Prolog

The Bitter Truth

“Truth or Dare? Ya..Ha Ni!!!” teriak seseorang. “ouch…”teriakku sambil memegangi kepala. “Ya! hongBin kau sudah gila? Mau mati?!!” kataku sambil memukul balik kepala laki-laki itu. “aak..sakit” “sakit katamu? Kau lemah sekali sih. Bagaimana bisa laki-laki teriak sakit hanya dengan pukulan seperti itu?”. “ ya ampun, gadis ini benar-benar” kata hongbin dengan wajah tidak percaya. “apa? Kau mau bilang apa?” kataku menantang.
“heh! Kau sadar tidak dengan perkataanmu barusan? Yang kau bilang lemah itu laki-laki paling populer disekolah?” kata hongbin dengan percaya diri. “Ya ampun dia benar-benar sudah gila” gumamku. “kau bilang apa?” kata hongbin. “tidak lupakan saja. Sekarang sudah hampir jam makan malam. Ayo kita pulang” kataku sambil berdiri dan membersihkan kotoran yang menempel di seragamku. “Tapi kan permainannya belum selesai. Ini bahkan giliranku bertanya. Apa kau sengaja menghindari ku?” protes hongbin. “tsk…kau ini. Kita sudah memainkan permainan ini ratusan kali bahkan ribuan kali. Apa kau tidak bosan?” Kataku. “cheater”! gumam hongbin. “ya! Jangan mulai lagi” kata ku sambil memasang wajah kesal. “baiklah. Ayo kita pulang” kata hongbin sambil tersenyum manis padaku.
Senyum manis itu selalu membuatku merasa jauh lebih baik. Anak itu selalu bersikap manis padaku meski aku kadang melakukan sesuatu yang kasar padanya. Kadang aku khawatir suatu saat anak itu akan berubah. Senyum yang hampir tiap hari aku lihat akan menghilang atau bahkan aku mungkin tidak akan pernah melihatnya lagi. Ada saat dimana aku sangat mengkhawatirkan hal tersebut dan akan menyesal dengan apa yang telah aku perbuat padanya. Jika seseorang memilih tiga orang yang penting dalam hidup, aku akan meletakkan anak itu di nomer 3 setelah orang tua dan keluargaku. Benar…saat ini dia adalah bagian penting dalam hidupku. Jujur saja, kami seperti anak kembar yang tidak terpisahkan. Kemana pun aku pergi hampir selalu ada dia dan sebaliknya.
Kami sudah berteman sejak kecil. Bisa dibilang kami sangat tahu karakter masing-masing. Dan kami tahu apa yang disukai dan tidak disukai dari diri kami. Dan itu selalu membuatku bersyukur karena dia selalu ada disampingku baik suka maupun duka. Orang pertama yang aku cari saat aku memiliki berita bahagia adalah dia dan begitu juga berlaku saat aku merasa sedih. Bagiku anak itu sangat berharga dan aku harus berterima kasih pada Tuhan karena sudah mempertemukan kami. Bisa dibilang kami tidak memiliki rahasia apapun diantara kami. Atau paling tidak dia. Ya…Dia. Lee HongBin…

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet