Orang Gila?

Jungcat

Jungcat; Episode 1

 

Namjoon mempercepat langkahnya ketika rumah beratap biru miliknya sudah terlihat dari kejauhan. Ia menggigit bibir bawahnya panik--bagaimana ia tidak panik! Si Kim Taehyung yang katanya tukang ramal itu bilang padanya sesampainya Namjoon di rumah nanti, ia tidak akan bisa melihat kucing kesayangannya lagi. Crap! Namjoon sayang setengah mati pada kucingnya, tentu saja Namjoon langsung panik setelah mendengar ucapan Taehyung. Ia menemukan kucing itu pertama kali setelah pulang dari supermarket, waktu itu malam hari dan hujan sedang turun dengan deras. Namjoon yang sedang asyik makan es krim melihat seekor kucing kecil tengah bersembunyi di bawah bangku taman--bulu hitamnya basah dan raut wajahnya kelihatan sedih. Namjoon yang aslinya memang suka binatang jadi tidak tega melihatnya dan memutuskan untuk membawa kucing itu pulang. Walaupun sempat diprotes ibunya, tapi Namjoon akhirnya berhasil dapat izin untuk memeliharanya di rumah. Dan percayalah, mendapatkan suatu izin dari Nyonya Kim itu super sulit! Namjoon mendapat banyak kesulitan hanya untuk dapat memelihara si kucing kecil ini. Lalu Kim Taehyung bilang ia tidak akan bisa melihat kucing kesayangannya ini lagi? Astaga, tentu saja itu tidak boleh!

 

"KOOKIE!!!!" Namjoon berlari masuk ke dalam rumah dan membiarkan sepatunya digeletakkan begitu saja di ruang tamu. Peduli amat jika ibunya marah-marah nanti, yang penting ia harus melihat keadaan kucingnya sekarang. Namjoon membuka pintu kamarnya sambil berharap dalam hati agar menemukan Kookie sedang tidur malas-malasan di dekat kasurnya seperti biasa. Tapi tidak--dan itu membuat napas Namjoon tercekat. "Kookie..." ia berbisik pelan sambil masuk ke dalam kamarnya dan mencari-cari sosok Kookie di dalam lemari, di bawah kasur, di bawah meja--dimana-mana--tapi hasilnya nihil.

 

"Kookie..." bisiknya lagi. Namjoon tidak menyerah, ia memutuskan untuk keluar kamar dan mencari ke dapur, ke halaman, ke dapur lagi, ke kamar orangtuanya, tapi Kookie tidak ada dimana-mana. Namjoon terduduk lemas, terbayang olehnya Kookie tertabrak mobil atau semacamnya. Ia tetap dalam posisi itu sampai akhirnya memutuskan diri untuk bangkit dan berjalan ke luar rumah, mencari mayat Kookie. Oh, itu terdengar menyedihkan, tapi entah mengapa Namjoon jadi yakin sekali Kookie sudah tidak ada lagi di dunia. Mungkin karena ramalan Taehyung yang seringkali akurat, entahlah. Namjoon terus melanjutkan perjalanannya sampai ke taman tapi ia tidak sama sekali melihat kucing kecil warna hitam tergeletak di jalanan.

 

"Oi, Namjoon!"

 

Namjoon menoleh, dilihatnya Park Jimin dengan senyum lebar tengah melambaikan tangan kanan ke arahnya sementara tangan kirinya memegang bola. Melihat ekspresi Namjoon yang tidak seperti biasanya, Jimin berjalan mendekati anak itu dan merangkulnya. "Heh ada apa?"

 

Namjoon hanya menjawab dengan gelengan pelan dan justru membuat Jimin semakin penasaran. Ia mempererat rangkulannya di leher Namjoon, "jadi tidak mau cerita padaku lagi, hah?"

 

"Bukan begitu," Namjoon berkata murung, "aku hanya sedang takut."

 

Jimin mengerutkan alisnya bingung, ia mencoba mengingat-ingat apa saja hal yang sekiranya pernah Namjoon takutkan. Tidak ada. "Uh...kurasa kau tidak pernah takut pada apapun. Apa ini hal baru?"

 

"Ayolah, Jimin, aku takut banyak hal!"

 

"Seingatku sih tidak. Memangnya apa yang kau takutkan sekarang?"

 

Namjoon menghela napas berat, ia menatap Jimin sedih, "aku takut ucapan Taehyung yang tadi jadi kenyataan."

 

"Huh? Yang mana?" Jimin berpikir sebentar, "Oh....yang tentang si Kookie mati, ya?"

 

"Astaga," Namjoon tercengang mendengar Jimin mengatakan itu dengan sangat tenang. Itu 'kan bukan masalah main-main! "Tapi kau benar, sih. Iya. Aku takut Kookie kenapa-kenapa."

 

"Dia tidak ada di rumah? Ya ampun, Namjoon. Kukira kau tidak akan pernah khawatir tentang apapun. Ibumu hilang di pasar saja kau tidak panik?"

 

"Tapi ini 'kan Kookie, Jimin. Kookie dan ibuku jauh berbeda." Namjoon mendesis pelan, lalu membuang pandangannya ke sekeliling taman, masih mencari-cari sosok Kookie di bawah bangku atau di bawah pohon. Tapi bukannya menemukan Kookie, Namjoon malah melihat Jung Hoseok--teman sekelasnya yang tinggal di dekat sini--berlari panik ke arahnya sambil menjerit histeris.

 

"ADA ORANG GILA!!!"

 

Namjoon mengerutkan kening, lalu melirik Jimin yang ada di sampingnya, "apa di sini sering ada orang gila?"

 

Jimin balas melirik Namjoon sambil menggeleng bingung. Ditepuknya pundak Hoseok yang sekarang sedang bersembunyi di balik punggung Namjoon, "kau sering lihat orang gilanya di sini?"

 

Hoseok menggeleng cepat dan meneguk ludah panik. "Setiap hari aku ke sini dan ini pertama kalinya aku lihat ada cowok tidak pakai baju! Dunia memang sudah gila!"

 

Namjoon memegangi kepalanya yang mulai pusing. Astaga, dia datang ke sini untuk mencari Kookie, bukannya mau melihat orang gila yang tidak pakai baju!

 

"Kurasa aku ingin pulang saja," Namjoon menepuk kepala Hoseok dan bersiap untuk pergi. "Bye, semuanya."

 

"Hoi, tunggu!" Hoseok menarik lengan Namjoon dan kembali bersembunyi di balik punggungnya takut. "Sumpah, aku yakin dia itu gila. Tapi dia bersih sekali, Namjoon. Aku khawatir sebenarnya ia punya orangtua yang sekarang sedang resah mencari-carinya. Please, Namjoon, masa kau tidak kasihan?"

 

Yah, kedengaran sedih, sih. Tapi memangnya siapa yang bisa jamin dia punya orangtua? Dia 'kan cuma kelihatan bersih, mungkin dia oramg gila yang rajin mandi?

 

"Namjoon..." Hoseok mengerutkan bibirnya, ia tahu Namjoon ragu untuk membantunya. "Please, aku janji akan menraktirmu es krim kalau mau membantu. Aku cuma kasihan pada orangtuanya, Namjoon. Dan aku tidak suka ada orang gila berkeliaran di sekitar sini. Ayolah, kumohon..." Hoseok terus-terusan membuat wajah memelas sambil menarik ujung baju Namjoon pelan sampai-sampai Jimin ikut kasihan melihatnya. "Ayolah, Namjoon. Kita cuma harus lihat keadaannya, 'kan?"

 

"Tapi--" Namjoon memandangi kedua wajah temannya, keduanya sedang menatapnya dengan tatapan memohon dan mau tidak mau Namjoon dibuat merasa bersalah karenanya. Ia menghela napas, "oke, jadi dimana dia?"

 

"Hooray!" Hoseok langsung menarik tangan Namjoon dan Jimin dengan riang. "Ayo kita ke sana!"

 

Namjoon dan Jimin hanya bertukar pandang bingung, tapi kemudian keduanya tetap menuruti kemana arah Hoseok menarik lengan mereka.

 

"Yah... itu dia." Hoseok akhirnya berhenti, lalu ia menunjuk seorang bocah yang sedang tidur di bawah pohon dengan damai. Dari perut hingga lututnya ditutupi oleh daun, sudah pasti Hoseok yang menutupi semua itu sebelum berlari-lari ke arah mereka seperti orang kesetanan. Walaupun agak-agak sinting, tapi Namjoon tahu betul kalau Hoseok itu punya hati malaikat.

 

"Jadi aku harus bagaimana?" Namjoon melirik Hoseok bingung.

 

"Kau kan jago dekat-dekat sama anak kecil, coba tanya dia tinggal dimana," Hoseok menyenggol lengan Namjoon, "ayo cepat!"

 

"Katamu dia gila? Gimana sih?"

 

Hoseok mendecak sebal. "Laksanakan saja, Namjoon!"

 

Jimin ikutan mendecak, lalu mendorong bahu Namjoon pelan, "tidak bakal sulit, Joon."

 

Dorongan yang diberikan Jimin membuat Namjoon hampir jatuh, makanya ia buru-buru menyeimbangkan diri sebelum benaran jatuh menimpa si bocah berselimut daun. Ia menggaruk tengkuknya, lalu memandang bocah itu. Ia punya kulit yang putih dan rambut hitam, ia juga mendengkur dalam tidurnya. Ah, Namjoon jadi teringat Kookie. Maka ia mendekati bocah itu perlahan-lahan, berjongkok dan mendorong kepalanya pelan dengan telunjuk.

 

Astaga, mukanya mirip Kookie!

 

"Woi," Namjoon mencolok pipinya pelan dengan telunjuk. Tidak ada reaksi. Lalu ia berpindah mencolok pipinya yang satu lagi dengan agak keras, tapi si bocah cuma mengerang kecil dan kembali tidur. Namjoon hampir menangis melihatnya--

 

--bocah ini benar-benar mirip Kookie.

 

"Dia tidak mau bangun," Namjoon menatap kedua temannya. Ia jadi merasa bersalah sendiri melihat tatapan berharap dari mereka. "Sudahlah, teman-teman, kita minta pertolongan orang lain saja."

 

Mendengar itu, Hoseok dan Jimin menghembuskan napas kecewa. Mau minta ke siapa? Lagipula memangnya ada yang mau membantu mereka?

 

"Ya sudahlah, Namjoon. Kita biarkan saja dia sen--OH MY GOD," Jimin menunjuk-nunjuk si bocah sambil menutup mulutnya kaget. Ya ampun, bagaimana ia tidak kaget? Si bocah itu baru saja bangun tiba-tiba dan menyebabkan daun yang ada di tubuhnya berjatuhan!

 

Namjoon meneguk ludah panik, reaksi itu tentulah bukan reaksi yang bagus. Maka dari itu ia melirik bocah itu perlahan-lahan, takut kalau yang ia lihat nanti akan menjadi sebuah trauma. Tapi ternyata yang ia tahu setelahnya adalah si bocah merentangkan kedua tangannya riang sambil tersenyum lebar.

 

"Miaw!"

 

"NAMJOON!!" Jimin dan Hoseok langsung memekik panik kala si bocah gila tanpa baju melompat ke arah Namjoon dan memeluknya erat. Apa-apaan ini?!

 

"WOI???" Namjoon nyaris serangan jantung dibuatnya. Ia berusaha melepaskan pelukan si bocah, tapi itu sia-sia. Karena tampaknya ia sedang memeluk Namjoon dengan seluruh kekuatannya saat ini.

 

Namjoon menatap Hoseok dan Jimin yang juga sedang menatapnya dengan tatapan bingung setengah terkejut. Ya ampun, ini benar-benar kacau.

 

Andai saja Namjoon tahu kalau hari senin yang cerah ini--hari yang cukup normal seperti biasanya--akan mengubah hidupnya serta keenam kawannya yang lain untuk selama-lamanya. Tapi mari bersyukur akan fakta bahwa Namjoon tidak punya ide apapun soal itu.

 

Karena di sini lah keseruannya dimulai.

 

- - -

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
fresh-salad
#1
Chapter 1: Ya ampun seru banget, ini gimana nih ceritanya si kookie jadi manusia? bikin penasaran. Bahasanya juga asyik, obrolannya khas anak-anak sesuai tema. Sukaaaaaa❤