December 24th

Before Christmas

Kau membuka mata ketika indera pendengarmu mendengar suara alarm berbunyi nyaring, tanpa perlu melihat pukul berapa sekarang kau bisa sangat akurat menebaknya. Tentu saja, bangun pukul 6 adalah rutinitas utamamu sejak dulu. Melirik ke arah kanan, kau tidak menemukan siapapun disana. Suamimu pergi kerja lebih pagi lagi.

Kau menghela napas,

Dia selalu memprioritaskan pekerjaannya di bandingkan keluarga. Typical lelaki yang kebanyakan di benci wanita, tapi anehnya, kau tetap mencintainya bahkan setelah bertahun-tahun menikah.

Kau turun dari kasur, menguncir rambutmu dengan asal kau bisa merasakan hawa dingin menusuk dari ruang tengah begitu keluar dari kamar. Sepertinya suamimu mematikan pemanas setelah dia pergi bekerja pagi ini. Kau menyalakan pemanas segera dan bergegas ke dapur, menatap kalender di dekat jendela kau baru menyadari jika natal akan tiba dalam beberapa jam.

Tiba-tiba perasaan sedih menjalar tanpa permisi ke hatimu, perasaan rindu yang mendalam kepada seseorang. Kau terdiam sesaat, menimbang apakah harus menghubunginya atau tidak. Setelah terdiam cukup lama, kau memutuskan untuk tidak menghubunginya, lagipula ini masih pukul enam. Mungkin ia masih tertidur, atau jangan-jangan seperti suamimu ia bekerja sampai pagi?

Menghela napas sekali lagi, kau melakukan rutinitasmu seperti biasa.

Ya, seorang ibu rumah tangga. Kau memulai hari dengan bersih-bersih rumah, setiap sudut kau bersihkan dengan teliti, suamimu adalah tipe lelaki cerewet masalah kebersihan, lagipula kau baru saja pindah ke rumah ini setelah bertahun-tahun hidup di sebuah Apartemen kecil dengan satu kamar. Kau harus bersyukur karena berkat ialah kau bisa tinggal di tempat ini sekarang.

Rumah itu tidaklah terlalu besar untuk orang yang hidup di pusat kota, rumah biasa dengan tiga kamar dan dua kamar mandi. Tapi bagimu dan juga keluargamu rumah itu adalah pemberiannya yang paling berharga, kau sangat bangga bisa menempati rumah ini setelah perjuangannya selama bertahun-tahun. Kau tersenyum kecil, menatap kamar kosong yang masih rapi.

Setiap hari kau tidak pernah absen untuk membersihkannya, mengganti seprai dan juga sarung bantal maupun guling meskipun tak ada seorangpun yang menidurinya. Kau hanya sedang berjaga-jaga siapa tahu ia datang setelah lama pergi dan sibuk dengan rutinitasnya. Setelah hampir tiga jam kau membersihkan rumah, mencuci baju, menjemur, dan merapikan semua perabotan rumah tangga kau bersiap untuk belanja.

“Aku akan membeli bahan makanan untuk natal,” Gumammu, meskipun tak yakin apakah ia ataupun suamimu akan pulang di malam natal ini.

Mengendarai mobil sendirian sudah menjadi hal biasa bagimu, berjalan dengan mendorong trolly dan juga memilah-milah bahan makanan tiba-tiba senyummu mengembang ketika sebuah musik mampir di telingamu, lagu yang kau kenali hingga membuat bibirmu tidak berhenti bergumam mengikuti setiap iramanya. Ah, kau jadi sangat merindukannya sekarang.

Kau akhirnya berbelanja lebih lama dari biasanya, itu pasti di karenakan Supermarket tempatmu berbelanja yang sedang terus menerus memutar lagu-lagu orang yang kau rindukan. Sehabis makan siang di sebuah restoran kecil dan bertemu beberapa ibu-ibu tempatmu tinggal kau kembali ke rumah, mulai memasak untuk makan malam natal hari ini.

Seperti tahun-tahun yang telah berlalu, keluargamu akan makan malam dan menikmati natal setelah jarum panjang melewati angka 12 di tanggal 24. Itu dikarenakan suamimu maupun ia tak pernah selalu ada di hari natal, jadi kalian akan merayakannya lebih awal. Pukul empat sore kau sudah kembali cantik, rumahmu sudah rapi dan wangi dan makanan sudah siap di atas meja, kau memakai baju indah hari ini sweater  rajutan berwarna merah muda lembut dari ia yang sangat kau cintai bahkan melebihi cintamu pada suamimu.

Menyalakan televisi kau tersenyum lebar ketika sebuah acara menampilkan wajahnya disana, ia yang sangat kau cintai dan kau rindukan tengah tersenyum dengan lebar. Tiba-tiba kau menitikkan airmata, sudah berapa lama kau tidak bertemu dengannya? Terakhir kali mungkin sekitar enam bulan lalu.

Ia mulai sangat sibuk sekarang, kau bisa melihat wajahnya di beberapa acara televisi setiap harinya.

Apakah dia makan denngan baik?

Apakah dia tidur dengan cukup?

Apakah vitamin-vitamin yang kau berikan padanya dia minum dengan rutin?

Pertanyaan-pertanyaan itu kerap kali menghampirimu ketika kau menatapnya di layar televisi. Mendadak kau menjadi emosional, airmata mengalir melewati pipimu, kau menyapunya perlahan dan menatap ponselmu. Menimbang kembali apakah kau akan menghubunginya atau tidak,

Menatap,

Menatap,

Kau mengigit bibir bawahmu, memutuskan untuk tidak menginterupsi kegiatannya, lagipula belum tentu dia akan mengangkat teleponmu. Dua minggu lalu kau meneleponnya dan si managerlah yang mengangkat. Menghela napas, kau hendak menaruh ponselmu ketika sebuah panggilan masuk terdengar.

Menatap layar ponsel, kau berkedip dua kali.

Apakah kau bermimpi?

Suara panggilannya begitu nyaring, dan kau mengenali ringtonenya. Ringtone yang kau pakai hanya ketika ada panggilan darinya, kemudian kau tersenyum dengan lebar menggeser arah ponsel untuk menerima panggilan. Dan sebuah suara membuat rasa rindumu seketika menghilang,

Eomma?

“Ye, adeul..” Jawabmu,

Aku akan pulang malam ini, eomma sudah memasak makanan kesukaanku kan? Malam ini malam natal!” Ujarnya di ujung telepon, kau tersenyum dengan sangat lebar kali ini.

“Sudah eomma buatkan, Jungkook sayang, cepatlah pulang meskipun sebentar.”

Ne eomma, aku akan pulang malam ini dan tidur di rumah untuk semalam. Bilang ayah segera pulang mari kita makan bersama-sama, aku akan membawa kue untuk pencuci mulut!

Kau mengangguk, meskipun putra kecilmu tidak bisa melihatnya. Percakapan kalian berdua hanya terjadi selama dua menit karena putramu harus kembali bekerja, meskipun terjadi sangat singkat tapi hatimu merasa sangat bahagia, kau segera mendial nomor suamimu mengatakan padanya jika putranya akan pulang ke rumah hari ini.

Jangan menangis jika Jungkook datang, kau hanya akan membuatnya sedih.

Kau terkekeh mendengar suamimu berkata demikian dan mengiyakan permintaannya meskipun pada akhirnya ketika pintu depan rumah terbuka dan kau melihat bayimu yang mulai beranjak besar berdiri di hadapanmu, kau menangis. Itu karena kau merindukannya, itu karena kau selalu mengkhawatirkannya, semua ibu pasti merasakan hal yang sama denganmu.

Meskipun kau juga terkadang merindukan anak pertamamu yang sedang menjalani wajib militer, tapi kau tetap merasa paling merindukan si kecil karena ia berjuang sendirian, di kota Seoul, mengejar impiannya menjadi seorang penyanyi.

Kau menggenggam tangannya, menatapnya penuh kasih sayang sambil terus memilihkan lauk kesukaannya.

“Makan yang banyak anakku sayang, hiduplah dengan nyaman, eomma selalu mendoakan yang terbaik untukmu.”

“Eomma hentikan, beberapa bulan lagi aku akan menginjak 20 tahun! Aku sudah dewasa!” Keluhnya.

Kau terkekeh geli melihatnya, mengangguk-angguk.

Mau seberapapun anakmu dewasa, kau tetap menatapnya seperti bayi kecil yang masih butuh perlindunganmu, masih butuh dekapan hangatmu, sampai kapanpun, karena ialah anakmu, buah hatimu, darah dagingmu.

 

 

Harta paling berharga milikmu..

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kyuhaemine #1
Chapter 1: Kookieee, duh jd kangen mama. Baru sehari di jogja dan udah kangen grgr ff nya eomma
keyhobbs
#2
Chapter 1: huaaa......jadi kangen mama:') aku jg jarang ngabisin waktu sma mama, dan fanfic ini bkin aku makin rindu sama mama... Author jjang!^^