plain (indonesian)

Description

"the news are out."

Foreword

ini oneshot pertama gue, masih jelek.
 

+

 

            Aku mengambil hoodie dan topi diatas kasur dan buru-buru memakainya. Aku berlari keluar dari dorm meninggalkan para member yang sedang berkumpul di ruang tengah dalam kebingungan.

            Hujan. Aku mengutuk dalam hati dan mulai berjalan di tengah hujan. Semua akan baik-baik saja, aku mengulang-ngulang kata itu dikepalaku berharap dengan begitu akan memperbaiki keadaanku.  Dengan basah kuyup, aku mengetuk pintu rumahnya perlahan. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya pintu itu terbuka dan aku langsung disapa oleh pelukan hangatnya.

            “masuk,” di menggenggam tanganku dan menarikku masuk ke rumahnya. Kami duduk di ruang tengah dan tenggelam dalam keheningan. Aku membuka hoodie dan topiku.

            “the news” kataku sambil nengacak rambutku yang agak basah.

            “iya, aku udah baca” soojung memainkan tangannya, gelisah. Kebiasaannya. Aku menggenggam tangannya,

            “kamu gapapa?” tanyaku hati-hati.

            “kamu?” tanyanya balik yang aku jawab dengan memeluknya dengan erat. Mungkin pertanyaan itu lebih baik sama-sama tidak kami jawab karena kami tanpa tahu dibilangpun kami sama-sama tahu jawabannya.

            Tangisannya pecah dalam keheningan. Aku berusaha untuk menenangkannya walaupun aku berusaha setengah mati untuk terlihat kuat.

            Aku membaca semuanya, cacian, makian, dan hinaan. Semua itu cukup membuatku ingin melenyapkan diri dari bumi ini. Tapi yang terpenting adalah soojungku. Terserah orang ingin bilang apa, tapi aku tidak akan pernah menyerah memilikinya, aku tidak akan menyerah akan kita berdua.

            “jongin?” aku menunduk dan melihatnya dipelukanku.

            Aku tersenyum kecil, “ya, princess?”

            “maaf, maaf semuanya jadi kayak gini” bisiknya kecil. Aku menegakkan tubuh kami dan menghapus air matanya.

            “jangan pernah minta maaf, soojung. what is so wrong of  plainly being in love? Just like everybody else” kataku lembut. Memang tidak ada yang bisa disalahkan dalam situasi seperti ini. Bukan salahku, bukan salah soojung, dan bukan salah para fansku yang memang mempunyai hak untuk marah. Aku mengerti rasanya kecewa karena orang yang kamu kagumi.

            Aku merebahkan diriku di sofa dan menaruh kepalaku diatas pahanya. Aku menutup mataku dan menghela nafas berat sedangkan soojung mulai memainkan rambutku. Kami tenggelam dalam kesunyian dan berjuta pikiran. Apa mereka masih akan  ada disisku? Atau berpaling dariku? Sesungguhnya itu yang paling aku takutkan, tapi setidaknya aku percaya, pasti masih ada orang yang mennyayangiku.

            Entah sampai berapa lama kami ada diposisi itu, tiba-tiba hpku berdering. Baekhyun.

            Aku mengambil hpku dan mengangkat telfonnya.

            “halo?”

            “jongin! lo kemana aja sih? Tadi tiba-tiba keluar dorm, gak bilang mau kemana, terus sampe sekarang belom pulang lagi, bikin panik tau gak!” omelnya kesal.

            Aku memaksakan tawa kecil, “iya, iya. Gue pulang sekarang. Dari tadi gue lagi sama soojung”

            "yaudah cepetan balik ya!”

            “iya” kataku menyudahi percakapan.

            Aku mengusap wajahku lelah, aku masih ingin bersama soojung.

            “soojung, aku pulang dulu ya? Di cariin anak-anak” aku tersenyum kepadanya dan mengusap kepalanya.

            “besok aku manggung jadi aku gabisa nemenin kamu. Kamu gapapakan sendiri?” dia hanya mengangguk kecil. Aku kembali memakai hoodie dan topiku dan beranjak berdiri dari kursi. Baru saja aku mau berjalan, soojung memegang tanganku dan memelukku. Aku membalas pelukannya sama eratnya dengan dia. Aku butuh dia sekarang, ya Tuhan. Aku berusaha untuk tidak meluapkan kesedihanku dipelukannya. Andai aku bisa melindungimu dari kejahatan mulut semua orang, soojungku.

            “jongin,” aku hanya membalas dengan gumaman tidak jelas.

            “kamu, baik-baik aja kan?” aku diam.

            “please jawab jujur” dia melanjutkan.

            “untuk sekarang, aku.. ngga tau. tapi aku bakal baik-baik aja kok, selama kamu ada” kami melepaskan pelukan dan berjalan ke arah pintu rumahnya.

            “telfon aku ya, kalo ada apa-apa” kataku padanya. Dia hanya mengangguk mengerti. Saat aku mau keluar, victoria keluar dari mobil dan menghampiri kami berdua.

            “gue udah baca. Kalian gapapa?” itu pertanyaan pertamanya.

            “gapapa kok” kata soojung.

            “noona, jagain soojung ya.” Aku memeluk soojung sekali lagi dan langsung berjalan kembali ke dorm di tengah hujan.

            +

            Soojung menyaksikan punggung jongin yang semakin menjauh dan hilang diantara hujan. Semuanya lebih berat bagi jongin daripada dia. Karena bukan dirinya yang diserang oleh fansnya jongin melainkan jongin sendiri yang diserang oleh fansnya. dan jujur, itu sedikit membuat soojung terkejut, dari awal mereka mengira bahwa yang akan kena cacian dari penggemar mereka adalah soojung. jongin juga sudah sering meminta maaf kalau nanti hubungan mereka diketahui publik, dia yang akan diserang oleh penggemarnya, tapi yang terjadi adalah sebaliknya.

            “tangisanku tadi bukan untuk memperlihatkan kesedihanku, melainkan tangisan untukmu. Karena bukan aku yang mereka serang, melainkan kamu.” Bisikku kepada sang pria dibawah hujan.

            Dan aku sekarang tahu mengapa dia sangat menyukai hujan, karena hujan akan setia untuk menangis bersamanya.

            +

            Aku membuka pintu dorm dan masuk dengan baju basah kuyup. Saat aku mau berjalan ke kamar, aku diserang oleh memberku yang sedang menungguku di ruang tengah. Lengkap semuanya.

            “jongin! lo gapapa?”

            “kok basah kuyup sih?”

            “lo kemana aja! Kok baru balik?”

            “lo beneran gapapakan?” dan beberapa pertanyaan lainnya yang tidak terdengar jelas karena mereka ngomong bersamaan.

            Aku berjalan ke arah sofa dan duduk. Diikuti para member lainnya. Lalu, semuanya hening.

            “gue.. gapapa” kataku pelan. Aku melirik mereka semua dan memaksakan senyum kecil.

            Mereka tidak bertanya apa-apa lagi melainkan mereka semua berjalan mendekatiku dan memelukku bersama. Kami semua. Bersembilan. Aku menangis kecil dalam pelukan mereka.

            +

            Aku menikmati hembusan angin dari rooftop dorm kami dibawah bintang-bintang. Sudah lewat tengah malam, yang lainnya pun sudah terlelap dikamar masing-masing. Aku menyeruput susu cokelatku.

            “gue pernah ada diposisi lo” suara baekhyun menyadarkanku dari lamunan.

            “saat lo gapercaya semua ini terjadi, saat semua orang berpaling dari lo, saat lo pengen banget menghilang dari bumi, saat lo mulai menyalahkan diri sendiri tapi gaada yang bisa disalahkan, saat lo membela diri sendiri dan lo berfikir ‘gue hanya mencintai, tapi kenapa gue disalahkan karena itu?’ gue pernah ngalamin semuanya” kata baekhyun.

            “gue pernah ngalamin prosesnya dari denial, disappointed, blaming yourself, dan defense. I’ve gone through all that process. Gue juga tau rasanya nyicipin comment semua orang yang asal ngomong, kadang gak mikir dan pedes banget, bener-bener nyakitin hati. Jadi, kalo lo mau ngomng, ngomong aja sama gue” baekhyun tersenyum kepadaku yang aku balas dengan rangkulan.

            “gue gapapa kok, hyung” aku tersenyum lebar.

            “jangan bohong sama gue, cepet ngomong” aku menyerah dan mulai melepaskan unek-unek ku.

            “malam ini banyak banget bintang yang bertebaran dengan indahnya, tapi liat deh disana ada awan, yang bisa menutupi cahaya bintang, entah itu sebagian, atau sepenuhnya. Dan dia gabisa melihat bintang lagi, lebih tepatnya berpaling dari dia. Dan dia, yang menyaksikan dari bumi gabisa apa-apa. Walaupun dia terbang dan meniup awan agar bintang itu kembali, mereka telah hilang terbawa angin bersama awan-awan itu” aku menghela nafas,

            “tapi dari bumi, dia selalu ditemani kecantikan sang senja, dan indahnya 8 burung yang menyanyi menghiasi pagi. Kalau mereka selalu ada untuk dia di setiap hari barunya, itu udah lebih dari cukup buat dia” aku tersenyum kecil kepada baekhyun.

            “gue agak bingung sih sama apa yang lo omongin. Tapi ngerti kok” dia menyengir ke arah yang ku balas dengan tawa kecil.

            Salah satu yang aku bisa lakukan untuk merasakan kehidupan normal adalah berpacaran. Merasakan apa yang mereka rasakan, merasakan bagaimana indahnya cinta, pergi ke bioskop seperti orang-orang diumurku sekarang, berpegangan tangan, merasakan apa rasanya mencintai dan dicintai, sama seperti semua orang. Walau kadang dengan pekerjaan kami yang begini, ingin melakukan apa yang orang lain lakukan terlihat salah. Salah dimata semua orang.

            What is so wrong of plainly being in love?

Comments

You must be logged in to comment
nurmasyitasr #1
iii lucu masa :(
Kyuna9 #2
Super cute! Sayang baek hyung<3 (loh)
Kocak juga ngebayangin mereka ngmg gue lo hahah