The Little Prince

The Little Prince

 

CHAPTER 2

 

Sejak hari dimana orang tuanya meninggal, Luhan adalah satu- satunya pewaris dari Jewellery. Perusahaan permata milik keluarga Ibunya Luhan. Perusahaan yang harusnya jatuh ketangan Ayahnya itu, terpaksa harus jatuh ketangannya sebelum waktunya.

Dan kini diusianya yang ke 25 tahun, Luhan sudah sukses membawa perusahaan itu kekancah Global. Membuatnya dielu- elukan sebagai pemuda tersukses tahun ini, hingga wajahnya menjadi sampul diberbagai majalah bisnis negeri ini. 

" Kris, kau sudah siapkan berkas untuk meetingku nanti siang kan?" Luhan bertanya pada sosok pemuda blasteran yang baru saja masuk kedalam ruanganya.

Sedangkan sosok pemuda yang ditanya, Kris, menyerahkan dokumen ditanganya dengan muka sebal. " Aku ini bukan sekertarismu Lu, kenapa aku harus melakukan ini sih." Ia mendudukkan tubuhnya dengan kasar, didepan Luhan.

Sementara Luhan tak menggubris, ia hanya sibuk mempelajari 2 buah dokumen yang baru saja diberikan oleh Kris. Namun melihat muka kusut sang sahabat, akhirnya Luhan menoleh juga. 

" Jessica sedang sakit, dan aku tak mungkin mengerjakan ini sendirikan. Kau lihat pekerjaanku saja sudah sebanyak ini. " Luhan menunjuk tumpukan file di meja sebelah kiri dengan dagunya.

" Yaya.... aku tahu kau Mister sibuk, tak usah kau pamer padaku juga." Kris mendengus dan Luhan terkekeh.

" Oh ya Kris, bagaimana dengan ijin dari Hyundai Mall kudengar direktur Choi menyusahkan kita." 

" Dia hanya ingin kita membayar lebih untuk kontrak toko kita disana. Sepertinya dia tahu kita akan menguntungkanya. Tapi tenang saja, Minseok sedang mengurus itu. Kau tahukan, Minseok orang yang seperti apa." 

" Ya... dia memang punya bakat untuk bernegoisasi." Luhan mengerutkan keningnya.

" Aku heran kenapa dia tak menjadi pengacara saja seperti Ayahnya. Aku yakin dia akan menjadi pengacara yang sukses." 

" Cckck... seperti tidak tahu dia saja Lu, dia itu play boy kelas kakap." 

" Dan aku yakin, kalau dia jadi pengacara.

Karirnya akan hancur dalam hitungan jam, akibat gosipnya menghamili istri orang." 

" Whahaha... kau benar sekali Lu" 

" PUAS MEMBICARAKANKU!!"

Luhan dan Kris seketika terdiam, tersenyum miring menatap sosok pemuda lain yang kini tengah bersedekap dada ditengah pintu.

" Aku heran, kalian ini lebih tua. Tapi hobi sekali membuli Maknae." Minseok mencibir, lalu berjalan kearah Luhan dan Kris.

" Kami hanya bercanda Min, jangan diambil hati" Luhan berucap, sebelum sibuk kembali dengan berkasnya.

" Dan lagi, itu kenyataan kan?" Kris menyahut dan Minseok mendengus sebelum melempar dokumen yang dibawanya kearah Luhan.

" Ya... ya... terserah kalian, itu dokumen kontrak kita dengan Hyundai Mall. Mahkluk tampan itu setuju, setelah aku menambah uang sewanya 3%."

" Kupikir kau akan menyerahkan tubuhmu, agar dia setuju dengan keinginan kita" Kris menatap Minseok dengan pandangan meremehkan.

" Kau pikir aku pelacur." Minseok mendengus kearah Kris.

" Bhahahhaha....." 

" Sudah- sudah, aku ingin mengerjakan dokumenku lagi. Kalian terlalu berisik disini, jadi pergilah." Luhan berucap santai tanpa menolehkan fokusnya dari berkas ditanganya.

" Kau mengusir kami!" Kris dan Minseok menjerit bersamaan.

Luhan menganguk. " Heem... oh ya satu lagi, kalian laki- laki jadi jangan menjerit seperti itu. Menggelikan." Ia menatap kedua sahabatnya itu dengan raut malas. 

Kris dan Minseok yang ditatap seperti itu hanya memutar bola matanya malas. Mereka sudah berteman sejak dibangku SMP, wajar jika mereka sudah hafal sifat satu sama lain.

" Oh ya Min, aku ingin kau menyelidiki tentang Freelance." Luhan berucap sebelum Minseok melangkah pergi, membuat pemuda kurus itu duduk kembali. Sementara Kris lebih memilih keluar, meninggalkan sahabatbya berdua.

" Untuk?" 

" Aku hanya heran, kenapa Perusahaan itu ngotot sekali ingin bekerja sama dengan kita." 

" Freelance yang proposalnya kau tolak bulan lalu?" Minseok memasang pose berfikir. "Aku juga heran, kenapa dia ngotot begitu. Bukankah Perusahaan itu sudah lebih sukses dengan kita." 

" Mangkanya itu, aku ingin kau menyelidikinya." 

" Kudengar dari Yixing, Oh Seunghyun itu memang licik."

" Tunggu, apa tadi marganya?" Luhan menatap Minseok dengan penasaran.

" Oh, kenapa? Jangan bilang ini ada hubunganya dengan adikmu?"

" Entahlah, aku hanya berharap." 

" Tapi marga Oh didunia ini banyak Lu." 

" Mangkanya itu, aku ingin kau menyelidikinya." 

" Ok, akan kulakukan secepatnya." 

" Terimakasih Min." 

" Yup." Dan setelah itu Minseok keluar meninggalkan ruangan Luhan.

 

***

 

Ckck... kenapa kau menggeretku beginisih." Sehun menggerutu, wajahnya benar- benar menampakkan aura kesalnya. 

" Kau lambat, aku sudah telat." Kai berucap ketus, ia terus saja menggeret tangan Sehun memasuki Cafe. Sedangkan Sehun hanya terus menggerutu didalam hatinya. ''Telat ke Cafe... ckckck... aku jamin tak akan jauh- jauh dari Kristal."

" Aku bisa jalan sendiri." Sehun menghempaskan tanganya kesal. " Dan aku juga tak mau Kristal cemburu hanya karena kau menggandeng tanganku mesra." Sehun berlalu meninggalkan Kai yang justu cengo ditempatnya. 

" Eh... dia malah bengong." Sehun menoleh kebelakang dan mendapati Kai yang justru terdiam ditempatnya dengan tampang melongonya. Namun masa bodoh dengan sahabatnya Kai, Sehun justru masuk kedalan Cafe.

" Maaf sayang, aku telat." Kai duduk didepan Kristal dengan nafas ngos- ngosan. 

" Telat karena bengong didepan pintu, baiklah aku maafkan. Oh ya, kenalkan ini Irene sahabatku." 

" Hai Oppa." Irene mengangguk dengan kaku.

" Haha... jangan panggil aku Oppa, itu menggelikan. Panggil saja namaku, itu lebih enak." 

" Tapi Op..."

" Kai!" 

" Baiklah, kai." 

" Bagus, ngomong- ngomong dimana Sehun. Bukanya bocah itu sudah masuk tadi." Kai menatap sekiling, tapi tak menemukan sosok tinggi putih, layaknya tiang bangunan belanda. 

" Itu... " Kristal menunjuk dengan dagunya, membuat Kai langsung menoleh kearah kebelakang. Dan matanya langsung melotot horor melihat apa yang ada didalam nampan Sehun. 

" Astaga bocah, kau akan makan sebanyak itu!" Kai melotot tak percaya.

" Iya, memang kenapa? Aku belum makan siang, dan kau seenak jidat menggeretku kesini. " Sehun menjawab cuek, mendudukkan tubuhnya disamping Kai. Dengan tenang ia memakan makananya, tak peduli dengan ketiga orang disampingnya yang kini menatapnya ngeri.

Bagaimana tidak ngeri, jika bocah sekurus Sehun memakan 2 Big Burger, 1 Hotdog dan 5 buah paha ayam sekaligus. 

" Jauhkan tanganmu dari makananku!" Sehun menampik tangan Kai yang berusaha mendekati piringnya.

" Kau pelit Sekali." Kai menggerutu. 

" Itu karena kau melakukanya setiap kali aku makan ayam." 

" Ya, baiklah. Oh ya Hun, aku akan pergi dengan Kristal. Kau antarkan Irene ya?" 

Sehun menatap gadis didepanya sebentar, sosok yang bahkan tak ia pedulikan sejak tadi. Melihat Sehun yang menatapnya, Irene mengangguk kikuk. 

" Tapi kau tahu aku tak punya mobil Kamjong." 

" Pakai saja mobilku." 

" Ya baiklah..." dan setelah itu Sehun kembali melanjutkan makananya. Tak peduli pada Kai dan Kristal yang telah pergi atau Irene yang masih duduk didepanya. 

Tak lama kemudian, Sehun selesai makan. Setelah selesai membayar dikasir, ia segera mengajak irene untuk pulang.

" Sehun-ah...." 

" Jangan sok akrab." Sehun menjawab ketus dan irene mendengus mendengarnya. Astaga bocah ini benar- benar, bagaimana aku bisa pergi dengan bocah menyebalkan begini. 

" Rumahmu disamping rumah Kristalkan?" 

Irene menganguk mendengar pertanyaan Sehun. 

" Jadi untuk apa kau masih disini." Sehun menatap Irene malas. Sedangkan Irene justru mengeryit bingung. 

" Itu rumahmu kan?" Sehun menunjuk, sebuah rumah bercat cream disampingnya. Membuat Irene ikut menoleh, lalu mengangguk kikuk.

" Lalu kenapa masih diam disini, aku tahu aku tampan. Tapi masalahnya aku juga akan pulang."

Irene hanya mendengus mendengarnya, menatap Sehun dengan malas. " Kalau kau tak suka mengantarkan ku bilang saja, kenapa mesti ketus begitusih!" 

" Aku hanya menuruti perintah Kai, dan lagi kau harusnya berterimakasih karena sampai rumahmu dengan nyaman."

" Yaya... terimakasih Mr. Pelit bicara. Kau menyebalkan! Ku pikir kau orang yang sebaik Kristal bilang!" Dan setelah itu Irene keluar, menutup pintu mobil Kai dengan Kasar. Meninggalkan Sehun yang hanya mendengus geli.

" Salah siapa percaya pada ucapan Kristal!"

 

*** 

 

" Kau darimana Sehun-ah, dan mobil siapa yang kau bawa?" Baru saja Sehun akan memasuki rumahnya, sebuah suara dari Luhan sudah membuatnya terkejut.

Sehun hanya menghela nafas malas, ini baru jam 9 malam ngomong- ngomong. Tapi Hyungnya sudah menginterogasinya layaknya maling yang baru saja tertangkap. Bagaimana jika dia pulang dini hari, bisa- bisa dibawakan golok olehnya.

" Jawab kalau ditanya Sehun!" 

" Aku dari dari Sekolah Hyung, memang apalagi yang dilakukan anak 17 tahun ha!" 

" Hyung sudah sangat hafal dengan jadwal kelasmu. Hari ini cuma ada jadwal Club Dance, itupun selesai jam 4 sore. Dan ini sudah jam 9 malam, Sehun!" Luhan terus mengekori Sehun yang kini telah masuk kedapur, mengambil air minum dari Kulkas.

" Aku harus mengantarkan seseorang, Karena Kai tak bisa mengantarnya. Mangkanya mobilnya kubawa pulang. Dan ini masih jam 9 malam Hyung. Masih wajarkan?" Sehun menjawab malas. Kenapa semakin dia besar, Hyungnya semakin berlebihan sih.

" Ya kau benar, tapi masalahnya kau tak menghubungiku sama sekali. Bukankah Hyung selalu bilang, kalau kau pulang telat kabari Hyung." Luhan masih mengekori Sehun yang kini sudah masuk kamarnya.

Sehun merogoh kantong celananya, memperlihatkan Smartphone dengan layar yang menghitam. " Ponselku kehabisan baterai." 

Luhan hanya mengangguk, tanda ia percaya. "Baiklah, mandilah lalu makan jika kau belum makan. Hyung akan keluar dari kamarmu."

Luhan sudah berniat menutup pintu kamar sebelum Sehun kembali memanggilnya. 

" Hyung." 

"Ya... " Luhan mengurungkan niatnya untuk keluar, ia kemudian berbalik dan duduk disamping Sehun.

Sehun menggigit bibirnya ragu, ia takut Hyungnya tak suka dengan apa yang akan ia minta nanti. Tapi percayalah, Sehun sangat menginginkan benda ini. Jadi dengan ragu- ragu, akhirnya ia berusaha untuk mengatakanya pada Luhan.

" Bolehkah aku minta mobil, maksudku ak- aku sudah lama bisa menyetir sendiri. Dan umurku juga sudah bisa untuk mendapatkan SIM." Sehun menatap Hyungnya dengan takut- takut.

Luhan menghela nafas, lalu mengelus rambut adiknya. " Baiklah nanti Hyung pikirkan, jadi.... kalau cuma itu keinginanmu. Hyung keluar dulu, dan cepatlah mandi ini sudah terlalu malam." 

Dan setelah itu, Luhan benar- benar keluar meninggalkan Sehun yang langsung loncat kegirangan. 

" Yes, akhirnya aku punya mobil sendiri!" 

Dan Luhan yang mendengar dari luar, tersenyum penuh arti.

 

NEXT.... 

Paksain ngetik disaat badan lagi sakit, dan hasilnya...

entahlah, aku tidak yakin.

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet