One Day Full of Her

My Lovely Wife
Sepanjang hari dihabiskan Ryeowook untuk menemani Yoona mengelilingi pusat perbelanjaan dari satu toko ke toko lainnya. 
Kedua tangan Ryeowook sibuk membawa berkantung kantung tas kertas bermerk sementara lengannya tak lepas dari pelukan erat Yoona.
 
Satu hal yang Ryeowook sadari, sejak Yoona mengandung anak pertama mereka dari 3 bulan lalu, yeoja itu menjadi sangat manja dan lebih sensitif. Seperti saat ini, Yoona tidak akan melepaskan lengan Ryeowook kecuali jika Ia menemukan suatu barang yang menarik perhatiannya, maka Ia akan segera menghampiri benda itu dan mulai memilih.
 
"Oppa, coba lihat ini" Yoona mengambil sebuah pakaian yang dipajang di suatu toko.
 
"Eotte, Oppa? Cocok?" Ryeowook memandangi Yoona yang sedang mencoba pakaian berwarna cerah itu kemudian menggeleng.
 
"Ani, bagian perutnya sempit. Tidak akan bisa digunakan karna perutmu akan semakin membesar" 
 
Yoona mengerucutkan bibirnya kemudian kembali menaruh pakaian itu lalu mengambil sebuah celana panjang tipis.
 
"Oppa Oppa, ini bagaimana?" Yoona menunjukkan celana legging tersebut namun Ryeowook kembali menggeleng.
 
"Tipis sekali. Mau kau pakai untuk apa?" 
 
"Untuk di rumah kan tidak apa-apa" Yoona menatap Ryeowook dengan memelas.
 
"Warnanya bagus, Oppaaa...."
 
"Itu kan celana sempit. Tidak baik untuk wanita hamil" 
 
"Aniyo Oppa, banyak sekali ibu hamil yang menggunakan legging untuk senam" Yoona berusaha membela diri.
 
"Memangnya kau mau senam?" 
 
"Ne!" Jawab yeoja itu semangat, namun sekali lagi suami nya menggeleng.
 
"Sirheo. Kau tidak boleh kelelahan, harus banyak istirahat di rumah" 
 
Yoona menggembungkan pipinya, kali ini benar-benar kesal. Kemudian ia menaruh kembali celana itu lalu berjalan keluar toko mendahului Ryeowook.
 
"Aish, aku hanya mengkhawatirkanmu. Aku tidak mau ada sesuatu yang buruk jika kau tidak menjaga diri" Ryeowook mempercepat langkahnya agar Ia dapat mensejajari langkah kaki Yoona.
 
"Oppa menyebalkan." Yoona terus berjalan tanpa mempedulikan namja yang berusaha mengejarnya itu tampak kerepotan membawa banyak barang ditangan.
 
"Arasseo, kau boleh membelinya." ujar Ryeowook akhirnya, memutuskan untuk mengalah.
 
Yoona segera memutar tubuhnya menghadap Ryeowook,
"Jeongmal??" 
 
Wajah yeoja itu terlihat sumringah saat Ryeowook menganggukkan kepalanya. Ia segera memeluk lengan Ryeowook dan menarik namja itu kembali ke toko tadi.
 
"Hajiman, kau harus menjaga diri. Jangan sampai kelelahan. Oppa tidak mau hal yang buruk terjadi pada kalian" 
 
Yoona mengangguk semangat sembari memasuki toko dan mengambil celana idamannya dan hendak berjalan ke kasir namun langkahnya terhenti saat melihat sebuah dress berwarna merah muda yang terlihat manis. Ia mengambil dress itu lalu menatap penuh harap pada Ryeowook yang berdiri disampingnya.
 
"Ne, ambillah" ujar namja itu kemudian menghela napasnya.
 
"Gomawo Oppaa" Yoona kembali memeluk lengan Ryeowook, membawa namja itu ke kasir. 
 
Seusai membayar semuanya, Ryeowook memeriksa dompetnya yang terlihat sangat tipis, berbeda dengan pagi tadi sebelum ia dan Yoona pergi.
 
"Oppa, aku ingin sepatu..." celetuk yeoja yang sedang sibuk memakan es krim cone di tangannya itu.
 
"Jagiya, hari ini kita sudah membeli 3 pasang sepatu.." Ryeowook memperlihatkan 3 kantung belanjaan dari sekian banyaknya kantung yang Ia bawa.
 
Yoona menatapnya kemudian mengangguk,
"Ah ne, aku lupa." 
 
Hening. Yoona masih sibuk menikmati es krim sementara semangkuk es krim coklat sudah tandas di tangan Ryeowook.
 
"Ah!" seru Yoona tiba-tiba, membuat Ryeowook terhentak kaget.
 
"Wae? Ada yang tertinggal?"
 
Yoona menggeleng lalu tersenyum,
"Aku ingin sepatu ice skating"
 
"Mwo?!" Kali ini Ryeowook benar-benar terkejut, tidak mempercayai apa yang dikatakan Yoona. 
 
"Yoona-ya, untuk apa? Ani, tidak boleh." Ryeowook menaruh mangkuk es krim nya di atas meja, kemudian melipat tangannya.
 
"Oppaaa..... Aku hanya ingin.. Beberapa hari lalu temanku membeli sepatu ice skating dan cantik sekaliii.... Aku ingin yang seperti itu, Oppaaaa" Yoona memegang tangan Ryeowook, berusaha membujuk namja itu.
 
"Untuk apa? Kau hanya ingin karena temanmu memilikinya, ne. Lagipula kau tidak mungkin menggunakannya saat ini. Jebal Yoona-ya, jangan aneh-aneh. Aku bisa gila karena mengkhawatirkanmu" Ryeowook menatap Yoona dengan lurus, mencoba untuk sedikit tegas walau hatinya tidak tega melihat tatapan Yoona yang memelas.
 
Yoona terdiam. Ia melepaskan tangannya dari tangan Ryeowook kemudian menghabiskan es krim nya. Sementara Ryeowook memutuskan untuk berkutat dengan telepon genggamnya.
 
Sunyi.
 
2 menit kemudian.
 
Masih sunyi.
 
Dengan heran, Ryeowook mengalihkan pandangannya dari layar handphone dan menatap Yoona.
 
"Yoong...?"
 
Dan Ryeowook kembali terkejut saat ia menyadari bahwa Yoona menangis dalam diam, dengan kepala yang tertunduk. Es krim nya sudah habis sejak tadi, dan kini Yoona hanya menundukkan kepalanya dan menggenggam jari-jarinya. 
 
"Y-Yoona.... mianhae...." 
 
Ryeowook segera bangkit dari kursinya dan duduk disamping Yoona, memeluk yeoja itu.
 
"Mianhae, mianhae karena aku terlalu kasar.. Mianhae Yoong, uljima...." 
 
Ryeowook mendekap Yoona dengan erat, kemudian mengusap lembut rambut yeoja itu untuk membuatnya tenang. 
 
"Mianhae... Ini salah Oppa, seharusnya Oppa sadar bahwa kau seperti ini karena aegi kita. Jeongmal mianhae, Yoong.. Aish... Babo" ujar Ryeowook yang diikuti dengan gumaman kesal pada dirinya sendiri.
 
Ia merenggangkan pelukannya kemudian memandang wajah yeoja itu, menangkup pipi nya dan mengusap air mata yang masih mengalir dari sudut mata nya.
 
"Aku tidak akan memarahimu lagi. Jeongmal. Oppa tidak akan membuatmu menangis lagi. Yaksok" 
 
Dengan ragu, Yoona menatap Ryeowook dan mulai membuka mulutnya.
"Aku tidak akan meminta apapun lagi pada Oppa" 
 
Mendengar itu membuat Ryeowook semakin dihujani rasa bersalah yang amat dalam. Ia menggeleng cepat dan memegang kedua bahu Yoona.
 
"Ani. Kau tidak bisa seperti itu. Apa yang kau butuhkan, akan Oppa berikan. Oppa melarangmu karena khawatir padamu, bukan karena Oppa tidak ingin membelikanmu. Jebal, Oppa hanya khawatir padamu. Pada aegi kita." 
 
Ryeowook menatap manik mata yeoja itu dengan intens, membuat Yoona menundukkan kepalanya lagi.
 
"Jika kau berjanji untuk menjaga diri dan tidak melakukan hal yang berbahaya bagi kalian berdua, Oppa tidak akan ragu untuk memberikan apapun yang kau inginkan"
 
Ryeowook menghela napasnya sejenak, kemudian ia melihat Yoona mengulurkan jari kelingking kanannya.
 
"Yaksok?" 
 
Ryeowook menatap Yoona dan terdiam, kemudian Ia mengangguk.
 
"Ne, yaksokhaeyo"
 
Kemudian kedua jari mereka bertautan dan Yoona tersenyum,
 
"Mianhae, Oppa. Aku terlalu kekanakkan. Aku juga berjanji akan menjaga diriku dan dia" 
 
Ryeowook menggenggam erat tangan Yoona dan tersenyum,
"Arasseo, Oppa mulai mengerti semua sifatmu ini karena dia" 
 
Yoona tersenyum malu dan menunduk, memandangi perutnya yang belum terlalu membesar.
 
"Kajja, kau mau kemana lagi?" tanya Ryeowook sembari mengambil kantung-kantung belanjaan yang tadi ia letakkan di meja.
 
"Oppa, aku mau pizza..." ujar Yoona pelan, membuat Ryeowook termenung sejenak, namun sedetik kemudian Ia tertawa dan mengacak rambut Yoona dengan sayang.
 
"Arasseo, sepertinya ia akan menjadi shikshin seperti eommanya ne?" 
 
Yoona bangkit berdiri dari kursinya dan mencubit pinggang Ryeowook dengan wajah memerah malu. 
Suara namja itu memang tidak bisa dikontrol jika sedang membully dirinya.
 
Ryeowook masih tertawa bahkan semakin tertawa saat Yoona menggigit tangannya.
Mereka pun berjalan keluar dari restoran es krim itu dengan diiringi tatapan dari pengunjung lain yang tampak keheranan melihat pasangan itu.
 
/skip/
 
Jam menunjukkan pukul 8 malam dan Ryeowook masih menemani Yoona berbelanja. 
Kali ini Ryeowook terduduk di sebuah cafe, memperhatikan yeoja dihadapannya yang sedang asyik menikmati satu lusin donat.
 
Sesekali Ryeowook meneguk latte nya, kemudian tersenyum setiap yeoja itu mengambil donat yang lain di dalam kotak.
 
Sejenak, yeoja itu mengangkat kepalanya dan menatap Ryeowook,
"Oppa tidak mau?" 
 
Dengan cepat Ryeowook menggeleng.
"Ani. Oppa mual melihatnya. Habiskanlah"
 
Sejujurnya, disamping rasa mual, Ia memang sedang tidak ingin makan saat itu. 
 
"Mwo? Oppa sakit?" Yoona hendak mengulurkan tangannya untuk memeriksa suhu tubuh Ryeowook namun namja itu menggeleng.
 
"Aniyo. Oppa hanya tiba-tiba merasa mual" 
 
Yoona menatap namja nya dengan tatapan menyelidik, membuat Ryeowook bergidik ngeri.
 
"Jeongmal. Nan gwaenchana"
 
"Oppa tidak bohong kan?"
 
"Aniyo, untuk apa berbohong" 
 
Yoona terdiam sejenak, namun kemudian ia tersenyum lebar.
 
"Ah ne, aku percaya" 
 
Ryeowook tersenyum lega kemudian ia kembali menikmati latte nya sembari memandangi pemandangan indah yang berada tepat dihadapannya itu. 
 
Sekitar pukul 8.30 , keduanya memutuskan untuk segera pulang setelah sebelumnya mereka membeli beberapa bungkus ramyeon instant.
 
Yoona memasuki mobil dan Ryeowook menutup pintunya kemudian Ia segera masuk melalui pintu pengemudi.
 
"Yoong" ujar Ryeowook sembari menyalakan mesin mobil.
 
"Ne?" Yoona menoleh pada Ryeowook sejenak kemudian meneguk sebotol air mineral yang Ia bawa dari rumah. 
 
"Apa kau kenyang?" Ryeowook tersenyum pada yeoja itu kemudian mengalihkan pandangannya ke depan dan mulai menyetir.
 
Yoona menutup botol minumnya lalu mengangguk.
"Ne... Sangat kenyang.. Aegi bilang Ia juga sudah sangat kenyang" 
 
"Ia berkata begitu? Hahaha aigoo~"
 
"Ne, tapi Aegi bilang ia masih ingin ramyeon" kata Yoona polos.
 
Ryeowook tertawa semakin keras. Ia tidak bisa membayangkan apa jadinya memiliki istri dan anak yang sangat suka makan. 
Sepertinya Ia harus bekerja lebih keras untuk menghidupi mereka.
 
"Ah, Yoona-ya. Setelah ini, hingga akhir bulan, kita makan nasi pakai garam saja, ne?" ujar Ryeowook setelah Ia berhenti tertawa.
 
Yoona tampak tidak mengerti dengan perkataan Ryeowook. Ia berpikir sejenak namun tibatiba Ia menyadari maksud namja itu.
 
"Aish, mwoya Oppa? Kau meledekku?" Yoona hendak mencubit pinggang Ryeowook namun namja itu segera mencegahnya.
 
"Aku sedang menyetir Yoong hahahaha"
 
Yoona mengurungkan niatnya dan bergumam pelan,
"Arasseo. Setelah ini pinggangmu akan biru-biru, Oppa" 
 
"Ne? Oppa tidak dengar" canda Ryeowook sembari menangkupkan satu tangan di samping telinganya.
 
"Aniyo, aku tidak bicara apa-apa" jawab Yoona lalu melipat kedua tangannya dan memejamkan mata.
 
Ryeowook tertawa saat melihat yeoja itu memejamkan matanya. Ketika lampu berwarna merah, Ia menghentikan mobilnya lalu menoleh pada Yoona.
 
"Tidurlah. Kau pasti lelah" ujarnya sembari menyelimuti tubuh Yoona dengan selimut wol yang selalu Ia bawa di dalam mobil.
 
Tidak ada jawaban. 
 
Ryeowook kembali tersenyum saat Ia mendengar dengkuran kecil yang lembut. Punggung tangan kanannya mengusap-usap pipi hangat Yoona.
 
"Naui princess... Jaljayo"
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
trirohayati #1
Chapter 3: Seri my lovely wife nya masih lanjut kan
Satu yg kurang koq gk da kiss na
Padahal kan udah sweat banget
Bayangin guest yg lain
Udh psti cemburu nih ma nih couple
trirohayati #2
Chapter 1: Aigooo Yoona et
Manis banget ff nya hiiiiii
Makasih udah update ffnya
Ditunggu ff yoonwook yg lain
trirohayati #3
When this ff update?
Wooksica
#4
Update! I cant wait to read this yoonwook fanfic!
trirohayati #5
I still wait update pleas
trirohayati #6
Update soon please, i realy love yoonwook