A Letter to Mingyu Oppa

A Letter to Mingyu Oppa

Peluit berbunyi tiga kali menandakan pertandingan telah usai. Sorak-sorak ggembira dari para pendukung tim SMA Moolim bergemuruh memenuhi area lapangan futsal. Pertandingan final futsal antar sekolah di Seoul yang bertempat di SMA Moolim dimenangkan oleh tim tuan rumah dengan skor 4-2. Mingyu yang merupakan salah satu pemain, dengan wajah  letih yang penuh keringat berlari menyusul teman-temannya yang sudah lebih dahulu melipir ke pinggir lapangan untuk berterima kasih pada pendukung mereka yang terdiri dari guru, dan teman-teman mereka yang merupakan siswa kelas 1, 2, dan 3. Selama berlari senyumnya mengembang berharap mendapat ucapan selamat dari teman-teman dan seniornya. Namun, baru saja ia sampai di pinggir lapangan, pelatih sudah memanggil mereka untuk berkumpul.

“Sial” Mingyu mengumpat dalam hati. “Belum juga tebar pesona” Pikir Mingyu sambil menuju ke arah sang pelatih.

Pelatih yang biasa di panggil Mr. Kang mengucapkan selamat dan terima kasih atas kerja keras tim sekolah Moolim sambil memberikan piala dan hadiah yang mereka dapat dari pertandingan tadi. Setelah berfoto-foto bersama satu persatu mereka berpamitan untuk pulang

“ Mingyu, ayo pulang!” ajak Jisoo

“ Ya Hyeong, tapi aku mau menyimpan sepatu ini dulu ke loker, ya” kata Mingyu sambil mengambil tasnya dan berjalan menyusul Jisoo.

Mereka berdua pun melangkah menuju loker mereka yang terdapat di ujung lorong. Melihat loker-loker dari kejauhan, Jisoo pun teringat kalau dia lupa mengunci lokernya sebelum pertandingan. Ia menghampiri lokernya lebih cepat untuk memastikan keadaan barang-barangnya.

Bunyi benda berjatuhan terdengar ketika Jisoo membuka pintu lokernya. Amplop-amplop bersampul merah muda, boneka dan coklat berjatuhan dari loker Jisoo yang baru saja di bukanya. Mingyu yang baru saja ingin membuka lokernya terbengong-bengong menyaksikan apa yang dilihatnya.

Hyeong, kok ekspresinya datar aja sih,  kamu tidak kaget? Tanya Mingyu

“ Waktu pertama kali sih aku kaget, tapi setiap kali aku lupa mengunci loker pasti saja seperti ini jadi sekarang sudah biasa.” Jawab Jisoo santai sambil memunguti surat-surat yang berjatuhan.

“ Itu semua mau kamu apakan?” Mingyu bertanya lagi

“ Simpan. Kamu jangan bertanya terus. Cepat letakkan sepatumu dan kita pulang.” Omel Jisoo yang melihat Mingyu yang masih saja berdiri memandanginya seperti orang bodoh.

“ Hmm, langsung pulang aja deh, sepatunya bau” Mingyu menjawab dengan kikuk. Ia tidak ingin Jisoo mengetahui kalau lokernya tidak pernah terisi satu surat pun meskipun ia sengaja tidak mengunci lokernya.

“ Dasar anak kecil, plin-plan.” Jisoo yang sudah lelah berjalan lebih dulu meninggalkan Mingyu yang menurutnya sedang tidak jelas.

***

Malam harinya setelah mengerjakan tugas matematika untuk besok, Mingyu bersiap untuk tidur. Ia merebahkan tubuhnya dan memandangi langit-langit kamarnya. Ia teringat kejadian di loker tadi siang, yang menurutnya sangat menyakiti harga dirinya.

“ Apa yang salah ya denganku? Wajahku sama gantengnya dengan Jisoo hyeong, tinggi pun tidak jauh beda. Mereka semua seharusnya menyukaiku karena aku lebih muda darinya. Bagaimana bisa ia mendapat banyak barang seperti itu? sedangkan aku, satu pun tidak.” Mingyu berbicara pada dirinya sendiri. Ia memeluk gulingnya dan menghadapkan badan kearah dinding kamar. mencari posisi yang nyaman untuk merenungi nasibnya.

 “ Apa mereka memang menyukai cowok yang lebih tua? Kalau begitu, seharusnya aku lebih sering menebar pesona dengan siswa SMP Moolim.” Mingyu menepukkan tangannya tanpa sadar. Menyakini bahwa itu ide terbaiknya. “Besok aku harus memulainya. Baiklah, Kim Mingyu sekarang kamu harus tidur.” Ia kembali berbicara pada dirinya sendiri. Tidak lama memejamkan mata, Ia pun sudah terlelap dalam tidurnya tanpa mengetahui ada seseorang yang menertawai tingkah konyolnya sejak tadi dari balik pintu kamarnya.

***

Keesokannya, Mingyu benar-benar menjalankan rencananya. Pukul 7.00 pagi ia sudah dalam bis di perjalanan menuju sekolahnya. Setelah sampai, ia pun segera mencari spot yang bagus untuk hanya sekedar duduk tetapi tetap dapat dilihat oleh siswa SMP Moolim. Sekitar setengah jam ia duduk di bangku yang letaknya di bawah pohon di depan sekolah Moolim sambil berpura-pura membaca buku.

“Oke. Untuk hari ini sudah cukup.” Mingyu menutup bukunya dan bergegas menuju kelasnya.

***

Bel istirahat yang dinantikan oleh para siswa akhirnya berbunyi. Mereka segera berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka yang kelaparan. “ Hey Mingyu, ayo ke kantin!” teriak Seokmin dari kursinya.“ Duluan saja, aku harus meletakkan buku ini ke loker. Jawab Mingyu sambil menunjukkan buku matematikanya. “ Baiklah, kami tunggu di kantin.” Teriak Seokmin sambil menunjuk dirinya dan Soonyoung yang kemudian pergi.

Mingyu berjalan seorang diri ke loker. Ia mengeluarkan kunci lokernya dan membuka pintu lokernya. Alangkah terkejutnya ketika ia melihat sepucuk amplop berwarna biru tergeletak diatas buku-buku pelajarannya yang berantakan. Mingyu hampir saja berteriak namun ia tersadar ia bisa dikira orang gila karena berteriak tiba-tiba di suasana yang cukup sepi seperti ini. Ia segera meletakkan buku matematikanya ke loker dan memasukkan surat beramplop biru itu ke dalam saku celananya.

Ia berjalan mencari tempat yang sepi. Setelah agak lama mencari akhirnya ia melihat lorong menuju toilet guru yang dirasa cukup sepi. Ia pun segera bergegas ke lorong tersebut dan mulai membuka suratnya. Dikeluarkannya kertas tersebut dari amplopnya dan di bacanya barisan pertama.

“Untuk Mingyu yang selalu bersinar”. Mingyu melanjutkan membaca baris-baris selanjutnya.

 “ Mingyu Oppa, saat pertandingan final kamu bermain sangat baik. Kamu bahkan mencetak satu gol dari empat gol. Melihatmu di tengah lapangan seperti itu membuat hatiku berdegup kencang. Aku bersorak sangat kencang saat kamu berhasil mencetak gol agar kamu dapat mendengar teriakan bahagiaku. Oppa, maafkan aku karena telah lancang mengirimimu surat. Aku bahkan tidak mengetahui apa perasaanku pada mu yang sebenarnya apakah aku menyukaimu, atau hanya mengagumi atau bahkan mencintaimu. Sekian surat dariku, aku harap kamu akan terus menjadi Oppaku yang selalu bersinar sehingga tidak perlu merasa iri terhadap kakakmu Jisoo yang memang lebih tampan darimu.” Mingyu mengernyitkan dahinya membaca barisan terakhir dari surat tersebut. Ia pun membaca surat tersebut sampai kalimat akhir yang semakin aneh sampai ia melihat nama pengirimnya adalah Jisoo.

Mingyu tidak menyangka surat pertama yang diterimanya adalah surat yang dikirimkan oleh kakaknya yang sangat menyebalkan itu. Ia meremas surat itu dan membuangnya di tempat sampah. Ia masih tidak menyangka surat itu dibuat oleh kakaknya.  Ia merutuki kebodohannya dan kebahagiaannya yang sesaat tadi. Ia geli sekaligus kesal sampai tidak tahu harus berbuat apa. “ Sial, Jisoo.” Akhirnya hanya umpatan itu yang keluar dari mulutnya.

Mingyu pergi ke kantin untuk bergabung dengan Seokmin dan Soonyoung. Perutnya yang sudah lapar dan rasa kesalnya terhadap Jisoo membuat langkahnya menuju kantin menjadi lebih cepat. beberapa langkah lagi untuk sampai ke kantin, tiba-tiba langkahnya terhenti. Ia melihat Jisoo dan Jeonghan Hyeong yang sedang duduk di kantin bersama temannya yaitu Seokmin dan Soonyoung. Mingyu dengan cepat memutar badannya segera ingin menjauhi kantin karena ia yakin Jisoo akan mempermalukannya di depan teman-temannya. Namun, kesialan berpihak padanya. Jisoo telah melihatnya terlebih dahulu sebelum ia sempat memutar badannya.“ Hey, Adikku Mingyu yang selalu bersinar! Kamu mau kemana?” Tanya Jisoo sambil berteriak dan berusaha keras menahan tawa. Mingyu berpura-pura tidak mendengarnya dan tetap berjalan. “ Hey Mingyu, kenapa kamu terburu-buru seperti itu? kamu mau cepat-cepat membaca surat cinta dari Jisoo Hyeong ya?” Teriak Soonyoung dilanjutkan dengan tawa geli dari Seokmin dan Jisoo. Ternyata Jisoo sudah menceritakan semuanya kepada teman-temannya. Mingyu yang tidak kuat mendengar tawa mereka semua akhirnya berbalik badan dan berteriak. “ Awas kau Hyeong, akan aku adukan ke Mama.” Mendengar perkataan Mingyu barusan, Soonyoung, Seokmin dan terlebih Jisoo diam seribu bahasa tidak memercayai apa yang telah mereka dengar. Mingyu seorang yang paling percaya diri dan paling merasa paling tampan merupakan anak manja yang pengadu.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Tikakyu #1
Chapter 1: Hah sumpah ngakak bacanya saat Mingyu membaca surat dibarisan terakhir..
Tapi kasian juga Mingyu dikerjain oleh Joshua...
iceprince90
#2
YES AKHIRNYA ADA YG NULIS PAKE BAHASA!!!