Perjalanan Bisnis

Reality

Hari ini Sunggyu dan Woohyun di pertemukan kembali untuk membahas rencana perjalanan bisnis mereka keluar kota Seoul. Setelah sebulan Woohyun mendiamkan Sunggyu, akhirnya dia bisa menatap wajah sosok yang paling dia rindukan setelah keluarganya itu.

 

Sunggyu tak lagi sama. Kini rambutnya tak lagi berwarna caramel. Rambutnya kembali nerwarna hitam, gelap dan terlihat lebih lembut. Meski begitu, di mata Woohyun, Sunggyu tetaplah imut. Meski Sunggyu berusaha untuk terlihat lebih dewasa, dia selalu terlihat manja di hadapan Woohyun.

Seminggu lalu, ketika mereka pertama kali bertemu kembali, Sunggyu langsung memeluk erat Woohyun, mengatakan betapa dia merindukan sosok yang kini ia peluk erat dan betapa dia ingin menghabiskan waktu bersama Woohyun lagi seperti dulu. Woohyun susah payah mengatur keinginannya untuk mencium bibir ranum Sunggyu.

Hal itu tidak boleh terjadi.

Dan tidak akan pernah terjadi.

Sunggyu kini merupakan suami orang, memiliki ikatan yang tak pernah bisa Woohyun sentuh; dan tak akan pernah Woohyun tega untuk hancurkan.

"Jadi, kita akan menginap di Hotel Jeolla selama 3 hari 2 malam?" tanya Sunggyu sambil membolak-balikkan lembaran file yang ada di genggamannya. Woohyun yang sedari tadi hanya memperhatikan wajah Sunggyu bergumam pelan untuk menjawab,"Hmm..."

"Okay," sahut Sunggyu.

Setelah dia puas memeriksa file, dia mendongak dan mendapati Woohyun sedang menatapnya. Meski begitu, Woohyun sama sekali tidak mengalihkan pandangannya. Justru, tatapannya semakin dalam. Seolah-olah menjalarkan sebuah hasrat yang sulit untuk Sunggyu utarakan, merasuk ke dalam jiwa Sunggyu. Membuat pria yang lebih tua 2 tahun itu merasakan salah tingkah dan wajahnya memanas. 

Sunggyu mengalihkan pandangan lebih dulu.

"Ugh, Hyunie...mau makan siang bersama?"

Pertanyaan Sunggyu membawa sebuah senyuman lebar di wajah Woohyun. Rona merah di kedua pipi Sunggyu membawa perasaan bahagia yang lama Woohyun rindukan kini kembali menjalar di tubuhnya. Perasaan itu masih ada, membekas dan berakar di hati Woohyun. Dan, Woohyun akan terus memperjuangkannya.

"Tentu, hyung! Asal kamu yang traktir..."

Jawaban Woohyun di sambut kekehan khas Sunggyu, yang terdengar begitu merdu di telinga Woohyun.

***

Sunggyu merebahkan dirinya di salah satu kasur yang ada di ruangan hotel. Perjalanan menggunakan pesawat membuat tubuhnya semakin lemah dan pusing yang tiba-tiba melanda. Melihat itu, Woohyun tertawa geli. Dia tidak percaya sosok yang kini sedang memejamkan mata di atas kasur tanpa melepas sepatunya adalah sosok yang lebih tua darinya.

"Gyu, ganti baju dulu. Atau mandi sekalian," saran Woohyun sambil masih sibuk berjalan menempatkan koper mereka di kamar kamar bertipe Suite dengan dua buah tempat tidur itu. Woohyun tentu saja kecewa, dia berharap dapat kamar dengan double room agar bisa memeluk Sunggyu. Tapi, tentu saja itu sebuah harap yang tak akan pernah terjadi. 

Sunggyu yang mendengar Woohyun memanggilnya dengan hanya 'Gyu' tanpa dia sadari merona merah. Sudah beberapa hari ini Woohyun tak lagi memanggilnya dengan sebutan Hyung. Sunggyu bukannya tak suka, mungkin karena belum terbiasa dia akan merona secars tiba-tiba dan jantungnya merespon dengan cepat.

"Kau saja yang mandi dulu, Hyunie." Sunggyu menjawab dengan masih memejamkan matanya.

Woohyun menghentikan kegiatannya membuka isi kopernya, terkekeh dan mendekat kearah Sunggyu.

"Okay, tapi...buka dulu sepatumu ini," sahut Woohyun yang dengan cepat meraih kaki Sunggyu untuk membukakan sepatu dan kaos kakinya. Sunggyu tentu saja kaget, namun terlalu lambat untuk bereaksi. Woohyun masih terkekeh. Sunggyu kini mendudukkan dirinya di kasur, terlalu malu untuk berkomentar.

Setelah selesai, Woohyun menatap lekat ke dalam kedua mata cokelat Sunggyu. Tanpa berkedip. Membawa perasaan aneh yang hingga kini Sunggyu tidak dapat mengerti. Perasaan senang dan juga perasaan takut di waktu bersamaan. Perasaan nyaman yang bahkan tak pernah Sunggyu rasakan meski ketika bersama Soyu sekalipun. Bahkan ketika Sunggyu berikrar setia di hadapan pendeta di hari pernikahannya, perasaan ini tidak pernah muncul di benaknya. Mengapa hanya di hadapan Woohyun?

Sekian lama mereka saling menatap, Woohyun akhirnya memutuskan untuk beranjak. Sebelum berdiri, Woohuyun menarik tangannya untuk mengelus rambut Sunggyu yang sedari awal sudah sangat ingin dia sentuh sambil berkata dengan suara perlahan yang membuat Sunggyu meremang,"Aku akan mandi terlebih dahulu. Istirahatlah."

***

Sunggyu terbangun dengan suasana kamar yang remang. Tubuhnya terasa benar-benar lelah. Dia mengambil hand phone yang sebelumnya dia charge di nakas. Baterai sudah terisi penuh. Matanya memicing, menyesuaikan dengan cahaya layar hand phone yang terlalu terang. Pukul 03:57 dini hari. Mereka akan ada meeting tepat jam 08:00 pagi. Jarak dari hotel ke lokasi meeting hanya sekitar 15 menit, jadi setidaknya mereka harus bangun tepat pukul 07:00. Sunggyu biasa melewatkan sarapan, tapi dia tahu kalau Woohyun tidak.

Ada chat dari istrinya yang terlewat, Sunggyu otomatis membaca. Soyu menanyakan keadaannya. Tumben. Biasanya Soyu tidak pernah bertanya. Isterinya itu selalu sibuk dengan kegiatan modelnya. Bahkan, mereka terpaksa membatalkan jadwal bulan madu ke Paris karena Soyu tidak bisa menolak tawaran menjadi model untuk majalah Sar Magz yang memang menjadi majalah terbesar di Korea.

Sunggyu meletakkan kembali hand phonenya ketempat semula setelah membalas chat dari Soyu.

Kini, matanya fokus kepada sosok yang tertidur di kasur sebelahnya. Menghadap kearahnya seolah-olah sosok itu tertidur sambil melihat sosok Sunggyu.

Tentu saja Sunggyu merasa aneh dengan perilaku Woohyun akhir-akhir ini. Bahkan sedari awal mereka salin mengenal dan bertemu terus menerus di jadwal briefing kantor. Mereka dekat dengan cepat. Sangat. Woohyun memiliki karakter yang tidak di miliki oleh Sunggyu. Woohyun terbuka, dan menyenangkan. Berbeda dengan Sunggyu yang tertutup dan kaku.

Dengan perlahan Sunggyu menuruni kasurnya dan berjalan kearah sisi tempat tidur Woohyun. Menatap wajah yang tertidur pulas. Dia bahkan terlihat jauh lebih mudah. Begitu tenang.

Sunggyu duduk di sisi kasur, dengan sangat perlahab. Tak ingin sosok yang kini meringkuk dengan selimut tebal terbangun. Sunggyu tersenyum melihat jelas wajah Woohyun meski di bawah sinar remang lampu tidur.

"Kau memiliki wajah tampan," gumam Sunggyu sambil mengangkat tangannya dan menelusuri lembut wajah Woohyun. Rahang tegasnya, dan hidung mancungnya. Sunggyu tersenyum, perasaan nyaman yang sering dia rasakan kembali menyergap.

***

Woohyun tentu saja akan memaksa Sunggyu untuk sarapan. Mereka turun tepat jam 07:10, setelah Sunggyu selesai buru-buru mandi dan berpakain rapi. Woohyun bangun lebih pagi dari padanya. 

"Makanlah dengan tenang, jemputan akan datang tepat jam 8, jadi tak perlu khawatir," ucap Woohyun sambil meletakkan sosis dan roti panggang di pirinh Sunggyu. Sunggyu mengangguk.

"Mr. Takahasi tadi menelponku, menanyakan mengenai penyatuan perusahaan dan perubahan susunan karyawan. Dia menginginkanmu untuk menghubunginya," sambung Woohyun.

"Aku tidak mau karyawan kita di bawa ke sana semua. Personalia mereka yang tidak jelas, kok harus karyawan kita yang menutupi?" sahut Sunggyu sambil mengunyah sosinya.

Woohyun mengangguk-angguk mengerti.

"Setidaknya hubungi kembali. Bicarakan baik-baik atau atur jadwal pertemuan agar bisa segera selesai," saran Woohyun sambil meletakkan steak daging yang kini telah terpotong rapi di hadapan Sunggyu.

Sunggyu tersenyum senang. Sarapan tidaklah begitu buruk.

***

Mereka kembali kehotel tepat jam 9 malam. Mandi secara bergantian, dan kini duduk di sofa di hadapan tv sambil menegak wine yang Woohyun pesan.

Mereka menonton drama yang sebenarnya sering muncul di TV namun tidak pernah mereka ambil pusing untuk di tonton.

Woohyun tiba-tiba berdiri dan mengambil sebungkus besar keripik kentang dari kulkas.

"Wine dan keripik kentang?" tanya Sunggyu tak percaya. Kombinasi yang buruk.

"Aku tiba-tiba ingin mengunyah sesuatu," sahut Woohyun ambigu. Sunggyu tertawa kecil.

Mereka kembali menatap layar TV.

Saat iklan di putar, Woohyun memutuskan untuk memulai obrolan.

"Bagaimana keadaan isterimu?"

Sunggyu masih mengesap winenya tak langsung menjawab. Dia mengambil keripik kentang di tangan Woohyun dan mengunyah dengan keras. Beberapa serpihan melayang ke wajah Woohyun, namun Woohyun hanya tersenyum.

"Baik," wajah Sunggyu singkat.

"Hmm...." respon Woohyun. "Kalian bulan madu kemana?"

Meski hati Woohyun sakit menanyakan hal ini, tapi keingintahuannya akan kehidupan Sunggyu tak bisa di bendung.

"Kami tidak jadi bulan madu. Kau seharusnya tahu aku tidak ada mengambil cuti."

Woohyun sejujurnya tak tahu. Dia sibuk memblok semua akses yang bisa kepada Sunggyu saat itu.

"Oh, jadi? Kapan bakalan honeymoon?" Woohyun bertanya dengan nada menggoda.

"Entahlah...." sahut Sunggyu malas."Kami berdua sama-sama sibuk."

Woohyun mengangguk. Drama kembali di mulai, jadi dia memfokuskan tatapannya kembali ke TV. Sunggyu terus menyesap winenya sambil mengunyah keripik kentang. 

Saat di pertengahan cerita, tangan mereka sama-sama bertemu ketika ingin mengambil keripik kentang. Woohyun mendecak sebal dan memukul pelan tangan Sunggyu.

"Aku duluan!" teriaknya menyebalkan.

Sunggyu menarik kembali tangannya. Bodohnya, jantung Sunggyu berdegup kencang ketika tangan Woohyun tak sengaja menggenggam tangannya tadi.

Menyadari Sunggyu yang tak kunjung kembali memakan keripik kentangnya, Woohyun menoleh ke sampingnya bertemu tatap dengan kedua bola mata Sunggyu. Kali ini, Sunggyu tidak mengalihkan pandangannya seperti biasanya.

Woohyun pun enggan berpaling.

Hingga Sunggyu memecahkan susana diam antara mereka dengan berucap ragu-ragu,"Woohyun....aku...aku butuh memastikan sesuatu."

"Ya?" tanya Woohyun tak mengerti. 

Sunggyu melihat betapa manisnya wajah Woohyun ketika dia terlihat bingung. Betapa indahnya bibir tebal Woohyun meski di hiasi serpihan-serpihan keripik kentang.

Dengan tergesa-gesa, Sunggyu meraih bungkua keripik kentang yang terletak di antara mereka. Memajukan tubuhnya mendekati tubuh Woohyun, memejamkam matanya, dan menemukan bibirnya dengan bibir Woohyun.

Woohyun tentu saja kaget. Hal yang selama ini hanya ada sekedar menjadi bunga tidur, kini menjadi nyata di hadapannya. Woohyun bisa melihat dengan jarak begitu dekat betapa lentiknya bulu mata yang di miliki oleh Sunggyu, betapa halusnya kulit wajah yang dia miliki.

Tak mendapatkan respon apa-apa dari Woohyun, Sunggyu merasa semakin sangat gugup. Bagaimana jika Woohyun kini membencinya? Dan mengapa dia nekat mencium Woohyun? Apa yang ada di pikirannya sampai begitu nekat? Namun perasaan hangat dan nyaman lagi-lagi menjalar, membuat jantungnya enggan untuk berhenti berdetak kencang.

"Maaf, Hyunie. Aku..." Sunggyu berdiri panik namun segera di tarik kembali oleh Woohyun.

"Gyu..." panggilnya perlahan sambil mengelus lembut tulang pipi Sunggyu. "Jika kau ingin memastikan sesuatu, kau harus mencari tahu dengan sungguh-sungguh."

Woohyun menarik tubuh Sunggyu dan mendudukkannya di pangkuannya. Tersenyum manis, lalu menarik tengkuk Sunggyu agar mendekati wajahnya.

"Aku juga perlu memastikan, apakah ini benar-benar nyata," ucap Woohyun dengan suara berat membuat kuduk Sunggyu meremang.

Dengan cepat Woohyun melumat bibir Sunggyu. Merasakan wine dan rasa manis di setiap belaian lidahnya di rongga mulut Sunggyu.

Oleh erangan yang di lontarkan oleh Sunggyu, Woohyun akhirnya yakin bahwa ini benar adalah nyata.

Sunggyu mengeratkan pegangannya di leher Woohyun, mengikuti pergerakan bibir sosok yang membuatnya seakan-akan mabuk melebihi sebotol wine. Sunggyu tak pernah merasakan senyaman ini, semelayang ini, sebegini bahagianya. Betapa Sunggyu merasa butuh untuk memeluk seseorang dengan erat, merasa butuh untuk tidak melepaskanya.

Di sela ciuman yang semakin memanas, Sunggyu tersenyum tanpa berpikir untuk segera melepas.

******

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
inspiritwgs
#1
Chapter 5: When will the update be authornim? :D
NewclearWGS_28
#2
Chapter 5: WoW... aku baru nemu ni ff...
Suka...
Tpi gmn nadib mrka slnjutnya... ap ini bkal dlnjut lgi???
Q berharap iya... ya ya ya authornim... please... ??
ain112 #3
Chapter 5: Wah FF ini diupdate lagi
yulianichang #4
Chapter 4: Baru baca ini setelah lihat2. Dan sangat menyakitkan jadi woohyun ya kapan dilanjut? ada keinginan untuk lanjut?
gari_chan #5
Chapter 4: kira" woohyun mau ngapain ya???
gari_chan #6
Chapter 3: berakhir menyedihkan, kenapa harus sampe nikah. kirain di pasrt ini woohyun bakal bilang ke sunggu kalo dia cinta ama sunggyu tapi ternyata ah sudah lah
ShinSucil #7
Chapter 2: Uyon semangat!!!! Luluhkan hati Gyu!!!!!

Author-nim, lanjut....
kokonut #8
Chapter 2: hufftt...nyesek nih bcanya...lanjut ya..
snugyu28 #9
Chapter 2: Bagus ini ffnya! Dilanjut dong
kokonut #10
Chapter 1: yaaa...ayo woohyun berjuang dapetin gyu...aku dukung 500 %....