk memecahkan keheningan.

"Jihoon-ie tidur bersamamu semalam?" tanya Jeonghan.

Seungcheol mengangguk, "ya, jika aku tidak menyeretnya ke kamarku maka kau akan menemukannya sedang meracau tidak jelas distudionya. Dia butuh banyak istirahat. Aku membiarkannya tidur dikamarku, dimana dia tidak akan menemukan apapun yang bisa ia pakai untuk menulis lagu. Jika aku membiarkannya tidur dikamarnya, maka aku yakin dia akan kembali berkutat dengan laptop, pulpen dan kertasnya. Ah, lagipula dia tidak akan mau tidur dikamarnya jika tugas-tugasnya belum selesai." jawaban Seungcheol membuat Jeonghan terkekeh, "kau sangat mengenalnya dengan baik, Seungcheol-ah." balas Jeonghan.

"Sudah tugasku untuk mengenal kalian semua dengan baik." jawab Seungcheol.

Jeonghan mengangguk pelan, "aku tidak mau Jihoon sampai jatuh sakit," ucap Jeonghan sambil merapikan gelas air mineral yang sempat Jihoon pakai.

"Kau tahu seperti apa Jihoon jika ia jatuh sakit, 'kan?" lanjut Jeonghan yang kini perhatiannya sudah terpusat pada Seungcheol.

Seungcheol mengangguk pelan, "aku akan memantau seluruh kegiatannya. Kau tidak perlu khawatir. Jihoon tahu batas kekuatannya. Aku percaya itu." balas Seungcheol.

"Ya, aku percaya padamu."

"Ah, kau mau teh panas?"

Seungcheol mengangguk, "ya, terima kasih banyak, Jeonghan-ah."

.
.
.
.
.

Untuk percobaan segini dulu cukup ya hehe.


Note: published in bahasa. Dan, hanya terdiri dari beberapa chapter saja. Buat yang udah baca, thankyou! Aku butuh respon dan sarannya. Jika berkenan, aku tunggu kehadiran kalian dikolom komentar dibawah ya hehe. Thankyou!

Regards,

Zey. (imzeyxx/zeysshii/jicheolnugu) 

 

Wattpad link: http://my.w.tt/UiNb/Zcz2Wvrvxy

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hoshhi #1
Chapter 3: lanjutin pliisss:(((
shionham #2
Chapter 3: Jihonieeee bikin mewek..
Plisss buat jihonie bahagia :(
ReinDropPop #3
Chapter 3: oke lemme salfok
ITU SAHA YG SKYPE AN AMA SEKOP PLISS
JAN BUAT BAPER MY BABY UJI DUNGS AHH
lakeofwisdom
#4
Chapter 3: Hnng kasian jihoon :(
leejihoon92
#5
Chapter 3: Huaaa apa ini... jihoonieku... biarkan aku saja yg mengandung anakmu jihoon!!!!
Btw klo mau mengakhiri ceritamu buat happy ending ya... pllzzzzzz gak kuat sad ending kalo bagian ini sudah sedih bnget
Balalala1717 #6
Chapter 3: Aku sedih masaaaaa :((( kamu bikin baper deh..... Migyu perhatian banget sama jihoon sukaaa ;___;
Chanana17 #7
Chapter 3: Kenapa ini sedih banget sih hiks member yg lain kasih tau cheol kek soal woozi. Trus itu park si yeon siapa-nya cheol. Huhu
lakeofwisdom
#8
Chapter 1: Salfok ke jeonghoon (?)
Balalala1717 #9
Chapter 1: Jicheol kyooot sekali gemeees , btw kok junghan perhatian juga sama hoonie\(*T▽T*)/