Obsesi

Converse High

Srett, pucuk pisau bermata panjang itu semakin menerobos masuk kedalam perut Yoongi. Sreett, diputarnya pisau tersebut hingga membuat wajah Yoongi meringis menahan perih dan panas diwaktu bersamaan.

" Apakah itu menyakitkan Min Yoongi?"

Sipemilik nama hanya menyeringai seolah mengejek, " hahaha, Tae Hyung ...Tae Hyung...." panggil Yoongi dengan nada meremehkan dengan kembangan bibirnya tak surut seolah ia menikmati kesakitan diambang kematiannya. " Apa yang kau harapkan dari kesakitanku ini? sakitku belum seberapa, masih lebih menyakitkan ketika aku dipisahkan dari Jimin."

Srett, tusukan pisau itu semakin diputar " Berhentilah memanggil Jimin dengan mulut busukmu itu!"

" Disini yang busuk bukan hanya aku, berkacalah kau lebih busuk dari aku Tae Hyung."

" Kau masih bisa mengoceh huh? Apakah punya pesan sebelum ajalmu tiba heh?"

" Pesanku, ku tunggu kau dineraka Tae Hyung."

" Hahahaha, aku tak kan seneraka dengan mu, aku lebih terhormat darimu Min Yoongi."

" Begitukah?dengan segala kebohonganmu dan topengmu yang memuakkan itu, kau masih berdalih lebih terhomat dari ku?"

" Tentu, karena Park Jimin lebih memilihku daripadamu."

" Dia hanya lelaki polos yang terbius bualan mu. Kelak dia akan tahu siapa dibalik pembunuhan orang tuanya, hingga saat itu tiba aku akan setia menunggu mu dineraka. Jangan mati sebelum kau menderita dengan kisah teater bodohmu itu Tae Hyung. Berlumuranlah dengan dosa yang kau buat."

" Diamlah dan mati dengan tenang Min Yoongi, aku muak dengar celotehmu yang tak penting itu." ujar Tae Hyung dengan seringaian yang menghiasi wajahnya.

" Ekhhh, yaa dendamlah terhadapku Tae Hyung aku akan selalu menggentayangimu hingga ajalmu tiii... baaa."

" Iya, tidurlah dengan tenang jangan pernah muncul lagi dihadapan kami Min Yoongi." Senyum Tae Hyung merekah, setelah misinya terpenuhi.

Ujung bibir tersebut menyungging, saat menyaksikan kematian temannya. Diambilnya sapu tangan yang terletak di saku jas hitamnya lalu disapu sidik jarinya yang menempel di gagang pisau kemudian ia membersihkan noda darah yang berlumuran di tangan dan wajah pucatnya.

" Ughh, Tae Hyung .... " suara lenguhan terdengar dari mulut Park Jimin yang tak jauh tergeletak disampingnya.

Bau anyir menyambar hidung, Jimin meringis setelah inderanya terganggu. " Tae Hyung? Yoong .... Yoongii.... ap apa yang terjadi?" raut panik langsung hinggap di wajah Jimin, dengan pelan dia merangkak menghampiri jasad Yoongi.

Dengan datar Tae Hyung menatap Jimin yang masih terpaku menatap jasad Yoongi. Bibir mungil Jimin tak henti - hentinya merapalkan sesuatu yang tak dimengerti oleh Tae Hyung, ia terganggu karena Yoongi yang sudah jadi mayat tersebut masih bisa mengambil perhatian lelaki pujaannya itu.

Tae Hyung menarik dengan kasar lengan kiri Jimin yang sedang menggoyang goyang Yoongi untuk memastikan detak jantungnya, " Berhentilah bertindak bodoh!" bentak Tae Hyung menyadarkan kekalutan Jimin.

" Apa yang terjadi?apa yang kau lakukan pada Yoongi?" Cicit Jimin menatap sayu Tae Hyung.

Kesunyian melingkupi ruangan pengap yang masih berbau anyir, " Aku membunuhnya." Datar tanpa ekspresi, singkat nampak tanpa penyesalan.

Jimin tersentak mendengar hal itu, jemarinya gemetar dan kelopak matanya tak berhenti berkedip seolah mencoba menghilangkan kegusaran yang seketika melingkupi batinnya.

" Ada apa denganmu? Ayo keluar, kita pergi dari tempat busuk ini." Dengan segera ia menarik Jimin melangkah keluar.

" Berhentilah bersikap tak acuh Tae Hyung!" disentaknya dengan kasar genggaman Tae Hyung dilengan Jimin, dengan mantap ia membentak Tae Hyung, walau masih terlihat dengan jelas gemetar ditubuh Jimin tak hilang, ia tak ragu untuk membentak Tae Hyung teman kecilnya itu.

Tae Hyung mendengus kesal, ia berusaha menutupi kemarahannya dihadapan lelaki mungil itu. Tak habis pikir, ia masih saja bisa dikalahkan oleh seonggok mayat. Kali ini ia menyeringai dan berakhir dengan senyuman.

Ditatap Jimin dengan tatapan tajam, " Apa yang kau harapkan dariku?"

Jimin berdiri dengan mata yang mulai berkaca kaca, jemarinya mengepal, amarahnya mulai menguasai batinnya. Wajahnya yang menunduk kini mendongak dan menatap Tae Hyung dengan mantap. " Berhentilah terobsesi padaku, cukup sampai disini. Akhiri semua ini."

Masih dengan wajah datar Tae Hyung berjalan mendekati tubuh mungil Jimin yang belum berhenti bergetar. Ia menarik tubuh itu kedalam pelukannya. " Sttt, tenanglah kau masih didalam pengaruh shock. Jangan berfikir macam - macam, ayo kita pulang dan bersihkan semua kotoran ini." Usapan lembut tangan Tae Hyung dikepala Jimin mengalirkan kehangatan membuat getaran di tubuh Jimin mulai berkurang.

" Tae Hyung, aku sudah tak kuat melihat kematian yang seolah menghantui hidupku. Hentikan semua ini hmm?" Pinta Jimin seolah terdengar seperti cicitan, sambil mendorong tubuh Tae Hyung dengan lemah menjauhkan tubuh mereka hingga memberikan jarak beberapa senti.

" Kau bicara apa si?"

" Aku sudah tahu semua, obsesi mu dan semua yang kau lakukan. Aku sudah jadi milikmu tapi kenapa kau masih membunuh?bahkan ia kau bunuh! teman kita dari kecil? huhh?!"

" Karena dia ancaman bagiku!"

" Kau pikir aku hanya akan diam saja dengan hal ini?"

" Apa yang bisa kau lakukan?" Tatapan Tae Hyung mulai menggelap dan tajam menatap Jimin.

Seringain muncul dibibir Jimin, dengan mantap ia mundur dan tangan mungilnya menyerobot pisau yang masih tertancap di tubuh Yoongi. Jimin berlari hingga mendekati teras menuju balkon, " Yang kulakukan adalah memberikan ketakukan terbesarmu yaitu kehilangan diriku." Dengan wajah mantap dan diiringi wajah sayu, tangan Jimin mengacungkan pisau itu dan diarahkan ditubuhnya.

Raut tenang Tae Hyung masih menghiasi wajahnya, " Jangan bertindak bodoh Jiminie."

Gerakan cepat yang sulit dihentikan, tangan itu menusuk tubuhnya dan darah merembes membasahi bajunya. " Saranghae Kim Tae Hyung." ucapan itu terdengar lirih dan menghilang seiring tubuh Jimin yang melompat melewati balkon menjatuhkan diri dari lantai tiga.

Tae Hyung tak bisa menutupi kekagetannya, ia berlari dengan cepat untuk melihat tubuh Jimin yang sudah tak sadarkan diri dibawah. Wajah ketakutannya dengan cepat berubah dengan seringaian, " Well kasus ini tak usah dengan susah payah kututupi. Pelaku dan korban sudah ada, plot sudah terancang." Plookk, tepukan kedua telapak tangan Tae Hyung terdengar, senyumannya merekah. " Nah sekarang saatnya mencari target dan mainan baru, yeiyy!" Kedua tangan Tae Hyung menepuk - nepuk sekujur tubuhnya membersihkan debu yang sempat melekat dibajunya, dan melangkah santai meninggalkan mansion Jimin.

___End___

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet