A weird person

Second Chance

Jerman adalah negeri seribu satu misteri di dalamnya. Negara yang terkenal dengan kastilnya ini memiliki sekitar 150 kastil. Salah satunya Kastil Neuschwanstein. Kastil ini dibangun oleh Ludwig II dari Bavaria pada abad ke-19. Kastil yang bergaya Romanesque-Revival ini terletak pegunungan di desa Hohenschwangau. Kastil yang menjadi inspirasi bangunan di cerita putri tidur ini merupakan salah satu tempat wisata yang paling sering di kunjungi di Jerman. 

Bayangan akan keindahan kastil itu seketika hancur karena sosok makhluk menyebalkan yang duduk di sampingku ini. Seseorang yang dengan santainya menambrakku tadi tanpa meminta maaf sedikitpun. Ia terus menatapku tanpa berkedip. Karena aku merasa risih akhirnya aku membalas tatapannya(?). Yang dibalas senyuman olehnya. Sial cara ini tak berhasil.

"Ya!"

"Kenapa?"

"Jangan melihatku atau aku akan mencongkel matamu!" 

"Kasar sekali." Jawabnya datar

"Apa kau bilang?" 

Aku menjawab seperti berteriak yang membuat semua pasang mata menoleh ke arah kami. Dan tiba-tiba seseorang datang ke arah kami.

"Kalian pasangan baru ya? Memang seperti itu pasangan yang baru menikah memang sering tidak cocok. Tapi dengan berjalannya waktu kalian akan terbiasa." Ucapnya ramah

"Tapi kami tidak.." ucapanku tertahan karena ia menutup mulutku dengan tangannya.

"Ah ya kami lama-kelamaan pasti akan terbiasa. Istri saya memang seperti itu. Jadi yang tadi saya mohon maaf." 

"Tidak apa saya mengerti."

"Sekali lagi terima kasih halmoni." Sambil tersenyum

Ia pun melepaskan tangannya yang berada di mulutku. Ia benar-benar gila aku kan belum menikah dan siapa yang mau menjadi istri nya. Pria aneh!

"Ya! Mengapa kau bilang aku ini istrimu? Kau gila?" 

Yang benar saja ia tidak meresponku malahan ia sekarang sibuk dengan bacaannya dan dengan jailnya aku menarik telinga kirinya sampai ia mememik kesakitan.

"Ya! Lepaskan. Ini sakit bodoh." 

"Biarkan dasar orang aneh!"

Padahal tujuan awalku ingin berlibur melepas kepenatan. Tapi malah diganggu oleh sosok makhluk yang sama sekali aku tidak tau namanya. 

"Baiklah aku akan melepaskan tapi dengan satu syarat." 

"Syarat?"

"Kau harus pergi dan jangan duduk disampingku!"

"Hei kau gila?"

"Gila katamu?" Dengan sedikit berteriak

"Ya! Tidak bisakah kalian diam?" Teriak seseorang

"Ah maaf saya aku menyuruh istri saya diam. Sekali lagi maaf." Sambil membungkuk kan badan

"Oke aku nyerah orang ini memang kelewat gilanya. Biarkan saja!" Gumamku dalam 

"Hei kenapa diam?" Tanya nya

"Tuh kan aku ribut salah diam salah. Ah abaikan saja orang itu."

"Ya! Kenapa malah tidur?" 

"Haha rasakan! Kau pikir aku tidak bisa mengabaikanmu?" Gumamku

Merasa tak ada suara yang keluar lagi darinya. Akupun membuka mataku perlahan-lahan berharap sekarang ia sudah tertidur. Ternyata dugaanku sama sekali tidak benar ia malah menatapku. Dan aku menoleh tepat di wajahnya, jarak antara kami bisa dibilang sedikit. 

"Ah!" Pekikku

"Mau mencoba berbohong huh?" 

Dan dengan jarak sedekat ini aku bisa melihat wajahnya. Sempurna untuk seorang lelaki. Ah, mengapa aku jadi semerona ini?

"Hei liat pipimu!" Sambil mencoba memegang pipiku

"Aku kepanasan jadi pipiku memerah" elakku

"Benarkah?" Sambil kembali memajukan wajahnya

"Ya!" 

Dan benar, pertikaian pun tidak sampai di situ keduanya sama sekali tidak ada yang mau mengalah. Sampai pesawat mereka mendarat, pria itu tetap saja mengikutiku sampai di depan pintu apartemen yang sudah ayah siapkan untukku.

"Permisi apa anda benar-benar penggemar rahasiaku? Yang mengikutiku sampai kemanapun?"

"Menurutmu?" 

"Ya! Tidak bisakah kau tidak mengikutiku?"

"Siapa yang mengikutimu? Hai tetangga!"

"Siapapun tolong tenggelamkan aku sekarang." gumamku dalam hati

"Kau benar-benar tidak sopan ya."

"Maksudmu?"

"Aku Kim Ji Won." sambil mengulurkan tangan nya

"Lee Haeri." ucapku tanpa menjabat tanggannya dan menatap lurus di depanku

"Aneh sekali." 

Setelah itu ia menghilang di balik pintu itu. Dan aku bisa bernafas lega dengan pergi nya orang itu. Ya aku sekarang memiliki tetangga yang aneh. Bagaimana ini?

Aku merebahkan badanku dan mulai menatap langit-langit kamar, seketika rasa kantuk itu mulai datang di tambah dengan dinginnya suhu ruangan ini. Dan akupun terlelap sampai fajar menampakan sinarnya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet