mayday

turbulance (in my heart)

Turbulance (In My Heart)

Jongin X Soojung || morinomnom ||  fluff ||

.

from this prompt : I hate flying but your snarky announcements are good distraction and you have a nice voice and I might be calling you Captain Cutie in my head AU ||

.

Made this karena ini imut banget! Buat seseorang yang nggak suka naik pesawat (tapi selalu harus naik pesawat, hiks, derita anak rantau) kayak gue ini relatable :”””””

.

.

.

.

Jelas, kalau disuruh pilih terbang atau merangkak, kamu bakal lebih memilih merangkak. Di Bumi atau di Langit, jelas kamu tahu mana yang bakal kamu pilih; Bumi. Hanya saja, penerbangan menuju Tokyo malam ini tidak memungkinkanmu untuk menaiki kapal laut (yang kamu benci juga) jadi yang kamu bisa lakukan, setelah membayar air tax dengan hati kebat-kebit, adalah menunggu dengan tidak tenang pesawat yang sedang delay.

Ketika nomor pesawatmu diumumkan melewati mikrofon, kamu merasa jantungmu semakin berdenyut kencang. Tenggorokanmu terasa kering. Kamu bahkan bertanya kepada petugas apakah benar pesawat Jakarta-Tokyo tidak didelay lagi. Rasanya kamu rela menginap semalaman demi tidak menaiki pesawat. Atau malah lebih baik, tiba-tiba kamu tidak perlu memenuhi panggilan dosen TA-mu yang menyebalkan.

Angin malam menerpa wajahmu dan tubuh pesawat yang begitu besar terasa mengintimidasi—kamu membenci naik pesawat. Karena saat kamu kecil dulu, kamu mengalami turbulensi yang begitu berat sehingga kamu sempat pingsan satu jam dan bangun di pelukan ibumu yang menghela napas dengan panik. Kamu segera mengencangkan tas selempang dan berjalan penuh tekad.

Penumpang yang ada sangatlah sedikit—kamu sendiri entah harus merasa senang atau sedih. Kamu lebih baik berada di tengah keramaian dibandingkan sendirian seperti ini. Beruntung kamu orang yang cukup tenang jika ada buku, dan ada tiga puluh e-book yang bisa kamu baca saat ini juga di pad mu, dan itu bagus.

Setengah jam menghabiskan waktu, kamu sadar sudah waktunya untuk lepas landas. Dadamu berdesir ketakutan ketika pesawat berjalan dengan pelan, berputar empat puluh lima derajat menuju plang landas. Pramugari berok mini sudah siap di masing-masing pos ketika suara berat nan seksi terdengar ngebass dari announcer.

Tuan-tuan dan Nyonya-Nyonya, saya Kim Jongin, Kapten yang sedang berbicara dan selamat datang serta terima kasih karena sudah memakai jasa Ocean Airline.” Suara kapten tersebut mendengung dengan nada bariton dan kamu merasa terperangkap oleh suara itu.  “Lama waktu Bandara setempat ke Bandara Narita adalah 9 jam 22 menit waktu setempat. Kepada para penumpang, diharapkan untuk melihat ke arah monitor televisi karena kami akan menayangkan demonstrasi keselamatan.”

Semua prosedur ini membuatmu begitu tegang…

“…Selamat datang di Ocean Airline Flight ke Tokyo, Untuk mengoperasikan sabuk pengaman, masukan metal tab ke dalam buckle, dan tarik kencang. Cara kerjanya sama kok dengan sabuk pengaman biasa, dan jika anda tidak mengetahui bagaimana cara memakai sabuk pengaman, maka anda tidak seharusnya berada di tempat publik tanpa supervisi.” Suara kapten yang berat tersebut penuh dengan humor, dan beberapa penumpang berpandangan heran dengan prosedur demo yang tidak biasa ini. “Ketika terjadi penurunan tekanan, masker oksigen akan turun secara otomatis dari dek atas anda. Jangan panik, itu akan membuang oksigen anda dengan cepat, ambil masker dan segera pakai. Jika anda bersama dengan anak kecil, pakaikan masker tersebut sebelum anda memakai milik anda. Jika anda memiliki dua anak kecil… yah, putuskanlah mana yang lebih anda cintai.”

Tawa kecil tersebar dalam pesawat. Kamu ikut tertawa kecil dan segera memakai sabuk pengaman.

Kamu tidak sadar, bahwa tanganmu yang tadinya gemetaran, bahkan kehilangan keringat dinginnya sekarang.

..

.

.

.

Sekarang hampir tengah malam, dan kamu merasa sangat tidak nyaman sekali. Kamu ingin tidur, namun kamu benar-benar takut untuk memejamkan mata… rasanya kamu masih belum bisa untuk percaya sepenuhnya kepada pilot yang bersangkutan. Siapa tadi namanya… ah.. sudahlah, kamu lupa. Yang pasti suaranya bisa mengalahkan tiga ratus cowok seksi berotot sekalipun. Mungkin kamu bisa diam-diam memanggilnya Kapten Keren dalam hati. Ya. KK. Kapten Keren.

Akhirnya dengan mata terpejam, kamu mencoba untuk tidur—e-book yang sengaja kamu beli sudah ludes kamu baca, snack sudah habis kamu telan, dan sepertinya sudah semua pelajaran kamu ingat berulang-ulang melewati kepalamu. Yang bisa kamu lakukan sekarang adalah tidur…

Tapi kamu tidak mau tidur.

“Ada masalah, Nona?”

Kamu melihat kesamping dan seorang pria tinggi dengan wajah super charming tersenyum padamu. (Dan ya ampun, ya ampun, lesung pipinya.) Dia memakai suit a la pilot dan pembawaan yang begitu berwibawa, namun sinar matanya begitu jenaka dan memesona…

“Anu. Ah. Aku tidak bisa tidur.” Ucapmu dengan bodohnya.

Malah curhat…

Kapten Keren yang tidak salah lagi ternyata memang seseksi dan sekeren suaranya tersenyum lebih lebar. “Mungkin anda terlalu banyak minum kopi.”

Kamu melirik ke samping. Tiga gelas bekas kopi hangat yang kamu pesan kepada pramugari sepertinya membuktikan bahwa perkataan Kapten Keren itu benar.

“Atau mungkin ada hal lain?” tanyanya. Ini disebut costumer service, pikirmu. Kamu tidak ingin kegeeran ditanya-tanyai cowok ganteng begini. “Saya dengan senang hati membantu jika ada masalah.”

“Masalahnya… saya sebenarnya takut terbang.” Aku dirimu, merasa bodoh dalam waktu tiga detik. “Ah, lupakan saja. Saya hanya sedikit nervous… maafkan saya karena sudah merepotkan anda.” Ucapmu sambil menghela napas. Berpikir mungkin satu tablet aspirin akan membuatmu lebih nyaman. Atau mungkin reserpin. Entahlah. Antipsikotik terdengar bagus sekarang.

“Anda tidak sedang memikirkan untuk minum obat, kan?” tanya sang Pilot Ganteng. Kamu menggeleng sedikit ragu. Pilot tersebut tertawa sebelum akhirnya dia berkata, “Siapa nama anda?”

Kamu menjawab dengan memakai nama koreamu, karena kamu tidak tahu untuk apa dia gunakan informasi ini.

Dia tersenyum (ganteng) dan berkata, “Nona, terima kasih karena sudah menggunakan jasa kami… dan percayalah, di akhir waktu anda tidak akan takut lagi dengan pesawat.”

Dan dengan itu dia segera pergi mengecek penumpang lain.

Dan kamu berharap untuk bisa percaya dengan omongannya.

.

.

.

.

.

Penumpang yang terhormat, lima belas menit lagi kita akan segera sampai di Bandara Narita, diharap untuk tidak membuka sabuk pengaman dan menyalakan handphone sampai [esawat mendarat dengan selamat di landasan… terima kasih kepada para penumpang karena sudah mempercayakan Ocean Airlines Flight sebagai jasa penerbang anda kali ini.” Suara bariton itu membangunkanmu dari tidur ayammu. Kamu sibuk mencari jam. Sudah sembilan jam lebih.

Kamu meregangkan tubuh. Sesampainya di Tokyo, kamu harus segera menuju apartemenmu, beres-beres sedikit karena sudah jelas apartemen itu berdebu karena sudah ditinggal liburan selama sebulan, mengganti air galon, mencuci gorden dan menyemprotkan pewangi ruangan ke dalam ruangan… kamu malas memasak karena itu malam ini kamu akan pesan pizza saja… ibumu akan berkoar-koar karena kemalasanmu, tapi besok kamu harus bangun pagi demi mendaftar kartu mahasiswa…

… dan untuk satu penumpang yang berinisial JSJ, diharap untuk segera tidur dan tidak mengambil premedikasi lebih jauh karena beliau tak seharusnya meminum obat banyak-banyak… dan itulah pesan terakhir saya sebagai kapten anda. Terima kasih karena sudah memakai jasa Ocean Airlines Flight, hati-hati membawa barang bawaan anda, dan percayalah ketika saya bilang tidak ada yang lebih menyukai anda dan uang anda dibanding Ocean Airlines Flight. Ada uang, ada barang. Anda bayar, kami berlayar. Selamat malam.” Dan penutupan yang unik itu membuat beberapa penumpang yang kelihatan bete tersenyum kecil, beberapa tertawa.

Sementara kamu?

Matamu terbuka lebar. JSJ… Jung Soojung, kan?... dan tadi dia bilang… obat?

Wajahmu memerah. Baru pertama kali diperingati oleh cowok secara privat, dan wajahmu memerah. Kamu memang perawan sampai inti.

Akhirnya dengan perasaan damai dan hati meluap-luap, serta sedih karena mungkin tidak akan bertemu dengan si Kapten Keren, kamu segera menggeret tasmu dari dek dan tersenyum kepada pramugari. (dan hampir jatuh tiga kali kalau tidak dibantu oleh pramugari tersebut.)

Tanpa kamu sadari, si pramugari cantik yang kamu senyumi tersebut tersenyum kecil. Ketika pesawat sudah kosong, pramugari tersebut bersedekap di depan kapten pilot dan berkata, “Gadis berinisial JSJ, huh? Imut. Kalau aku tidak punya cewek, sudah aku ganyang habis dia.”

Jongin mengerutkan dahi. “Jadi kau tipe yang menikung gebetan orang, ya, Seulgi?”

Si pramugari tersenyum nakal. “Tak tahu ya. Omong-omong aku sudah menempelkan label bertuliskan nomor handphone-mu di tasnya. Sudah unyu, ceroboh pula. Dia sempat tersandung kakinya sendiri dan Tuhan, dia mungkin jelmaan Bella Swan atau apa.”

“Tapi dia Bella Swan-ku.” Protes Jongin. “Dan cewek ceroboh itu oke.”

“Aku tidak bilang apa-apa. Lagian, tumben sekali kau memintaku untuk menempelkan label bertuliskan nomor handphone-mu di tasnya. Kamu bisa memberi itu pada cewek itu sendiri. Walau aku tidak suka laki-laki, aku tahu seperti apa cowok yang disukai cewek-cewek, dan kau salah satu tipe banyak cewek. Apalagi suara seksimu.”

Jongin hanya memandang ke luar pesawat. “Entahlah. Dia beda.”

“Dia beda.”

(((kemudian di Apartemen dua jam kemudian, kamu memandang label bertuliskan Kim Jongin : panggil aku, oke? Beserta nomor asing yang beberapa hari lagi tidak bakal asing untukmu. Kamu mungkin pemalu, namun kamu tidak cukup bodoh untuk tidak kenalan dengan pilot seksi yang kamu kenal di pesawat terbang.)))

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
iyamulfah #1
Chapter 1: jongin pliss.. hahaha.. ngomong2 soal pesawat, sejauh aku terbang kesana kemari slama ini (nasib anak rantau jga) knapa aku gak pernah nemuin pramugara atau pilot seseksi jongin??
setelah baca fict ini jadi pengen punya kenalan pilot. yang kyak jongin pastinya.. hahaha.. #abaikan..
ugh.. humor buatan mu numero uno..
natsoraa #2
Chapter 1: apa banget si jongin xD