Bad Luck

Reality

Kenyataan selalu pahit dimata sosok seorang Nam Woohyun. Meski usianya sekarang beranjak berkepala dua dan separuh dari kepala tiga, namun dia masih tetap merasa tidak cukup dewasa. Baik secara mental dan emosi. Usia 25 tahun merupakan usia riskan bagi Woohyun. Woohyun tentu saja melalui masa remaja layaknya remaja yang lain. Menghabiskan waktu bersenang-senang, sosialisasi merupakan keahlian Woohyun. Woohyun mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, cepat tanggap dan mudah untuk mencairkan suasana. Hal itulah yang membuat Woohyun bisa berada di posisinya sekarang, sebagai Branch Manager di bagian Marketing dan Pemasaran di salah satu perusahaan terkemuka. Posisi Woohyun membuat dia menunjukkan keahlian bernegosiasinya, membaca situasi, dan membaca sifat orang-orang baru yang dia temui dengan tepat. Namun, Woohyun selalu merasa bahwa apa yang telah dia raih sekarang tidaklah cukup.

Woohyun menyukai pekerjaannya. Tentu saja, 5 tahun bekerja cukup menunjukkan bahwa  Woohyun menikmati pekerjaannya. Namun ada sesuatu yang sulit untuk di ungkapkan, sulit untuk Woohyun artikan membebani hari-harinya akhir-akhir ini.

Woohyun bukanlah sosok yang terbuka. Woohyun akan mendengarkan curhatanmu semalaman suntuk, atau bahkan mungkin seminggu penuh, namun dia tidak akan menunjukkan kepadamu kekhawatiran yang dia sesungguhnya miliki sendiri dihadapanmu. Dia akan memberikanmu nasihat, namun dia tidak akan pernah berbagi kegelisahannya kepadamu kecuali kau adalah sosok yang dia percayai, dia hormati, dia segani, dan untuk mendapatkan hal itu sungguhlah tidak mudah.

Woohyun akan mendengarkan pendapatmu, dan memikirkan segala aspek kemungkinan. Namun, dia tidak akan pernah dengan mudah setuju dengan pendapatmu itu. Dia menyukai perdebatan. Woohyun menikmati perdebatan. Dan dia sangat keras kepala.

Dengan segala kelebihan dan kekurangannya Woohyun menjalani kehidupannya dengan rutinitas yang akhir-akhir ini membuatnya sangat bosan. Kenyataan selalu berkesan membosankan bagi Woohyun. Woohyun pernah bermimpi untuk memiliki perusahaan sendiri, dan memperkerjakan orang lain di posisi dia sekarang. Dia sendiri akan berlibur, berkeliling dunia bersama seseorang- atau sendirian juga tidak masalah. Nam Woohyun adalah sosok independen, jadi sendirian tidaklah masalah. Mungkin karena keinginan terpendam tersebutlah yang membuat Woohyun sangat bosan akhir-akhir ini.

Woohyun menghela napas berat. Mencoba untuk menenangkan pikirannya yang terbang entah kemana, merasa tidak puas dengan kenyataan.

Sosok wanita dengan tampilan elegan menghampiri meja Woohyun, membuat Woohyun memperbaiki  posisi duduknya dan memasang senyuman bisnis seketika.

“Soyu-si” sapa woohyun dengan senyuman mengambang, meski hatinya berteriak agar dia tidak memberikan senyuman kepada sosok wanita dengan pakaian ketat membalut tubuhnya yang gemulai dengan sempurna. Woohyun membenci kenyataan bahwa Soyu memiliki tubuh sempurna- yang tidak akan pernah Woohyun miliki karena Woohyun seorang pria!

“Woohyun-sii, Sunggyu mana?” tanya Soyu dengan senyuman dipaksakan, yang jelas di sadari  oleh sosok Woohyun. Tidak masalah bagi Woohyun karena Woohyun juga  memang tidak pernah menyukai sosok Soyu. Meski dia seperti sosok malaikat dimata Sunggyu. Satu kenyataan pahit lagi bagi Woohyun adalah Soyu merupakan kekasih Sunggyu!

“Oh, Sunggyu hyung sedang ada meeting dengan Jungyeop-si. Ku rasa sebentar lagi akan selesai.”

Woohyun memperhatikan cara Soyu melangkah dengan percaya dirinya mengenakan high heels membuat Woohyun berpikir untuk menambah ketebalan insoles sepatunya di lain hari.

“Kalau begitu aku akan menunggu di meja kerja Sunggyu," ucap Soyu sambil melangkah cepat kearah seberang ruangan dimana meja kerja Sunggyu berada tanpa segan untuk menutupi ketidak senangannya atas keberadaan Woohyun diruangan kerja Sunggyu.

Woohyun menyadari sikap tidak bersahabat Soyu terhadapanya. Sikap Soyu semakin menunjukkan ketidaknyamananya semenjak Woohyun terpaksa pindah keruangan Sunggyu karena ruangan untuk Branch Manager Marketing Pemasaran sedang mengalami renovasi. Jungyeop menyarankan Woohyun untuk sementara menggunakan ruangan yang sama  dengan Sunggyu karena mereka sudah cukup lama saling mengenal dan jabatan mereka sama-sama merupakan Branch Manager meski Sunggyu merupakan Branch Manager khusus untuk bagian Marketing Personalitas Perusahaan.

Deretan kenyataan pahit yang harus Woohyun hadapi. Soyu seringkali menemui Sunggyu di ruangan ini, dan Woohyun tidak ingin pikirannya melanjutkan skenario apa yang Sunggyu dan Soyu bisa lakukan hanya berdua di balik pintu yang tertutup rapat. Tentu saja ciuman pasti menjadi hal yang mungkin mereka lakukan. Tapi, ciuman saja membuat Woohyun merasakan keinginan untuk muntah dan tidak ingin untuk melihat Sunggyu lagi. Woohyun tidak ingin perasaannya semakin mendalam hingga sulit untuk di hilangkan nantinya. Sunggyu merupakan sosok pertama yang menarik hati Woohyun. Woohyun tidak pernah jatuh cinta kepada sosok sesama pria sebelumnya, hey menyadari bahwa dirinya menyukai Sunggyu, memiliki perasaan yang lebih dari sekedar rekan kerja, perasaan lebih dari sekedar sahabat dekat cukup membuat Woohyun menghindari kenyataan berkali-kali, mencoba menjauhi sosok Sunggyu sebisa mungkin, mencoba untuk memutuskan kontak dengan Sunggyu dan mencoba untuk menghadapi kehidupan tanpa ada unsur Sunggyu, namun semua sungguh sulit untuk Woohyun. Selayaknya gravitasi, sosok Sunggyu dengan mudahnya kembali hadir memporak-porandakan hati dan pikiran Woohyun, Sunggyu akan terus beredar di sekitar Woohyun...kenyataan itu membuat Woohyun tidak bisa membayangkan jika suatu hari nanti Sunggyu menghilang dari peredaran hidupnya, berbalik menjadi peredaran untuk sosok Soyu. Woohyun tidak mampu membayangkannya. Kini, Woohyun bisa menghela udara yang sama dengan Sunggyu, tapi Woohyun tidak tahu apakah hal yang sama masih bisa dia miliki ketika Sunggyu berbahagia dengan Soyu? Apakah Sunggyu akan terus mengingat Woohyun dan beredar di dekat Woohyun?

Sunggyu memasuki ruangan dengan cookies memenuhi kedua tangannya. Senyuman lebar menghiasi wajahnya yang semakin tirus akhir-akhir ini. Rambut cokelat karamel yang terlihat lembut dan membuat Woohyun menjadi ketagihan dengan Caramel Machiatto itu bergerak lembut, tergerai alami membuat Woohyun menganga tanpa dia sadari.

“Hei, cookies,” sapa Sunggyu sambil meletakkan bungkusan-bungkusan cookies di meja kerja Woohyun. Woohyun ingin mengucapkan terimakasih, namun tidak jadi karena suara lembut – yang terdengar dibuat-buat di telinga Woohyun memanggil Sunggyu.

“Baby.”

Soyu melangkah kearah Sunggyu berdiri, memeluk tubuh Sunggyu yang semakin terlihat kurus, dan tidak lupa memberikan kecupan kecil tepat di bibir mungil Sunggyu. Woohyun merasakan hatinya tiba-tiba terasa nyeri. Woohyun mengalihkan pandangan, memfokuskan kearah cookies yang kini terlihat seakan-akan sedang mengejek Woohyun. Mengejek kenyataan bahwa Sunggyu bukanlah milik Woohyun, melainkan milik seseorang yang sama mengagumkannya seperti sosok Soyu.

“Babe, kau tidak memberitahuku kalau mau mampir,” Sunggyu meletakkan sebelah tangannya di pinggang ramping milik Soyu, semakin membuat Woohyun ingin berlari dari ruangan.

Sunggyu memang seperti itu. Sunggyu sosok yang setia dan jujur. Dia benar-benar mencintai Soyu, dia benar-benar bersikap gentle kepada Soyu, mereka saling mencintai...tentu saja perilaku penuh cinta seperti panggilan sayang dan gerakan kecil  namun berarti seperti yang di lakukan oleh Sunggyu muncul begitu saja, secara alami meski di hadapan sosok Woohyun yang kini seakan-akan tidak terlihat oleh dua makhluk yang sedang di mabuk cinta itu.

“Aku ingin kita makan siang bersama. Aku kangen...” Soyu mendekatkan tubuhnya, semakin dekat kearea pribadi Sunggyu. Woohyun yang berusaha tidak perduli, tetap tidak bisa menahan perasaan berat dan nyeri dihatinya membuat dirinya tanpa sadar berdehem dan meremas bungkusan cookies dengan keras sehingga menimbulkan suara kresek yang keras, membuat tubuh Sunggyu refleks mendorong tubuh Soyu untuk menjauh.

“Ugh, tentu. Kita bisa pergi sekarang," ucap Sunggyu dengan canggung, yang benar-benar disadari oleh Woohyun dan Soyu. “Hyunie, apa mau bergabung dengan kami?”sambung Sunggyu sambil tersenyum manis, membuat Woohyun mencoba mencari tahu apakah Sunggyu mengajak hanya sekedar untuk basa-basi atau dia memang menginginkan Woohyun untuk pergi bersama.

Di sisi lain, Soyu tidak segan-segan untuk menunjukkan ekspresi tidak senangnya. Soyu memberikan pandangan sinis kearah Woohyun. Namun, ucapan yang dia lontarkan membuat Woohyun berkedip tak percaya.

“Hmm, benar Woohyun oppa, jika kau mau kau bisa bergabung dengan kami. Pasti akan lebih seru.”

Soyu memberikan tatapan seakan membunuh kepada Woohyun setelah dia mengucapkan kata-kata itu. Saat itulah Woohyun baru ingat bahwa Soyu sungguh hebat berakting. Profesinya sebagai model memberikannya keahlian yang luar biasa.

Sunggyu tanpa sengaja mengelus rambut Soyu dengan perlahan sambil tersenyum bangga setelah mendengar ucapan Soyu kepada Woohyun. Bagi Sunggyu, Soyu adalah sosok yang pengertian dan sunggguh sangat feminim. Sunggyu menyukai sosok yang lembut, sekaligus pengertian sepeti Soyu. Meski mereka baru 5 bulan menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, Sunggyu merasa nyaman berada di dekat sosok Soyu.

Woohyun tahu seharusnya dia menolak ajakan tulus Sunggyu. Apalagi Soyu jelas-jelas menunjukkan ketidak senangannya kepada Woohyun. Kenyataan pahit.

Namun, Woohyun yang sudah sering berlari dan menghindar dari kenyataan memilih untuk merubah kenyataan pahit ini menjadi sedikit lebih menarik. Woohyun  tidak ingin semua berakhir begitu saja, Woohyun tahu dia tidak akan bisa memiliki Sunggyu, tidak akan pernah...tapi Woohyun hanya menginginkan sosok Sunggyu untuknya. Meski takdir menentang, meski kenyataan tidak akan pernah berpihak kepada Woohyun, Woohyun ingin tetap menentukan jalannya sendiri. Woohyun tetap dan hanya menginginkan sosok Sunggyu. Meski terdengar bodoh dan egois, Woohyun tetap membiarkan harapan sekecil apapun, kesempatan sejarang apapun untuk tetap tumbuh dan berkembang, membuatnya untuk tetap bisa memiiki Sunggyu suatu saat ini. Untuk saat ini, Woohyun ingin mengesampingkan perasaan berat di hatinya, membiarkan waktu berjalan apa adanya.

“Tentu. Dengan senang hati. Sunggyu hyung yang traktir, kan?” sahut Woohyun dengan senyuman lebar.

***

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
inspiritwgs
#1
Chapter 5: When will the update be authornim? :D
NewclearWGS_28
#2
Chapter 5: WoW... aku baru nemu ni ff...
Suka...
Tpi gmn nadib mrka slnjutnya... ap ini bkal dlnjut lgi???
Q berharap iya... ya ya ya authornim... please... ??
ain112 #3
Chapter 5: Wah FF ini diupdate lagi
yulianichang #4
Chapter 4: Baru baca ini setelah lihat2. Dan sangat menyakitkan jadi woohyun ya kapan dilanjut? ada keinginan untuk lanjut?
gari_chan #5
Chapter 4: kira" woohyun mau ngapain ya???
gari_chan #6
Chapter 3: berakhir menyedihkan, kenapa harus sampe nikah. kirain di pasrt ini woohyun bakal bilang ke sunggu kalo dia cinta ama sunggyu tapi ternyata ah sudah lah
ShinSucil #7
Chapter 2: Uyon semangat!!!! Luluhkan hati Gyu!!!!!

Author-nim, lanjut....
kokonut #8
Chapter 2: hufftt...nyesek nih bcanya...lanjut ya..
snugyu28 #9
Chapter 2: Bagus ini ffnya! Dilanjut dong
kokonut #10
Chapter 1: yaaa...ayo woohyun berjuang dapetin gyu...aku dukung 500 %....