Chapter 3

With a Cherry on Top
Please Subscribe to read the full chapter

 

 

Selama ini, orang yang selalu mempertahankan posisi pertamanya dalam daftar musuhnya hanyalah Shim Changmin. Dan, daftar itu hanya berisi seorang saja semenjak ia mengenalnya. Ia tidak pernah berpikir akan mengubah daftar itu dalam waktu dekat, namun sepertinya ada seseorang yang sangat ingin menyaingi Changmin.

Berpisah bertahun-tahun tidak membuat ayahnya jera untuk membujuknya agar mendedikasikan seluruh waktu hidupnya yang tersisa untuk mengurus semua bisnis keluarga mereka meskipun berkali-kali ia menekankan apa yang sedang ia kejar. Yunho enggan menciptakan perdebatan di antara mereka, namun ia juga tidak berniat untuk mengalah begitu saja dan membiarkan ayahnya selalu memandang sebelah mata terhadap apa yang ia pilih, termasuk memilih Changmin sebagai tangga perantara antara dirinya dan mimpinya. Meski demikian, Yunho tetap saja kesal karena ayahnya membuatnya mengatakan bahwa hubungannya dengan Changmin serius.

“Yunho!”

“Apa!”

Suasana hati Yunho masih terlalu panas untuk diajak berinteraksi. Ia memasang wajah dongkolnya.

“Apa yang kaulakukan di sini? Pembantumu bisa melakukannya.” Changmin berkacak pinggang. “Jangan memasang wajah seperti itu di hadapanku! Apa masalahmu?”

“Sudah kubilang kau, kau, dan kau! Kau selalu menjadi masalahku!”

“Hey!” Changmin mendekat. “Jaga bicaramu!”

Yunho melempar gunting rumput yang ia genggam ke tanah dan melepas kedua sarung tangannya dengan kesal. Changmin memperhatikan rumput-rumput yang dipotong asal oleh Yunho sebelumnya, korban dari kebrutalannya.

“Jadi, seperti ini kelakuan aslimu jika sedang marah,” ucap Changmin kemudian. Ia menggelengkan kepalanya. “Jika saja sekarang kita sedang berada di kantor, aku akan menghukummu dengan menyalin aturan tentang sopan santun terhadap atasan sebanyak SERATUS halaman dan menyuruhmu untuk membacanya di depan semua karyawan saat makan siang.”

“Itu sebabnya ide pernikahan kontrakmu ini sangat konyol!” Yunho menghardik. “Aku rela menulis SERATUS halaman refleksi diri di kantor dan membacakannya di hadapan semua karyawan saat makan siang daripada aku harus terjebak di sini dan berpura-pura bahwa aku akan menikah denganmu.” Mulut Yunho tiba-tiba disergap oleh telapak tangan Changmin yang membekapnya. Yunho menyingkirkannya dengan kasar.

“Aku bilang jaga bicaramu,” desis Changmin. “Kau ingin mati, huh?”

“Mengapa tidak? Itu terdengar lebih baik.”

Changmin mendepak kaki Yunho segera sebagai balasan, meloloskan sumpah serapah yang hampir tidak pernah keluar dari mulut Yunho.

“Hentikan sikap konyolmu, Jung” ucap Changmin. “Memangnya apa yang kauharapkan? Aku menghentikan semua ini dan mengaku kepada orang tua, keluarga, dan tetangga-tetanggamu bahwa kita hanya pasangan palsu? Wow ide yang cemerlang.”

Yunho menggeram dan membalikkan tubuhnya membelakangi Changmin. Emosinya adalah satu hal yang dapat meletup tiba-tiba jika ada pihak yang membuatnya mempertanyakan kewarasannya sendiri, dan kali ini, ia sendiri tidak paham mengapa hal-hal sepele seperti ayahnya dan bahkan Changmin yang telah biasa membuatnya kesal dan sengsara lebih dari satu juta kali dapat menyulut apinya sedemikian besar.

“Aku tidak mengerti apa yang menyebabkan suasana hatimu labil saat ini, tapi biar kuberitahu satu hal yang rasional. Kita sudah melangkah sejauh ini, Yunho,” ucap Changmin di belakangnya. “Jangan coba merusak rencanaku, atau mimpimu untuk menjadi editor akan sirna dalam satu jentikan jari.” Tangan Changmin menepuk-nepuk bahu Yunho. “Kau mengerti?”

Yunho memejamkan matanya sejenak dan meredam api yang membakar dadanya. Walaupun ia dikurung dalam kandang singa sekalipun, jika satu-satunya penghargaan yang akan ia dapatkan adalah menjadi editor, maka ia akan bertahan. Ini tidak ada apa-apanya. Masa depannya tidak akan hancur hanya dengan menikah dengan Changmin. Changmin bukanlah sebuah ancaman besar. Yunho tidak seharusnya memikirkan orang itu, apalagi menghabiskan energinya untuk marah terhadapnya. Masing-masing dari mereka mempunyai tujuan yang serupa. Mereka berada dalam satu kapal yang sama. Jadi, mengapa Yunho harus berusaha menenggelamkan kapal mereka jika pada akhirnya ia sendiri juga akan tenggelam?

Yunho menepiskan tangan Changmin yang masih berada di bahunya dan berjalan pergi.

“Tunggu dulu!” seru Changmin.

Yunho berhenti dan bertanya dengan muka masam, “Apa lagi?”

“Kembalikan manuskripku!”

 

 

+++

 

 

Changmin kesal, Yunho meninggalkannya lagi di sore hari, tanpa seizinnya. Bukannya ia membutuhkan Yunho atau apa, namun berada di rumah besar keluarga Jung sendirian membuatnya berkeringat dingin tidak jelas. Si Brengsek Yunho tidak mau tahu setelah sebelumnya ia bersikeras agar orang itu tidak meninggalkannya sendirian. Barangkali ia masih marah kepadanya. Changmin berusaha untuk tidak memikirkannya dengan berjalan mengitari mansion sebelum akhirnya Nyonya Jung memanggilnya untuk makan malam. Tanpa Yunho lagi.

Nyonya Jung menenangkannya dengan berujar bahwa Yunho sering sekali pergi hingga malam jika berada di Gwangju tanpa memberitahu mereka sama sekali. Tuan Jung berkata – dengan sengaja – bahwa Yunho pasti menemui Yeonhee. Changmin hanya bisa tersenyum, dan mendengus dalam hati.

 

 

+++

 

 

“Apa yang membuatmu tertarik dengan Yunho?”

Changmin menahan postur tubuhnya. Ia baru saja akan mengayunkan tongkatnya sebelum tiba-tiba keluar pertanyaan yang membuat fokusnya melayang. Tidak ingin terlihat bodoh di depannya, Changmin mengumpulkan lagi fokusnya dalam satu detik dan mengayunkan tongkat golfnya. Bolanya meleset dari lubang.

Changmin menegakkan bahunya dan mengalihkan perhatian kepada Tuan Jung.

“Maaf?”

“Yunho adalah bawahanmu,” ucap Tuan Jung. “Aku tidak percaya seorang bos sepertimu menaruh hati kepada asistennya.”

“Ada yang salah dengan itu?”

Tuan Jung menatapnya sejenak sebelum bergerak mendekat ke arah Changmin dan mengambil alih posisinya setelah bola diletakkan di atas tee kembali.

“Normalnya, tidak ada yang salah,” jawab Tuan Jung sembari melakukan ayunan penuh, kemudian memukul bola dengan mudah. “Tapi dalam kasus kalian, salah.”

Tuan Jung menengok ke balik punggungnya dan menangkap mata Changmin yang menyelidik.

“Aku tidak menentang kalian karena alasan yang egois. Dari percakapan kita sebelumnya, kau pasti sudah mengambil kesimpulan bahwa aku tidak memiliki impresi yang baik terhadapmu, bukan?” Tuan Jung memutar tubuhnya menghadap Changmin. “Dari mana impresi seperti itu berasal? Dari Yunho.”

Changmin menghela napasnya. Tuan Jung membuatnya tegang setengah mati.

“Yunho boleh beranggapan bahwa aku selalu mengatur hidupnya, tapi aku hanya mencegahnya untuk memilih hal yang salah sebelum semuanya terlambat.” Tuan Jung melanjutkan. “Kau terlihat seperti orang yang baik, tapi apa boleh buat, Yunho selalu mengeluh tentangmu, dan itu adalah pertanda bagiku untuk berhati-hati. Masa depan Yunho sangatlah penting.”

“Apa yang Yunho katakan tentangku?” Changmin memberanikan diri bertanya.

“Banyak. Tidak ada satu pun yang membuatku kagum,” jawab Tuan Jung. “Proposalmu tidak mampu memenangkan tenderku.”

Sindiran Tuan Jung membuat Changmin terpaku selama beberapa detik.

“Aku mencarimu sejak tadi.” Suara Yunho yang tiba-tiba membuat Changmin menoleh dengan cepat ke belakang. Ia menunggu hingga Yunho sampai di sampingnya dan barulah ia dapat mendesah lega.

“Kalian bersenang-senang tanpaku?”

“Yunho, apa yang baru saja kaudengar, aku harap kau tidak salah mengartikannya.” Ayahnya membela diri.

“Bagian yang mana?” tanya Yunho. “Masa depanku sangat penting atau Changmin tidak memenangkan tender?”

Tuan Jung terdiam.

“Justru aku yang berharap Ayah tidak salah mengartikannya,” kata Yunho melanjutkan. “Pertama, aku tidak mencampuradukkan masalah pekerjaan dengan masalah pribadi. Jika aku pernah menjelek-jelekkan Changmin, itu berarti hanyalah ketidaksengajaan yang disebabkan oleh kemarahan sesaat. Tidak berarti aku membencinya sebagai tunanganku. Kedua, jangan samakan hubungan kami dengan bisnis. Changmin tidak di sini untuk memenangkan tender Ayah.”

“Ah, benar,” kata Tuan Jung. “Aku baru menyadari. Apa hubungan kalian yang berani ini karena didasari oleh bisnis?”

Tuan Jung mengamati mereka berdua dengan seksama. Bahkan selama Yunho menjelaskan tadi, matanya penuh dengan tanda tanya dan kecurigaan.

“Katakan jika kalian hanya berpura-pura. Masih belum terlambat.”

Changmin melewatkan satu detakan jantungnya. Walaupun begitu, kepanikannya tersamarkan dengan sikapnya yang tenang.

“Kita tidak berpura-pura, Abeonim,” jawab Changmin. “Aku sudah berkata bahwa kami serius untuk melanjutkan hubungan.”

“Benarkah? Aku rasa tidak cukup serius untuk menikah besok. Bukankah begitu?” timpal ayah Yunho serampangan. Ia memutar tubuhnya untuk menyerahkan tongkat golfnya kepada asistennya.

Changmin mendaratkan picingan matanya ke bahu Tuan Jung dan berniat untuk melempar komentar diplomatis ala seorang kepala editor, namun Yunho mengatakan sesuatu yang mengubah pikiran diplomatisnya menjadi umpatan dalam rentang waktu satu detik. Beruntung sekali ia tidak mengatakannya dengan keras.

“Tidak,” ucap Yunho dengan suara tegas. “Kami berani melangksungkan pernikahan secepatnya. Bagaimana jika tiga hari lagi? Tepat setelah pesta ulang tahun Ayah.”

Ekspresi Tuan Jung mewakili ekspresi Changmin yang tidak bisa ia tunjukkan saat itu. Karena suasana hati Changmin sedang terlalu rumit bahkan untuk dideskripsikan, ia memilih untuk menutup lubang mulutnya rapat-rapat, berjaga-jaga jika ia menyuarakan umpatannya dengan keras.

Tuan Jung terlihat ingin tumbang, namun dengan harga dirinya yang terlalu besar untuk dikejutkan dengan candaan seperti yang baru saja Yunho katakan, ia pulih dengan segera.

“Coba saja jika berani.”

 

 

+++

 

 

“Lihat? Dia selalu memancingku untuk mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya kuucapkan!”

Yunho berseru-seru histeris dan melakukan putaran-putaran tak berarti semenjak satu jam yang lalu di kamar mereka. Parahnya, sebelum itu Yunho hanya menatap kosong udara di depannya tanpa suara selama bermenit-menit yang meresahkan, sehingga Changmin harus menyimpan kekesalannya untuk sementara waktu. Sekarang setelah Yunho meracau tidak jelas, gilirannya yang merenung. Niat awalnya untuk menasihati Yunho agar ia menjaga baik-baik mulutnya tertelan oleh pertimbangan-pertimbangan hasil dari perenungannya.

“Apa aku sudah gila?”

Changmin mendongak. “Ya, memang,” jawab Changmin. “Tapi idemu tidak begitu buruk.”

“Tidak buruk? Kita akan berdiri di depan keluarga besarku dan tetangga-tetanggaku, mengumbar janji sehidup semati yang terlalu suci diucapkan oleh dua orang pembual terbesar abad ini! Orang tuaku akan marah besar jika mereka mengetahui yang sesungguhnya.”

Yunho mulai mengacak-acak rambutnya dengan brutal sembari melanjutkan ceracauannya.

“Ini terlalu cepat. Tiga hari terlalu cepat.” Yunho berhenti sejenak sambil menatap puncak kepala Changmin. “Aku harus menarik ucapanku kembali. Aku harus memberitahu Ayah ada keadaan darurat di kantor sehingga kita harus kembali ke Seoul besok. Ya, aku harus mengatakannya sekarang!”

Sebelum Yunho mencapai gagang pintu, Changmin melompat dari ranjang dan berlari untuk menarik lengannya.

“Tidak perlu!” serunya. Yunho menghadap Changmin saat Changmin memegang kedua bahunya. “Kau pikir ayahmu akan tertipu dengan alasanmu? Biarkan saja, Yunho, biarkan.” Changmin membuat gestur untuk menenangkan Yunho. “Semakin cepat kita menikah, semakin cepat kita mencapai tujuan kita.”

Changmin meletakkan tangannya di pipi Yunho dan memberikan tatapan yang ia harap dapat menghipnotis Yunho entah bagaimana. Yunho mengikuti pandangannya dan mengangguk tanpa sadar, mengikuti Changmin.

“Good boy.” Changmin tersenyum manis dan menepuk-nepuk pipi Yunho. “Sekarang, kembalikan manuskripku. Ok?”

Permintaan Changmin seakan menyadarkan Yunho dari kondisi kerasukannya baru saja. Ia mengencangkan kedua sudut mulutnya.

“Aku akan mengungkapkan yang sebenarnya besok,” ucapnya  sebelum berbalik dan mengambil kunci mobilnya.

“Apa?!” seru Changmin. “Jangan berani kau melakukan itu! Hey, mau ke mana lagi?”

“Mencari udara segar!”

 

 

+++

 

 

Mencari udara segar bagi Jung Yunho adalah bermain bersama anak-anak dan wanita idamannya, Yeonhee. Jika saja Changmin tahu Yunho akan pergi ke tempat di mana semua hal yang tidak disukainya berkumpul, ia memilih untuk membantu Nyonya Jung mempersiapkan makan malam saja di rumah, meskipun resiko untuk membahas topik absurd tentang pernikahan mereka yang tiga hari lagi akan dilaksanakan membuatnya resah.

Changmin memandang jauh ke arah Yunho dan anak-anak yang bermain kejar-kejaran di halaman panti asuhan. Beberapa kali orang itu tersandung oleh kakinya sendiri yang kikuk. Tawanya yang menggelegar hingga ke telinganya membuatnya berpikir mengapa ia memilih Yunho untuk menjadi orang yang akan dinikahinya. Aneh, ceroboh, dan terlalu bahagia. Yunho tidak cocok dengannya. Tidak heran Tuan Jung curiga besar.

“Tidak ingin bergabung dengan kami?”

Changmin mengalihkan perhatiannya kepada Yeonhee yang ternyata sudah berada di sampingnya.

“Oh, Yeonhee,” ucapnya sedikit terkejut. “Aku tidak terbiasa berlari,” lanjutnya memberi alasan.

“Pasti kau orang yang sangat sibuk.”

Changmin hanya membalasnya dengan senyum, kemudian kembali melihat Yunho dari kejauhan.

“Aku perhatikan matamu tidak pernah lepas darinya,” kata Yeonhee.

“Siapa?”

“Yunho.”

Changmin menoleh ke arah Yeonhee yang tersenyum sebelum berdehem dan memutar tubuhnya ke arah danau di bawahnya, membelakangi Yunho dan anak-anak. Yeonhee mengikutinya.

“Kau sangat menyukainya?” tanya Yeonhee seolah memburu jawaban pasti darinya.

“Tidak, uh, maksudku, tentu saja,” jawab Changmin. “Aku tidak akan menikahinya jika aku tidak menyukainya.” Ia memaksakan senyum.

Wanita di sampingnya mengangguk sebelum menerawang ke depan. Keheningan yang mengikuti setelahnya membuat Changmin menyebarkan pandangannya ke segala arah, canggung.

“Terima kasih,” kata Yeonhee tiba-tiba.

Chan

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
MaxRen13 #1
Chapter 4: Aaaaahhh... Ending yang maniiiiissssss banget ???????
crystalice02
#2
Chapter 4: Kjhbghhvhbxfgjz gemes bangeeet! Gemes sama ke-tsundere-an chami, gemes jg sama ke-bucin-an yunho!
Padahal udah tau plot utamanya bakalan gimana tp tetep aja ikut baper bacanya T-T
Thank you so much udh update fic ini sampe abis, ditunggu ff homin yg selanjutnya author-nim <3
Bigeast88 #3
Chapter 4: Uwaaaaa update!!
U came to concert??? Aigooo i wish we can meet~~ TT.TT me too i have PCD too lol and after changmin posted on IG about the concert, the PCD is getting worse TTwTT hope we'll see them again in jakarta!!
JiJoonie
#4
Chapter 4: Sksksksk i—i hate you so much yunho-nim T_T why you always make my heart doki-doki?!?!?!?!

Anyway you did amazingly like always ka kina! Thank you for this wonderful story and I still wait for you next Homin story UwU
QueenB_doll #5
Chapter 4: Hahahahaa mereka lucu bgt, makasih untuk menamatkan fic ini authornim, endingnya memuaskan, tapi mereka jadi pasangan yang sibuk ya i see, mirip mereka d dunia nyata wkwkwwkkw.. XDD
vitachami
#6
Chapter 4: Akhirnya update...
Saya senang
Sudah lama menunggu fanfic ini...
Thx sudah update dan semoga sukses terus smua karyanyaa
jungjiym #7
Chapter 3: Omg, I really love this story :') semoga terus lanjut yaa
lusiwonkyu
#8
Chapter 3: Ini ada haehyuk ver nya jgaa..
LMS_239
#9
Chapter 3: Walo Udh pernah nnton film nya n baca remake nya jd homin tp english ver bbrp taun lalu
Tp tetep suka dgn yg indo ver ini XD
English ver n indo ver nya pnya gaya tulisan sndiri yg bikin feel ny tetep beda XD
Fighting!!
upiek8288 #10
Chapter 3: Huhuhu
Chami.. be brave..
Evwn hrs start over bc lg.. to g apa worth it kok.. dtggu uodate brktnya..