Chapter 1
The Promise"Changmin ah, darimana saja kau ? Kau tahu ini jam berapa ?! Lebih baik kau tidak usah pulang sekalian"
Yunho berdiri di tengah tangga, tangannya ia lipat di dada, matanya menatap tajam kearah adiknya yang baru pulang. Lebih tepatnya adik tirinya.
Changmin yang baru saja menutup pintu pun sedikit tersentak. Ia membalikan badannya dan mendapati hyung tirinya, ah..... bukan... sebutan hyung tiri terlalu bagus untuknya... anak haram... itu sebutan yang lebih tepat... anak haram itu menatapnya tajam.
Changmin menarik satu sudut bibirnya, menyebabkan senyum sinis terukir dibibirnya...
"Kalau kau lupa, aku akan mengingatkanmu satu hal Yunho... Ini rumahku, rumah ayah dan ibuku..!!! Terserah aku mau pulang jam berapapun atau tidak pulang sekalipun"
"Aboji menyuruhku mengawasimu selama ia dan eomma di luar negeri Changmin. Kau adalah tanggung jawabku..!!"
Wajah Changmin mengeras. Ia bukan anak kecil lagi, sekarang umurnya sudah 22 tahun, Ia tidak perlu lagi diawasi...
Changmin melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Ia menaiki tangga dan berhenti dihadapan Yunho
"Kau bukan siapa-siapaku Yunho. Kau tidak berhak mengaturku. Dasar anak haram"
Changmin menyeringai, ia menabrak bahu Yunho, melanjutkan langkahnya. Masuk kekamarnya dan membanting pintu.
Yunho sedikit terkejut mendengar debuman pintu yang ditutup. Ia mencengkeram dada kirinya. Hatinya terasa sakit, walaupun Changmin sering menyebutnya seperti itu, tapi kenapa hati dan jantungnya tidak pernah terbiasa.
Yunho memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya kasar. Kakinya menaiki anak tangga dan memasuki ruang kerjanya. Yunho hanya bisa menatap lelah berkas berkas di meja kerjanya, sepertinya ia harus rela tidak tidur lagi malam ini.
Ia menarik laci meja. Mengeluarkan botol vitamin, dan meminumnya beberapa butir. Ia harus menyelesaikan berkas berkas ini secepatnya.
###########
Changmin merebahkan tubuhnya di kasur secara kasar. Ia meletakan tangannya diatas matanya, untuk menghalau sinar lampu. Changmin lelah... Ia lelah dengan kehidupannya.
"Eomma... Changmin lelah Eomma... Changmin lelah... Kapan eomma akan menjemput Changmin ? Changmin ingin bersama Eomma..."
Changmin meneteskan air matanya. Ia merindukan eommanya yang sudah tidak ada, ia ingin bertemu dengan eommanya.
Changmin beranjak dari tempat tidurnya, ia menarik laci meja belajarnya. Disana ada beberapa botol obat. Satu per satu ia goncangkan botol tersebut, memastikan botol mana yang masih isi. Ia mengeluarkan beberapa butir dan meminumnya sekaligus.
Changmin mulai merasakan matanya berat, ia pun berjalan pelan ke arah tempat tidur. Tangannya menggapai pinggiran tempat tidurnya, namun kesadarannya sudah hampir menghilang. Tangannya melemas, Changminpun tertidur di lantai yang dingin.
############
"Eomma,.... kenapa appa tidak ikut kita berlibur ?"
Changmin cemberut sambil memandang keluar jendela mobil. Sepertinya Changmin tidak sadar dengan usianya yang sudah memasuki umur 17 tahun.
Eomma Changmin hanya tersenyum geli melihat anaknya yang ekspresif. Ia pun mengacak rambut anaknya gemas.
"Appa sibuk Changmin, bukankah tadi appa sudah bilang kalau ada meeting mendadak hmm ? Sudahlah jangan cemberut seperti itu, bukankah masih ada eomma ? Lagian juga appa berjanji akan ikut lain kali."
"Tapi kan eomma tetap saja, appa menyebalkan. Appa melanggar janji, Min benci appa"
Eomma Changmin menarik dagu Changmin membuat Changmin mau tidak mau harus melepaskan pandangannya dari luar jendela
"Dengar Changmin, apapun yang
Comments