trapped

hubungan timbal balik

Hubungan Timbal Balik

morinomnom || aff:morinomnom || Park Chanyeol X Kim Sejong || oneshot || pg

 

.

.

.

.

.

Kim Sejong tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya.

Mungkin, mungkin pernah. Saat Sejong sendirian harus jadi penyanyi solo saat gebyar HUT sekolah menengahnya. Semua orang seperti memandangnya dengan sangat tajam di bawah panggung, dan kalau saja Sejong tidak ingat dia sudah menyiapkan semuanya mulai dari kostum, lagu, tema, dan pencahayaan, sampai detil-detil kecil seperti korsase yang dipakai saat naik panggung, mungkin dia sudah lari ke bawah tangga, malu dan takut.

Dan kali ini pun dia merasa seperti itu. Malu dan takut. 

Dia baru saja mengajak seorang anak kuliahan di depan kampusnya—fakultasnya—ke Starbuck untuk membicarakan hal yang bahkan tidak ada hubungannya dengan… apapun.

Oke ini ada hubungannya dengan Somi dan betapa gilanya gadis cantik itu dengan cowok yang kali ini berjalan menuju Sejong dengan santai—sumpah, bagaimana bisa seseorang kelihatan seperti model padahal dia hanya berjalan seperti biasa??—sambil membawa sebuah frappucino tall.

“Oke, ada yang bisa aku bantu Nona…?”

Sejong menelan ludah dan mengeratkan gigi. Sejong! Demi Somi! “Kim Sejong.” Ucap Sejong kemudian.

Cowok ini mengangguk, menunggu Sejong untuk memulai pembicaraan, yang mana membuat Sejong panik. Apa yang bagus untuk membuka konversasi? Tidak mungkin dia memulai proposalnya tanpa penghantar, bukan? Tanpa kalimat pembuka? Yang ada Chanyeol-ssi bisa langsung memucat dan mencapnya anak aneh. Lebih parah, Chanyeol-ssi bisa membuat kesempatan Nayong untuk berpacaran dengannya semakin kecil.

“Kamu anak SMA mana?”

Suara bass Chanyeol membuat Sejong yang bingung hendak mulai darimana membuat Sejong kembali ke kenyataan dan sadar kalau dia sudah mengabaikan Chanyeol bermenit-menit. “Eh,” Soojung kemudian menjawab pertanyaan Chanyeol. Chanyeol tersenyum simpul dan menumpu dagunya dengan tangan dan berkata, “Bukankah SMA khusus wanita itu terkenal akan gadis-gadisnya yang cantik?”

Sejong menatap Chanyeol dan tersenyum bangga. “Ya, kau benar, Chanyeol-ssi!” ucap Sejong semangat. Tidak hanya ini merupakan pemulus kata pengantar, Sejong bisa membuat Chanyeol menyukai Somi dengan mudah! “Aku punya banyak teman-teman yang sangat cantik. Mereka juga sangat berbakat. Aku sangat menyayangi kenyataan bahwa SMA kami tidak memerbolehkan siswi-siswinya menjalin cinta…” Sejong melirik Chanyeol yang tidak terlihat tertarik, hanya terlihat sopan. Sial, pikir Sejong. Dia harus melempar umpan yang lebih besar.

“Bukan berarti kami tidak melakukan hal itu, tapi, yah, diam-diam. Maksudnya, mana ada anak gadis yang belum berpacaran, benar kan?” ceracau Sejong yang mulai bingung mau mengendarai konversasi ke arah mana karena Chanyeol tak kunjung menyambut gayung. “Dan lagi banyak cowok-cowok dari SMA lain nekat datang ke tempat kami untuk menembak kami di depan sekolah, dan walaupun itu sangat romantis, tetap saja hal ini ditentang oleh guru-guru—“

“Sejong-ssi,” ucap Chanyeol memotong racauan Sejong dengan efektif. “Maafkan aku kalau aku agak kasar tapi… Kenapa kamu menceritakan ini padaku?”

Sejong berhenti dan otaknya langsung konslet. Apa? Sejong tidak pernah merasa sebegini terpojoknya. Chanyeol terlalu sulit dibaca. Bahkan setelah meminta maaf dengan sopan seperti itupun Chanyeol masih kelihatan datar. Sejong tipe cewek yang gampang bergaul, tapi jika dia terlalu nervous dan depresi, Sejong bisa sulit mencapai apa yang dia inginkan. Dan jelas, kondisinya saat ini bukanlah kondisinya yang paling prima.

Sejong tidak menjawab perkataan Chanyeol. Entahlah. Sejong tidak tahu harus berkata apa lagi. Maksudnya, orang super baik mana yang tidak akan muak, pulang kuliah dipanggil cewek tidak dikenal ke Starbuck dan membicarakan sesuatu yang tidak jelas? Bukan Sejong yang jelas. Jadi Sejong tidak tahu harus mengatakan apa ketika dia berkata dengan ragu-ragu, “Bisakah kau berpacaran dengan temanku?”

Hening.

Sunyi.

“Berpacaran dengan temanmu.” Chanyeol mengulang perkataan Sejong. Sejong merasa bodoh.

“Pasti kedengaran bodoh,” ucap Sejong berusaha optimis.

“Memang kedengaran bodoh.” Jawab Chanyeol dan membuat optimisme Sejong jatuh.

“Aku belum selesai bicara.” Sejong mendelik takut-takut ke arah Chanyeol. “Yang aku maksudkan adalah…. Temanku sangat menyukaimu. Chanyeol-ssi pernah mengajarinya saat jadi tutor di suatu kursus.”

Awalnya Somi adalah salah satu siswi biasa saja yang Sejong anggap salah satu sahabat. Somi dan Sejong adalah pasangan emas di sekolah mereka dan digadang-gadang menjadi presiden dan wakil presiden sekolah saat mereka naik kelas nanti. Sampai Somi berkata bahwa dia menyukai seorang pria yang lebih tua dari fakultas terkenal di Seoul dan mengajar di tempat Somi les. Sejong tentu saja akan mendukung keinginan Somi karena Sejong tahu kisah cinta adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari hidup gadis muda. Langkah yang Somi akan ambillah yang membuat Sejong menolak mentah-mentah keinginan Somi.

“Aku tidak peduli.” Ucap Somi tegas. “Kalau misalnya mereka mencoba menahanku, aku akan melakukan perubahan drastis.”

Sejong tidak tahu apa yang Somi maksudkan, namun ketika Somi melihat piringan DVD burn yang setelah Somi cek merupakan isi paper dana tunai yang digelapkan oleh sekolah mereka, Sejong segera memeringatkan Somi bahwa apapun yang Somi akan lakukan merupakan suatu hal yang berbahaya. Darimana Somi mendapatkan hal itu? Itu kan properti sekolah, pasti dijaga ketat! Somi tidak bercerita apa-apa dan tetap bersikeras akan membocorkan isi DVD jika sekolah mereka masih mengadakan aturan gila tersebut. Somi sedang memulai petisi menolak peraturan tersebut dan bahkan merencanakan kudeta. Somi adalah figur yang sangat terkenal di sekolah mereka, tentu saja mereka akan memiliki banyak pendukung…

“Lalu maksudmu apa dengan menyuruhku berpacaran dengannya?” tanya Chanyeol.

Sejong merasa Chanyeol tersinggung. “Maksudku…” Sejong menghela napas. “Ah… Somi itu keras kepala. Aku… aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Aku dan dia adalah anggota Student Council dan hal ini akan jadi hal yang bermasalah jika ketahuan. Tapi dengan diterimanya Somi menjadi pacarmu, aku hanya berharap dia akan melembut dan melupakan hal ini. Ah. Benar! Aku hanya membutuhkanmu untuk jadi pengalih perhatian!” Sejong berkata dengan semangat sebelum sadar kalau omongannya keterlaluan. Apa-apaan itu tadi!? Sejong berkata seolah-olah Chanyeol adalah segulung daging bakar diumpankan ke kucing liar.

Chanyeol terlihat tidak senang. Dia menyeruput kopinya tanpa memandang Sejong, dan hal itu membuat Sejong semakin merasa kecil. Mungkin ini bukanlah hal yang bagus. Tidak, ini bukanlah hal yang bagus. Ini rencana yang buruk!!

Lalu apalagi yang harus kulakukan!? Sejong hampir menangis. Sebentar lagi pemilihan ketua Student Council dan dia dan Somi adalah salah satu kandidat terkuat yang ada. Jika ketahuan Somi membocorkan rahasia sekolah seperti itu, jelas sekali mereka akan kehilangan pendukung. Lebih baik ketahuan punya pacar dibandingkan ketahuan membocorkan rahasia sekolah ke publik. Lebih romantis. Punya pacar lebih baik karena itu menguatkan tali persaudaraan antara siswi-siswi di SMA khusus wanita mereka. Pendukung Somi -Sejong akan merasa semakin relatable  kepada mereka dan bahkan mencoba merahasiakan hal itu dengan kuat, bahkan tidak satu titik pun gosip akan terdengar ke ruang guru. Sejong sudah memohon pada Somi, memeringatkan Somi berkali-kali, marah pada Somi, menangis lagi, dan bahkan hampir mencuri DVD tersebut. Tak ada yang berhasil.

Pemilu ini sangat berarti untuk Sejong.

Sejong tidak boleh melepaskan kesempatan ini!

“Hei, jangan nangis.” Chanyeol berkata, tangannya menyentuh tangan Sejong. Sejong menatap mata Chanyeol yang sedikit teduh dan kaget. Melihat itu Sejong semakin deras tangisnya. Rasanya seperti melihat dan mendapatkan suport dari seorang kakak yang Sejong tidak pernah punya. “Maa-fkan aku,” isak Sejong tertahan. “Se-semuanya sangat membuat s-stres… mencetak foto untuk pemilihan… pencitraan… ekspektasi… se-semuanya begitu sulit.” Sejong tidak tahu apa yang dia lakukan, menangis di depan Chanyeol begini. Dia begitu desperate. “Aku hanya… hanya…”

Hening untuk sementara sebelum Sejong merasa Chanyeol berdiri menuju ke wastafel, mencuci sesuatu dan kembali lagi, memberikan sebuahsaputangan maskulin berwarna navy basah.

“saputanganku ketumpahan kolonye,” ucap Chanyeol lembut. “Jadi aku cuci dulu. Usap matamu dengan ini, aku yakin sudah tidak ada alkohol didalamnya.”

Sejong menerima saputangan tersebut tanpa ragu-ragu. Wajahnya pasti kelihatan sangat parah sekali. “Maafkan aku,” ucap Sejong. “Aku pasti terdengar seperti seorang anak bodoh… aku tidak akan mengganggu Chanyeol-ssi lagi, aku janji…” Sejong menunduk menyesal. Ide ini memang bodoh. Sejong terlalu pusing untuk melakukan semuanya lagi. Stres dari sekolah dan rumah menumpuk jadi satu.

“Siapa bilang aku tidak setuju melakukan ini?” tanya Chanyeol kemudian, membuat Sejong kaget bukan kepalang. Mata Sejong kembali penuh dengan cahaya semangat. “Benarkah? Chanyeol-ssi benar-benar akan melakukan ini!?” tanya Sejong berusaha mengonfirmasi. Chanyeol mengangguk. “Kau kelihatan begitu bingung.” Ucap Chanyeol sambil tersenyum kecil. “Lagipula aku sekarang sudah selesai UAS, dan aku pasti tidak akan terlalu sibuk lagi. Cukup waktu untuk bermain pacar-pacaran.”

Sejong mengulum senyum semangatnya namun senyumnya jatuh ketika Chanyeol berkata, “Jadi, apa yang kudapat dari hal ini?”

“Eh…”

Chanyeol tersenyum dewasa. Sial, ganteng banget, batin Sejong sebal. “Eh? Jadi maksudmu aku ikut dalam sandiwara ini dengan gratis? Hmm… bukankah itu tidak sopan namanya? Aku pun punya lebih banyak sopan santun dibandingkan ini. Bahkan pipis saja bayar sekarang, Nona Sejong.”

Sejong menelan ludah. Tentu saja. Chanyeol pasti akan meminta bayaran. Sejong terlalu naif. “Ah, aku, aku tidak punya banyak uang,” ujar Sejong memandang dompetnya sengsara ketika suara tawa tertahan Chanyeol terdengar lagi. Sejong memandang Chanyeol sedikit sebal. Kenapa pria ini tertawa?! “Aku tidak sejahat dan semiskin itu memeras anak bocah sepertimu.” Sejong sebal, usia mereka hanya terpaut empat tahun! Namun Sejong tetap menghela napas dengan tenang. Paling tidak dia tidak perlu mengeluarkan uang! Untuk hal lain, Sejong yakin dia bisa melakukannya.

“Kalau begitu apa yang harus kulakukan?” tanya Sejong dengan wajah bersungguh-sungguh. Dia benar-benar harus melakukan ini. Demi pemilu!

 “Bayar…” Chanyeol menyeringai. “Dengan tubuhmu.”

Sejong mengerjap sebelum mengulang dengan lebih pelan. “Apa?”

“Bayar dengan tubuhmu.” Ucap Chanyeol santai. Sejong tidak dapat berkata apa-apa namun ketika jemari panjang dan besar milik Chanyeol mendekati wajahnya dan bermain dengan rambutnya, Sejong merinding dan mundur teratur. Membuat Chanyeol menggigit bibir gemas. “Ke-ke-ke-kenapa harus begitu?”Sejong sangat menolak pelecehan seksual! Sejong benci orang yang tidak bisa menahan hawa nafsunya. Dan sekarang Sejong malah meminta tolong langsung kepada orang seperti itu!? Hampir saja Sejong pergi dari situ ketika Chanyeol terkekeh tertahan dan menyorongkan sesuatu.

“Datang kesini, besok.” Chanyeol mengetuk sebuah brosur dari saku bajunya. Sejong melihat brosur tersebut… sebuah restoran? “Bayar dengan tubuhmu itu, maksudnya bayar dengan bekerja disini.” Chanyeol menjelaskan. “Ini restoran milik pamanku. Kami kekurangan waitress dan aku kira kamu adalah gadis yang cocok.”

Sejong memandang brosur tersebut dengan ragu. Dia sangat lega Chanyeol tidak melakukan hal yang Sejong pikir akan Chanyeol lakukan. Namun… Sejong tidak tahu apakah hal ini akan berakhir baik atau tidak. Sejong memiliki orang tua yang ketat dan aturan rumah yang luar biasa konservatif. Membiarkan anak gadisnya pulang malam karena bekerja dan bukannya les? Itu jelas hal yang tidak dapat dibiarkan.

“Takut tidak diperbolehkan orang tua?” Chanyeol bertanya, seakan membaca ekspresi wajah Sejong. “Tenang saja. Aku yang akan datang meminta izin pada ayah dan ibumu.”

Sejong mengerutkan dahi. “Tentu Chanyeol-ssi tidak perlu melakukan hal itu,” tolak Sejong. “Aku yang akan bilang pada ayah dan ibu. Aku akan datang ke restoran, besok.”

Chanyeol kelihatan puas untuk beberapa milisekon sebelum wajahnya kembali natural. “Jadi kita sepakat?” Sejong mengangguk mantap. “Kalau begitu, bisa kita buat pakta perjanjiannya?” tanya Chanyeol. Sejong mengangguk. Chanyeol melihat kertas yang sudah diketik rapih dari dalam tas Sejong dengan penuh penghargaan. “Kau tahu, aku hanya bercanda soal pakta perjanjian. Kau ternyata lebih pintar dari dugaanku.” Ucap Chanyeol pada Sejong. Sejong hanya mengulum senyum bangga, pipinya merah. Pakta Perjanjian ini hanya sebagai formalitas bahwa mereka sudah melakukan perjanjian. Sejong mengetiknya karena dia kira ini akan dibutuhkan, dan ternyata benar dibutuhkan!

Tanda tangan dibubuhkan oleh kedua belah pihak dan Sejong segera menyimpan pakta tersebut dalam map. Chanyeol tersenyum geli melihat betapa resminya Sejong. Chanyeol merasa bahwa mereka hanya bermain-main saja namun melihat wajah serius Sejong, rasanya Chanyeol ingin menggoda gadis ini.

“Restoran ini akan senang mendapatkan gadis cantik sepertimu.” Chanyeol tersenyum dan mengusap kepala Sejong dengan lembut, membuat Sejong sedikit baper. “Kalau ada apa-apa hubungi saja nomor restoran itu. Aku duluan, oke? Masih ada kuliah.” Dan dengan itu Chanyeol berlalu dari luar Starbuck, membuat Sejong sendirian dan puas. “Yes!” Sejong meninju udara dan memeluk tas berisi pakta tersebut kuat-kuat. Dengan begini paling tidak Sejong bisa menahan Somi untuk tidak berbuat bodoh.

Sejong melihat iphone dan kaget. Beberapa menit lagi dia harus masuk les! Sejong cepat-cepat berdiri menuju tempat lesnya.

.

.

.

.

.

.

Sementara itu Chanyeol tersenyum ketika iphone-nya berdering, caller id-nya bertuliskan Canada Girl. Dia menerimanya dan berkata tanpa banyak cing cong, “Operasimu berhasil.”

“Benarkan? Sejong sangat manis karena dia bergerak seperti yang aku mau.” Tawa riang terdengar dari ujung sana.

“Kau sebenarnya tidak perlu repot-repot membantuku seperti ini. Kau harus lihat wajahnya ketika aku bilang aku ingin tubuhnya, Somi.” Kekeh Chanyeol. “Sangat memesona.”

Hei! Bagaimanapun dia masih sahabatku. Jangan sentuh dia seenaknya, dasar oppa bodoh!” maki Somi dari ujung sana.

“Terserah. Yang penting mulai besok aku mulai bisa pedekate ke Sejong. Dia benar-benar manis.” Chanyeol memandang gadis dengan setelah seragam pink yang familiar. Chanyeol tersenyum kecil. “Jadi apa yang harus kulakukan untuk membayar jasamu, Nona Somi?”

Gampang aja.” Ucap Somi riang. “Kenalin aku sama Vernon hoobae di klub memanahmu. Dia tampan sekali!”

Chanyeol memutar bola mata. Dasar. Cinta dibayar cinta, huh?

.

.

.

.

.

.

.

HAHAHA mungkin aku bakal bikin fanfic ini chaptered. MUNGKIN.
Bcos Sejong is just too lovely~
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet