Mimpi

Moon Lover Scarlet Heart: Seoul
Please Subscribe to read the full chapter
Goryeo “ Kamu berbohong, Yang Mulia.” ujar Haesoo tercekat. Tampak jelas, air mata membasahi kedua matanya dan menatapnya dalam. Tatapan yang membuat Pangeran ke-empat, Wangso terdiam di tempat. “ Tolong katakan jika Yang Mulia berbohong” kini gadis itu menahan langkahnya. Mencengkeram lengan atasnya dengan erat. “ Bukankah kita sudah berjanji untuk tidak saling berbohong satu sama lain?” jawabnya dingin. Seraya melepaskan cengkeraman tangan Haesoo dengan kasar, dan meninggalkan gadis itu di tepi danau tidak jauh dari Damiwon. Wangso tahu bahwa gadis itu terkulai lemas dan berlutut sepeninggalnya. Wangso tahu jika gadis menangis di belakang punggungnya. Pangeran itu mengepalkan kedua tangannya dengan erat dan berjalan meninggalkan danau dengan cepat tanpa berbalik ke belakang, karena ia tahu jika ia berbalik. Tatapan mata Haesoo akan mengunci dan ia tidak bisa menahan diri untuk memeluk dan membasuh air mata gadis itu. Bagaimana mungkin Wangso tidak mencintai Haesoo? Demi Sang Pencipta, ia mencintai gadis itu jiwa dan raga. Tak sedetik pun ia tidak mencintai dirinya. Ia mencintai Haesoo hingga cukup untuk memaafkan gadis yang telah menyembunyikan Wang Eun dan istrinya di Damiwon—jika gadis itu tidak cukup memercayai dirinya untuk membantu menyelamatkan Wang Eun. Pemikirannya membuat Wangso tidak menyadari bahwa dirinya sudah berada di depan pintu Menara Astrononomi. Ia membuka pintu dengan lemas dan menaiki tangga dengan lunglai. Sampai akhirnya, ia mencapai tangga terakhir. Kedua kakinya sudah tidak mampu menopangnya, ia pun jatuh terkulai seraya bertumpu pada kayu penahan tangga. Air mata yang sudah ia kendalikan sejak bertemu Haesoo di Danau Dongji mengalir tanpa seijinnya. Tatapan mata berkaca-kaca dan suara lirih Haesoo kembali terngiang olehnya, membuatnya semakin menangis tidak terkendali. Ia telah membuang gadisnya. Ia telah meninggalkan orang-nya. Kini ia tidak tahu, apakah ia akan bertemu dengan gadis itu kembali. Pemikiran tidak dapat berjumpa dengan Haesoo selamanya membuatnya semakin terkulai. Ia  tidak mengira bahwa sesulit inikah untuk mencintai. Jika ia memang ditakdirkan untuk tidak dapat berjumpa atau bersama dengan gadis itu kembali, maka ijinkanlah dirinya untuk menangis untuk terakhir kalinya. Hingga tiba-tiba, suara Jenderal Park kembali teringat olehnya, Wangso pun memejamkan kedua matanya. Demi Pencipta, ia mencintai Haesoo. “ Jika kau menginginkan tahta, Yang Mulia. Maka tunjukanlah padaku, Apakah kau berani untuk melepaskan sesuatu yang berharga bagimu?” ujar Jenderal Park. ** Seoul “ Ah, !” ujar Junso kesal seraya membasuh keningnya yang berkeringat deras. Pria itu melirik jam yang menunjukan pukul 6 pagi. Masih pagi untuk dirinya berangkat kantor. Jungso kembali memejamkan kedua matanya dengan pelan, berusaha menikmati tidur untuk 1 jam sebelum dirinya bergegas ke kantor. Sungguh, dirinya hanya ingin beristirahat. Tak lama, kedua matanya kembali membuka. Mimpi sialan itu membuat dirinya tidak dapat tidur kembali. Tidak ingin merasakan alam mimpi kembali, ia pun beranjak dari tempat tidur dan berjalan perlahan menuju wastafel untuk mencuci muka. Jungso menatap refleksi dirinya dalam cermin. Refleksi wajah yang tidak ingin ia lihat dengan kantong mata hitam di bawah mata dengan rambut berantakan. Junso mendesah napas panjang dan terdiam. Setiap kali mimpi itu datang, ya mimpi tentang kehidupan seseorang—yang entah mengapa ia alami—ia akan mengalami perasaan aneh. Perasaan sepi, dikasihi, sekaligus terluka. Saat ia terbangun tak jarang ia merasakan bahwa ia menangis. Junso kembali mendesah napas dan mencuci muka untuk kesekian kali. Lalu terdiam kembali, kilasan mimpi yang baru saja ia alami kembali teringat bagaikan adegan cepat dalam sebuah film. Pria itu terhenyak dan tanpa ia sadari menaruh tangan kanannya tepat di depan jantungnya. Ia dapat merasakan jantungnya berdetak tidak normal. Ya Tuhan, mengapa dirinya merasakan kehilangan sesuatu? ** Green Energy Building Pukul 9 pagi, Junso sampai di ruangan pribadinya yang terletak dalam Green Energy Building. Pria itu melepaskan jas hitam melapisi long sleeves warna gading yang melindunginya dari udara dingin akhir musim gugus, dan membuka beberapa file di atas meja kerjanya seki
Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Theangely #1
Chapter 2: Waaaa... kerennn!!! Ga sabar buat chapter berikutnya
sierraimoet #2
Chapter 2: Dun dun dun...
Apa tuh? Percakapan dengan hantu dari masa lalu ya? Atau ada yang lain?
Dan akhirnya mereka bertemu.
ggexotica #3
Chapter 1: SUKKAAAAAH!!!!
IUkekeke #4
Chapter 1: Waiting for ur update. Its interesting keke
sierraimoet #5
Chapter 1: Ga bisa move on... Ga bisa move on (say it happily)
Wah ga nyangka akan ad yg nulis fan fic MLSHR pakai bahasa Indonesia dan di post di sini.

Tetap semangat! Bakal ttp nunggu kelanjutan nih cerita.
IUkekeke #6
Waiting for your updates !!! Yey sama masih blm moveon . Nonton ulang lagi. Haha