I Don’t Mind the Pain

Description

Bukan.

Ini bukan cerita dengan unsur atau sub/dom;

Rate!M for safety, but no here, sorry.

Pairing: Jeongguk/Taehyung, ninja!Jin/Jimin

a crack!fanfic with: awkward!jeongguk, dumb!jimin, dumber!tae

Hanya sebuah cerita sederhana seputar school!au dengan sekelumit kisah antara Kim Taehyung si anak baru, Park Jimin si sahabat baik, dan Jeon Jeongguk si anak berandal(?). Yeah, typical. 

Foreword

prologue

Orang tuanya yang mendadak harus pergi ke Jepang selama beberapa tahun untuk urusan bisnis terpaksa menitipkan Kim Taehyung ke salah satu sepupunya yang tinggal di Busan. Dengan kepindahannya ke Busan, mustahil untuk Taehyung bisa bertahan di sekolah lamanya di Daegu sehingga jalan keluar dari masalah ini adalah dengan pindah sekolah.

Salahkan alur cerita di serial drama atau komik roman yang akhirnya membuat Kim Taehyung merasa was-was saat ia mengalami momen pindah sekolah untuk pertama kalinya. Apalagi, kepindahannya bertepatan dengan minggu-minggu awal di semester kedua tahun ajaran yang membuatnya semakin mengkhawatirkan kehidupan sosial di sekolah barunya nanti karena pada umumnya, semua siswa pasti sudah berteman dengan peer-nya masing-masing. Terlebih, Taehyung bukannya tidak menyadari soal kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkannya banyak beraktivitas sehingga mempersempit ruang geraknya kelak.

Tapi, apa yang Taehyung khawatirkan ternyata tidak terbukti karena pada hari pertamanya di sekolah, ia bisa langsung berteman dengan Park Jimin. Teman sebangku berwajah imut dengan tinggi badan lebih pendek darinya itu adalah orang yang menyenangkan. Maka, seperti potongan puzzle, keduanya bisa langsung cocok seolah mereka adalah sahabat sejak di kehidupan mereka yang sebelumnya.

Jimin banyak membantu Taehyung untuk menyesuaikan diri dengan memberikan daftar lengkap informasi tentang sekolah mereka. Selain mengajak tur keliling sekolah, Jimin juga menjelaskan rumor dan gosip yang ada di seputar sekolah. Termasuk memberitahu soal tempat tersembunyi di bawah lantai dua yang menurut Park Jimin, perlu dihindari karena merupakan tempat ‘anak-anak kelas 3 penggila hormat’ berkumpul. Ia juga memberitahu soal spot-spot membolos terbaik yang salah satunya adalah ruang kesehatan.

“Banyak yang sengaja datang ke ruang kesehatan untuk membolos tapi sejak guru piket kesehatannya diganti dengan Guru Choi yang super galak, anak yang membolos mulai berkurang," jelas Jimin. "Padahal, guru piket sebelumnya seksi dan baik hati. Kau kurang beruntung, Kim," tambahnya dengan tatapan sok iba.

Selain tempat membolos terbaik, tempat hunting ‘dedek-gemes’ terbaik, sampai ke tempat yang perlu diwaspadai, tentunya Jimin tidak akan melewatkan soal tempat seram yang ada di sekolah. Dengan ekspresi sok seram, Jimin mulai menceritakan solah urban legend di sekolah yang berpusat tentang gwishin di atap sekolah. "Ini tangga ke atap. Kudengar, kalau jam makan siang dan lorong sedang sepi, lalu kau menghitung anak tangga sampai ke atas dan mendapati ada 13 anak tangga, maka kau bisa melihatnya," jelas Jimin lagi dengan suaranya yang sengaja dibuat menakutkan.

"Kudengar, gwishin itu terperangkap di atas atap," Jimin sengaja memberi jeda untuk membuat ceritanya semakin terdengar misterius. "Gwishin dari anak kelas 3 yang akan memberi kutukan. Jadi, kusarankan untuk tidak pergi ke atas atap," jeda lagi, "kecuali kalau kau ingin sisa waktumu di sekolah menjadi buruk."

Perjalanan tur gratis Park Jimin itu berlanjut sampai ke kafetaria. Di sana, Jimin memesan makanan kesukaannya, lengkap dengan roti stroberi yang menurutnya adalah ‘roti terbaik sepanjang masa’ sementara Taehyung memesan burger. Saat itu, Taehyung yang cukup peka bisa menyadari kehening suasana yang mendadak saat seorang siswa masuk dan mengantre di barisan. Siapapun yang melihat akan menyadari keanehan dari orang-orang yang sengaja memberikan jalan seraya membiarkan anak itu untuk lebih dulu memesan makanan.

Keanehan itu mendorong Taehyung untuk menatap Jimin seolah meminta penjelasan. Jimin yang mengerti isyarat itupun akhirnya menatap sekeliling dengan penuh kewaspadaan, sebelum akhirnya mulai menjelaskan. "Kau ingat soal ‘kelompok anak kelas 3 penggila hormat’ yang kuceritakan barusan? Dan soal peringatan untuk tidak mengganggu mereka?" Pertanyaan Jimin mendapatkan anggukan dari Taehyung sebagai jawaban.

"Tidak ada seorang pun—yang punya akal sehat—akan berani menantang mereka berkelahi. Kecuali Jeon Jeongguk," mata Jimin menunjuk ke arah laki-laki yang saat ini sudah membawa senampan makanan. Melihatnya, semua orang seraya menunduk dan menghindari tatapan ke arahnya. Hingga akhirnya, laki-laki dengan warna rambut hitam pekat sewarna matanya itu memilih untuk duduk di ujung sebuah meja yang kosong.

Saat memastikan kalau laki-laki itu berada di luar jangkauan pendengaran mereka, Taehyung yang pensaran dan tidak sabar menunggu penjelasan akhirnya membuka suara, “lalu bagaimana?” Itu sontak membuat Jimin tersenyum karena sekali lagi, Kim Taehyung telah tertarik oleh umpan ceritanya. "Kudengar, dia berhasil membuat ketua anak kelas 3 itu patah tulang dan dirawat lebih dari seminggu. Dan kau tahu? Jeon Jeongguk bahkan melakukannya tanpa sedikitpun bekas luka menempel di tubuhnya."

Penjelasan itu lantas membuat Taehyung mengalihkan pandangan ke arah laki-laki di ujung kafetaria yang tampak kesepian. Kalau bukan karena Park Jimin yang memberitahu soal itu, Taehyung pasti tidak akan menyadari  kalau tersembunyi oleh wajah imut dengan gigi kelinci itu ada kekuatan dan kekejaman luar biasa yang mampu membuat kelompok anak kelas 3 yang paling ditakuti oleh seluru sekolah itu tumbang.

"Jadi, Jeon Jeongguk adalah pengecualian. Dan karenanya, ia sekarang mendapatkan gelar khusus, ‘orang yang paling ditakuti nomor satu’ yang membuat semua murid termasuk aku, tidak akan berani untuk berurusan dengannya," kali ini Jimin memaparkan informasinya dengan jelas tanpa jeda.

Tapi, Taehyung masih sulit untuk meyakini kalau sosok laki-laki di sudut ruangan yang menikamati makan siangnya sendirian itu, sesuai seperti apa yang Jimin katakan. Apalagi, yang bisa Taehyung tangkap dari wajah itu tidak lain adalah sebuah rasa kesepian?

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet