The Nightmare

The Bitter Truth

"Hyung, lihat apa yang aku bawa" kata seorang anak laki-laki. "Waah, apa itu lady bug? Cantik sekali". "Aku menemukannya di kebun dan aku membawanya untuk mu. Apa kau suka?" Kata anak itu. "Aku suka sekali, terima kasih wonsikie. Aku harus pergi sekarang, jadi lah anak yang baik selama aku pergi, mengerti?"." Tapi kau mau kemana?" Tanya anak itu."aku akan pergi ke suatu tempat untuk mengurus sesuatu" balasnya."tidak boleh kah aku ikut?" Rengek anak itu."maaf wonsikie, aku pasti akan kembali. Jadi tunggu aku" kata laki-laki itu dan pergi meninggalkannya."hyung...hyung aku ikut. Aku mohon..." anak itu terus berlari mengejar sosok laki-laki tadi. Tapi dia sudah menghilang dibalik sorotan lampu yang menerangi jalan. "Hyuuuung..." anak itu menangis sekencang yang ia bisa berharap bahwa orang itu kembali dan mengajaknya.

"Hyung...!!" aku terbangun dengan mimpi yang sama hampir 10 tahun terakhir. Setiap malam aku harus terbangun dengan keringat membasahi seluruh tubuhku. Selama ini aku berusaha membuang mimpi itu tapi dia selalu berputar seperti kaset kusut. Selalu berhenti di bagian yang sama. Akhir-akhir ini mimpi buruk ku sering bermunculan. Memori yang selama ini berusaha aku kubur satu per satu muncul seperti balon yang berterbangan. Mereka melayang di pikiranku dan siap untuk meledak kapan saja. Trauma masa lalu itu yang membuatku tersiksa selama ini. Kehilangan orang yang paling berharga dalam hidup ku. Mungkin lebih tepatnya ditinggalkan olehnya. Hingga saat ini satu buah tanda tanya besar mengisi kepalaku. Kenapa dia melakukan ini? Apakah aku hanya menyulitkan dia? Bukankah dia sudah berjanji untuk tetap bersamaku selamanya?. Saat itu mungkin aku terlalu bodoh hingga percaya pada kata-katanya. Bagiku saat ini janji yang ia katakan sebelumnya adalah SAMPAH!! Setiap aku ingat kejadian itu perut ku terasa sakit dan mual. Kepala ku terasa seperti ditusuk ribuan jarum dan aku benar-benar benci saat seperti ini. Aku langsung menuju ke kamar mandi dan siap untuk mengeluarkan seluruh isinya. Saat-saat paling menyiksa dalam hidupku. Aku akan berhenti saat aku bisa mengendalikan pikiranku. Tapi itu bukan lah hal yang mudah. Butuh waktu bertahun-tahun sampai aku mulai terbiasa dengan ini.

Seseorang masuk ke kamar ku dan menghampiriku. Dia terlihat panik. "Ravi-ya kau baik-baik saja? Apa kau mimpi buruk lagi? Apa kau sakit? Mau ku antar ke dokter?" Katanya khawatir. Wajahnya menunjukkan kalau dia benar-benar khawatir,wajah ini yang selalu ku lihat saat aku seperti ini. "Apa aku membangunkan mu?" Tanyaku. "Kau bilang apa sih? Kau yakin kau tidak apa-apa?" Tanyanya dengan nada yang lebih khawatir. "Aku baik-baik saja,N hyung" balas ku. Aku berusaha meyakinkannya. Saat ini aku tidak yakin kalau aku baik-baik saja karena aku sakit. Aku benar-benar sakit hingga mau mati rasanya. Sakit ini meskipun kau pergi ke dokter mereka tidak punya obatnya.

Setelah mengalami malam yang buruk, aku bangun dengan perasaan yang jauh lebih baik. Aku selalu berfikir bahwa aku pasti akan mati saat mengalami itu namun pada akhirnya aku selalu bangun seperti ini dan baik-baik saja. Aku memutuskan untuk bangun dan menuju dapur. Disana ada seseorang yang telah sibuk dengan kegiatannya mempersiapkan sarapan. "Oh...ravi, kau sudah bangun?" Katanya dengan senyum cerah. Aku hanya membalasnya dengan anggukan. Meski aku merasa lebih baik, mood ku belum kembali sepenuhnya. Dan tubuhku masih terasa lemas karena aku menguras seluruh isi perutku semalam. "Sanghyuk...ayo bangun dan makan sarapanmu" katanya sambil berteriak. "Aku buatkan kau bubur agar kau merasa lebih baik. Makan lah" katanya sambil menyodorkan semangkuk bubur hangat. Bagiku dia seperti ibu dan ayah. Dia selalu mengkhawatirkan ku meskipun aku selalu membuat banyak masalah untuknya. "Kalau kau tidak keluar dalam hitungan ketiga, aku aka..." Sebelum dia menyelesaikan ucapannya, seseorang keluar dari sebuah kamar dengan langkah setengah mengantuk. Dia bahkan terlihat seperti orang yang sedang tidur sambil berjalan. "Kau masuk sekolah hari ini? Kau tahu, kalau kau merasa..." ucapannya terhenti. Dia menyadari kalau dia tidak seharusnya melakukan itu."Aku akan sekolah hari ini" balasku sambil menyantap bubur. "Hyuk,ayo buka mata mu dan makan sarapan mu" kata N hyung. "Aku masih ngantuk. Bisa aku tidur lagi. Lima meniiiiit saja" balas hyuk dengan mata tertutup. Dia terlihat benar-benar mengantuk."hyuk-ah, wajahmu akan masuk ke mangkuk kalau kau seperti itu terus" kata N dengan nada marah. Pagi ku selalu seperti ini. Meskipun sedikit berisik karena hyung itu selalu memarahi hyuk tapi itu jauh lebih baik. Lebih baik daripada aku harus sendirian lagi. Setidaknya hingga saat ini aku masih bisa bertahan.

Masih cukup pagi saat aku sampai di sekolah. Aku memilih berangkat lebih awal karena aku malas untuk meladeni sekumpulan gadis bodoh yang terus saja mengganggu ku. Bukannya aku jahat pada mereka, aku hanya ingin ketenangan itu saja. Sesampainya di sekolah aku menuju loker ku untuk mengambil beberapa buku. Saat aku membukanya, aku kaget dengan apa yang keluar dari sana. Setumpukan amplop berwarna merah dan pink keluar dari loker ku seperti banjir."jangan lagi!" Kataku tidak percaya. Hampir setiap hari aku mendapati loker ku terisi penuh oleh tumpukan kertas ini. Aku bahkan tidak berniat untuk membukanya satu pun karena itu akan sangat merepotkan. Aku tidak tahu harus melakukan apa pada kertas-kertas ini. Aku bahkan tidak tahu kapan mereka akan berhenti mengirimi ku surat atau bahkan hadiah. Kemarin saja aku mendapat sekantung penuh coklat dan pada akhirnya aku menyuruh hyuk untuk memakannya. Dia bahkan sampai tak sanggup lagi makan. Aku takut kalau anak itu mungkin akan phobia terhadap coklat. "Hehe" aku tersenyum sendiri mengingat hal itu. Sekarang bahkan ada bunga mawar. Aku berfikir bagaimana bisa mereka menaruh semua ini di loker ku.
"Omo..." tiba-tiba seseorang berada dihadapan ku. Aku tidak menyadari kehadirannya. "Ravi-ya,apa yang kau lakukan?" Kata hani. "Apa aku harus menjawab pertanyaan mu?" Kataku sambil sibuk membereskan tumpukan surat yang berserakan dibawah. "Aku kan cuma tanya. Kenapa kau galak sekali sih" protes hani. "Apa itu mawar? Waah, fans mu pasti benar-benar sangat menyukai mu" kata hani lagi. "Bukan kah kau salah satunya?" kataku santai. "I-itu..." dia tiba-tiba saja bertingkah aneh. Dia seperti orang yang tidak tahu harus melakukan apa. Wajahnya mulai memerah bahkan terlihat seperti tomat. Dan menurutku itu manis sekali. "Tidak. Aku bukan fans mu!" Katanya dengan suara meninggi."heh, ini masih pagi. Tidak bisa kah kau mengecilkan suara mu" kataku. Aku bangkit dan mulai menyamakan pandangan mataku dengan matanya. Aku menatapnya lekat-lekat. Kalau dilihat dia manis juga. Aku mendekatinya perlahan. Sejujurnya aku suka sekali menggodanya karena itu menyenangkan. Mungkin aku jahat tapi aku tidak bermaksud apapun. "He-hei...ravi. jangan coba-coba mendekatiku atau kau aku pukul" ancamnya. Melihat responnya seperti itu aku jadi makin penasaran dengannya. Meskipun kesan pertama ku dengan nya tidak begitu bagus tapi ada sesuatu yang menarik padanya. Aku belum tahu tapi aku akan mencari tahu. Untuk saat ini aku rasa bermain-main dengannya boleh juga. Aku lebih mendekat padanya. "Ravi...apa yang kau" dia berusaha protes. Tapi aku tetap saja mendekatinya dan memblok jalannya. Plak... Aku kaget dengan apa yang iya lakukan barusan. Aku melihat wajahnya dan dia seperti ingin menangis. "Kau pikir aku wanita seperti itu" kata hani marah. Dia meninggalkan ku dan berlari pergi. Sial...seharusnya aku tidak melakukan itu. Aku akan mengurusnya nanti. Ada hal yang harus aku lakukan.

Aku menuju kebun belakang sekolah dan menemui beberapa anak disana. Aku menunggu mereka datang. Mereka benar-benar syok dengan kehadiranku. Sepertinya mereka sama sekali tidak berfikir bahwa aku ada disana. "Jadi? Permainan apa ini?" Kataku pada mereka. "A-apa yang kau maksud?" Kata salah satu anak. "Ayo lah,kalau kau mau mengajak seseorang bermain setidaknya beritahu peraturannya" balas ku. "Aku tidak mengerti dengan ucapanmu. Jadi berhenti mengganggu kami" kata anak yang berbadan besar. "Tsk...kau tahu ini jadi tidak menarik kalau kalian ikut campur" kataku berusaha mengendalikan emosi ku."heh,anak baru. Kau pikir kau ini siapa?" Kata anak lain. Sepertinya dia adalah ketua geng ini. Aku sudah muak berurusan dengan anak-anak yang selalu beranggapan bahwa mereka yang paling hebat. "Aku?" Kataku tidak percaya."kalian tidak perlu tahu. Itu baik untuk kalian"."kau meremehkan kami,habisi dia!". Selama kurang lebih 30 menit aku menghabiskan waktu ku untuk bocah seperi mereka. Ini buang-buang waktu. "Lain kali cari lah lawan yang sepadan" kataku. Setelah mendapatkan apa yang aku mau aku meninggalkan mereka.

Masih ada satu urusan lagi yang harus aku selesaikan. Aku kira ini jauh lebih sulit daripada melawan anak tadi. Bagaimana pun hasilnya aku tidak peduli.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet