Sequel

Just For A Moment

Kupandang wajah cantikmu di balik bingkai itu. Senyum yang biasa menyapaku tiap pagi kini sudah pergi. Pergi bersama ragamu yang tertimbun tanah. Setelah berjuang hampir setahun lamanya, kau akhirnya meninggalkanku sendiri di sini. Meninggalkanku dengan segala kenangan kita. Kau, Yujuku, sudah lebih dulu pergi ke tempat yang lebih baik.

Rasanya berat saat aku harus melepasmu. Membiarkan orang-orang berjas putih melepas alat-alat medis yang menempel di tubuhmu kala itu. Aku masih berharap kau membuka matamu, lalu menatapku penuh cinta seperti dulu. Tapi, ketika kulihat wajah lelahmu, aku menyetujui saran mereka untuk merelakanmu. Maka, dengan segala kemampuanku, aku berdoa pada Tuhan.

“Kalau Tuhan ingin ambil Yuju sekarang, aku rela. Kalau yang terbaik untuk Yuju adalah pergi, aku rela. Kalau Yuju tidak sakit lagi setelahnya, aku rela.”

Doa kupanjatkan di sela-sela tangisku. Wajah pucatku menunjukkan aku tidak dalam keadaan baik. Semua orang yang ada di sana bahkan menyuruhku untuk tidur sebentar, tapi aku menolak. Aku ingin di sampingmu untuk yang terakhir kali. Ingin merasakan hangat tubuhmu untuk yang terakhir. Ingin mengecup keningmu, matamu, hidungmu, pipimu, dan bibirmu terakhir kali. Dan ingin memandang wajah cantikmu sebelum tak dapat kulihat lagi.

Hatiku berteriak tidak ketika detak jantungmu perlahan melambat. Tubuhku lemas ketika kau dinyatakan pergi selama-lamanya. Aku berusaha mati-matian menahan berat tubuhku agar tidak jatuh. Karena kau menyukai Seokmin yang kuat, bukan Seokmin yang lemah. Aku bahkan masih ingat kata-katamu di hari jadi pertama kita.

Satu per satu dari mereka meninggalkan nisanmu. Tapi, aku masih tetap di sini. Belum bisa meninggalkanmu sendirian. Kupejamkan mataku lalu kekatupkan telapak tangankuk di depan dada.

“Tolong jaga Yuju dengan baik, Tuhan. Berikan dia hidup yang lebih baik di sana. Jangan buat dia sakit lagi. Jangan buat senyumnya hilang karena sakitnya. Pertemukanlah kami di sana nanti.”

.

.

.

.

.

“Dan izinkan dia sering mengunjungi mimpiku.”

 

 

 

 

***

 

 

 

 

Kubuku pintu rumah, tidak ada siapa-siapa lagi sekarang. Tidak ada lagi sosokmu yang langsung berlari memelukku saat melihatku pulang kerja. Tidak ada lagi suara denting alat-alat masak di dapur. Semuanya sudah berakhir. Sekarang tinggal aku sendiri. Tanpa kehadiranmu sosokmu.

Tapi, ketika aku masuk ke dalam kamar kita. Aku yakin aku tak salah lihat. Aku yakin mataku masih dapat dikategorikan sehat. Dan aku yakin kalau aku belum gila. Aku melihatmu sedang duduk bercermin sambil mengikat rambut panjangmmu. Kakiku membeku di tempatnya, begitu pula sekujur tubuhku. Kau masih ada di sini bersamaku.

Kau menoleh lalu tersenyum. Senyum yang biasa kulihat setiap hari. Senyummu masih sama seperti dulu, saat pertama kita bertemu. Ingin kukatakan pada diriku sendiri kalau ini salah. Tapi, hatiku menolak. Hatiku tak bisa bohong kalau aku menginginkanmu di sini.

“Sudah pulang?”

Air mataku mengalir begitu saja. Mereka berlomba-lomba keluar dari kelopak mataku. Tubuhku gemetar dan tangisku seketika pecah ketika melihatmu berdiri di depanku. Kau menangis, terisak-isak. Lantas kupeluk tubuh kurusmu. Kuhirup harum tubuhmu. Kukecup puncak kepalamu. Lalu kekecup bibirmu, matamu, keningmu, pipimu, hidungmu. Tangisku sama sekali tak mereda.

“Ya Tuhan, Yuju. Yuju sayangku, Yuju cintaku, Yuju kekasihku, Yujuku. Oh, ya Tuhan, Yuju. Aku mencintaimu. Aku sungguh-sungguh mencintaimu. Oh Yuju.”

Lalu aku memelukmu lagi. Kau pun memelukku tak kalah erat. Napasmu bahkan terputus-putus karena menangis. Kemejaku kau cengkram kuat. Aku tahu kau melampiaskan emosimu lewat sana.

“Seokmin, aku mencintaimu. Sungguh aku mencintaimu. Aku tak pernah melupakanmu Seokmin. Sekalipun tak pernah. Oh, Seokmin. Seokminku. Seokmin, aku mencintaimu.”

Kau mengatakannya sambil menangis. Suara serakmu membuat tangisku semakin kuat. Aku tahu tak seharusnya aku lemah di hadapanmu. Tapi, untuk kali ini, untuk yang terakhir, izinkan aku menangis sepuasku.

Kulepas pelukan kita, lalu kutatap wajahmu lekat. Wajah yang sangat kusuka kini basah karena air mata. Kau menangkup wajahku dengan kedua tangan kurusmu. Kita bertatapan lama, sampai akhirnya kau bicara.

“Tuhan mengizinkanku, Seok. Tuhan mengizinkanku untuk menunggumu.”

Aku diam, tidak membalas perkataannya.

“Aku akan menunggumu di sana. Sampai nanti waktunya tiba, kita akan bersama lagi. Kau dan aku. Dalam keadaan saling mencintai.”

Perkataanmu barusan membuatku sadar. Kenyataan tidak berubah. Kau memang sudah bersama Tuhan sekarang. Kau sudah berada di tempat yang berbeda denganku. Yujuku sudah pergi. Benar-benar sudah pergi.

“Jangan sakit lagi, oke? Kau harus jaga kesehatan. Jangan lupa istirahat kalau sudah merasa tidak sehat. Jangan lewatkan sarapanmu. Jangan lupa pakai jaket di musim dingin, kau mudah kena flu.”

Kau tertawa kecil.

“Dan jangan lupakan aku. Sering-seringlah berkunjung.”

Matamu mulai basah lagi. Dapat kulihat air mata menggenang di kedua sudut matamu. Begitupun aku. Air mataku bahkan sudah keluar dari tempatnya. Kau tersenyum, amat cantik. Meskipun berhias air mata, tapi senyummmu amat cantik.

“Aku mencintaimu, Seokmin.”

Maka untuk terakhir kali, kupeluk tubuhmu. Erat. Sampai dadaku terasa sesak.

“Aku lebih mencintaimu, Yuju. Yujuku.”

Kau melepaskan pelukanku lalu menggenggam kedua tanganku. Rasanya aku tidak rela melepasmu. Tapi, ketika melihatmu tersenyum, aku yakin kau akan dapat segalanya yang lebih baik. Tuhan pasti memberimu yang jauh lebih baik.

“Aku pamit.”

 

 

 

***

 

 

 

 

Dan kemudian aku terbangun di ranjang rumah sakit.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
chocopologie #1
Chapter 1: a sad love story yet so romantic... Waiting for another seokju story!! a fluffy one!! is it possible?
astroish #2
Chapter 2: The most touching seokju story. Gatau mau bilang apa, intinya makasih udah bikin cerita ini author-nim!!!
Jjangiya
#3
Chapter 2: Ntap jiwa kebayang bgt feelnya... terima kasih sudah menulis ini author-nim
Xi_Yi177 #4
Chapter 1: Asli nyentuh banget, sampe nangis aku jadinya :') feelnya kerasa banget, good job author!
Navydark
#5
Chapter 1: Noooo, abis baca fluff berharap fluff lagi dapet angst. Jangan lupankan seokmin yujuuu
kimhyera11 #6
Chapter 1: GUA GABISA FF INI GANORMAL GUA BUTUH LEBIH INI BAGUS BANGT :'(
PiperGrace08
#7
Chapter 1: Asli ini nyentuh banget... pengen nangis tp gengsi hahaha good job author-nim! Pls read more in the future!!