PENGAKUAN

The Bitter Truth

“aish…aku benar-benar kesal. Bagaimana bisa ini terjadi padaku?” kataku sambil memukul meja. “itu hal yang sama yang ingin aku katakan padamu” kata hongbin. “ya?!!” kataku dengan nada tinggi. “apa? Kau sudah mengatakan hal itu hampir. Sebentar..” hongbin mulai melihat jarinya dan sepertinya ia sedang menghitung. “30 kali. Benar 30 kali. Apa kau sadar itu?” kata hongbin. Aku kaget menyadari apa yang ia katakan. Secara tidak sadar aku sudah mengeluh padanya tentang apa yang aku alami pagi ini. Dia bahkan sampai menghitung kata yang sama yang aku lontarkan padanya. Anak ini pasti mendengarkan aku dengan sangat baik. “maaf…aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya…” aku tiba-tiba kehilangan kata-kata. Aku bahkan tidak tahu harus menggunakan kata apa untuk mewakili apa yang telah terjadi hari ini.
“kau membuatku seperti orang bodoh” kata hongbin. “ya…jangan membuatku tambah kesal” kataku.” Kalau begitu beritahu aku apa yang terjadi. Kau hanya mengatakan kesal dan tidak memberitahuku alasannya” kata hongbin dengan nada kesal. “ini bahkan baru hari pertama. Aku pikir hidupku akan sulit untuk 3 tahun kedepan” kata hongbin sambil memasang wajah pasrah. “kau!!” kataku sambil memukulnya. “apa kau sudah bosan dengan ku? Itu alasan kenapa kau memilih sekolah yang berbeda?”. “hei…kau tahu kan alasannya. Berhenti berpura-pura kalau kau tidak tahu” balas hongbin.
  Ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah. Ekspresi yang aku benci. Ekspresi yang aku takutkan suatu saat nanti mungkin akan membuatku memilih untuk tidak pernah mengenalnya. Aku sadar bahwa aku melakukan hal yang salah. Tidak seharusnya aku melakukan itu. Aku benar-benar menyesal.”maaf” kataku singkat. “heeh…apa kau mau mengatakan bahwa kau merindukan ku?” ejek hongbin. “mimpi saja sana. Aku tidak akan pernah melakukannya” kataku sambil bergegas pergi meninggalkannya. “hei…ha ni. Apa salahnya sih merindukan ku? Apa kau tidak pernah merasakan itu?” protes hongbin dari belakang. Sepanjang jalan dia terus saja protes tentang hal yang sama. Tidak terasa kami sudah sampai di halte bus. Aku baru sadar bahwa dia mulai berhenti berbicara dan hanya menatap lurus ke depan.
Pantulan wajahya di kaca mobil membuatku tersadar. Aku merasa bersalah karena aku selalu memperlakukan dia seperti ini. Saat dia mulai bertingkah seperti ini, aku langsung saja mengganti topik pembicaraan atau lebih memilih diam dan menghindarinya. Ini semua berawal dari hari kelulusan kami. Dia mengatakan hal yang menurutku aneh dan tidak bisa dipercaya. Dia mengatakan hal yang tidak pernah aku pikirkan. Saat itu hari cukup cerah, kami memutuskan untuk pergi bersama setelah upacara kelulusan. Kami pergi ke beberapa tempat untuk merayakan kelulusan kami.
Seharian pergi menyusuri banyak tempat, kami berhenti disebuah taman.“aku tidak percaya kita sudah lulus dan masuk ke sekolah menengah” kata hongbin. “benar. Bukan kah waktu berjalan begitu cepat?” balasku sambil menatap langit.”terlalu cepat. Aku bahkan belum siap menghadapi ini” katanya. “siap? Untuk apa?” kataku. “selama ini kita selalu bersama kan? Pagi…siang…sore…bahkan sebelum tidur kita menghubungi satu sama lain. Aku masih ingin melakukan itu. Tapi aku rasa aku tidak punya banyak waktu untuk itu” Kata hongbin. Saat itu aku menatapnya, wajahnya menunjukkan sesuatu.  Sepertinya ada hal yang mengganjal dihatinya tapi entah kenapa aku tidak mau tahu itu. Tiba-tiba rasa takut menghampiriku. Aku begitu takut hingga tidak bisa melakukan apapun. “kau akan pergi?” kataku.
Dia tidak membalas pertanyaanku. Hanya menatapku dengan sangat dalam dan serius. Ini adalah pertama kalinya dia menunjukkan ekspresi itu. Dia tidak mengatakan apapun tapi matanya menunjukkan segalanya. Rasa sedih, senang, marah, dan pasrah bercampur aduk. Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Tapi aku benar-benar tidak suka dengan ini. Setelah menatap dalam-dalam dia mulai medekatiku dan mulai membisikan sesuatu. “AKU MENYUKAIMU, KIM HA NI”….

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet