THE JOURNEY OF KEN

 

Characters :

SEHUN & LUHAN (MAIN)

Other exo member

Category :

PG (WARNING -BOYS LOVE)

Chapt. 1

 

“Hanya sebuah harapan suci yang berasal dari lubuk hati yang dapat menghidupkan ku, aku benar benar sangat senang dapat hidup bersama mu walaupun tidak seperti halnya manusia normal aku selalu berharap agar dapat merasakan sakitnya tusukan jarum kecil di ujung jari telunjukku”

 

Oh Sehun adalah seorang laki-laki yang tidak banyak menunjukan ekspresi di depan orang lain selain keluarganya ketika senang bahkan pun sedih ekspresi nya selalu datar seperti tidak pernah ada hal yang terjadi di dalam hidupnya tapi walaupun begitu ia adalah seorang anak yang memiliki kepekaan yang hebat terhadap perasaan seseorang dengan wajah munggil dan bibir tipis berwarna pinknya juga mata yang tajam sangat mendukung anggapan seseorang bahwa dia adalah seseorang dengan kepribadian yang super cuek dan kuat. Ia berasal dari keluarga yang berkecukupan ia hanya di besarkan oleh sang ayah namun sudah beberapa tahun ini ayahnya merintis bisnis boneka barbie yang semakin tahun semakin maju dan juga penjualanannya sudah sampai ke luar negeri. Ayahnya sering sekali mondar-mandir ke luar negeri karena pekerjaannya itu dan harus meninggalkan sehun di Korea namun ayahnya tidak setega itu meninggal sehun sendirian dengan umur nya yang masih 8 tahun ayahnya menitipkan sehun kepada sang kakek yang masih cukup kuat untuk di tunggangi sehun berkeliling ruangan keluarga selama beberapa menit. Ayah sehun adalah orang yang sangat pekerja keras dan membuatnya selalu  sibuk sehingga hanya dapat menengok anaknya beberapakali bahkan hanya 1 kali dalam setahun. Kehidupan sehun bisa dikatakan segalanya terpenuhi,  namun tidak untuk kasih sayang dari kedua orangtuanya. Sehun bukan lah orang yang pandai bergaul apalagi semenjak ayahnya merintis bisnis di luar negeri sehun terpaksa harus pindah rumah dan tinggal di rumah kakeknya yang terletak cukup jauh dari tempat tinggalnya yang lama dan tempat tinggal barunya ini terasa sangat sepi karena lumayan jauh dari kota apalagi ketika malam tiba yang terdengar hanyalah suara jangkrik yang terus berderik sepanjang malam dandi sepanjang jalan hanya di terangi oleh beberapa lampu jalan yang terpasang di setiap rumah tidak banyak yang  masih menyala terang kebanyakan sudah redupbahkan telah mati sehingga membuat penglihatan tidak dapat terfokus dengan baik walaupun begitu itu adalah perumahan yang besar dan terdapat banyak rumah dengan arsitektur yang unik, mewah, indah, bahkan sampai yang  berbau mistis tersusun dari kota hingga jauh dari kota. Namun, di blok perumahan yang sehun tempati sekarang kebanyakan dari mereka telah mengosongkan rumah mereka karena memiliki apartement di dekat kota yang lebih mudah di jangkau setelah pulang bekerja, sesekali mereka datang ke rumah hanya untuk refreshing akibat jenuh dengan pekerjaannya.

Ayah sehun adalah seseorang yang memiliki kepribadian yang bijaksana dan sangat tanggung jawab juga ia seseorang dengan hati yang lembut. Orang pun dapat mengetahui kepribadiannya walaupun hanya dengan melihat raut wajahnya saja yang putih halus tanpa ada jerawat di sekitar wajah tampannya dan terlihat semakin lembut ketika ia tersenyum. Tubuhnya tidak terlihat begitu tinggi namun ia berjalan dengan tegap dan gagah layaknya seorang jendral.

——————————————————————————————————————————————————————————————————————

Suatu saat sehun pernah menelfon ayahnya ia merasakan rindu yang sangat menggebu hatinya sehingga membuatnya ingin terus menangis tak kuasa menahan pukulan di hatinya yang semakin keras.Ia meminta ayahnya untuk segera pulang menemuinya di Korea namun ayah menidak bisakan keinginan sehun dengan cepat namun kata katanyabegitu lembut sehingga membuat sehun mejadi cukup tenangnamun beberapa saat sehun terdiam dan mencoba menahan tangis yang membendung.

 “aku benar benar sangat rindu sekali dengan appa bisakah kita bertemu sebentar saja untuk beberapa detik aku sangat rindu dekapan hangat appa!!”

Sehun mengigit bibir bawahnya dan mematikan teleponnya lalu menghentakan teleponnya dengan keras ke meja. Ia tidak pernah berpikir untuk mengatakan hal itu sebelumnya kata-kata itu terucap murni dari dalam hati sehun yang paling dalam. Suara isak tangis sehun semakin menjadi saat semakin banyak hal-hal yang terlintas di benak masa lalu nya bersama sang ayah yang selalu mendekapnya penuh dengan kasih sayang yang selalu membuat sehun merasa nyaman dan selalu hangat ketika memeluknya, hampir setiap waktu mereka jalankan hanya berdua sang ayah selalu mengajaknya bermain seharian penuh hingga sampai malam tiba lah yang menghentikan kesenangan mereka berdua, sang ayah tidak pernah meninggalkan sehun sendirian ia selalu bersamanya bahkan tidur pun bersama satu ranjang  yang sebenarnya hanya berkapasitas untuk satu orang dewasa yang berbadan cukup besar namun karena tubuh sang ayah yang tidak berotot dan terbilang kecil juga dengan tubuh kurus sehun yang ringkes sehingga kasur itu cukup untuknya dan sang ayah. Ketika sehun ingin tidur ia selalu meminta ayahnya untuk mengusap punggung telapak tangannya hingga ia dapat tertidur dengan lelap. Sehun selalu takut ketika hujan turun dengan lebat pada malam hari dan suara gemuruh petir terdengar hingga membuat pintu dan jendela kamar bergetar yang membuat suasana malam semakin dingin dan kesunyian malam melenyap karena iringan suara derasnya air hujan yang menjatuhi atap ruangan kamar mereka yang hanya berukuran 4,5x8 meter itu, karena adanya sentuhan hangat sang ayah sehun tidak pernah takut dengan itu semua.

Semua itu tidak akan terulang kembali hanya menyisakan kenangan. Semenjak usaha ayahnya semakin berkembang pesat perlahan kasih sayang dan waktu bermain sehun dengan sang ayah semakin berkurang dan kini telah lenyap sepenuhnya bahkan untuk berhubungan lewat telepon saja seminggu hanya bisa satu kali dan itu hanya untuk mengungkap seberapa rindu sehun dengan ayahnya, tapi dari dulu sehun sudah paham kalau ayahnya itu seorang bussiness man maka ia selalu memaklumi pekerjaannya itu.

Sehun terus memandangi telepon rumah yang tergeletak di meja berharap ayahnya akan menelfonnya kembali dan merubah pikirannya.

Sehun masih terlalu kecil untuk merasakan semua pahitnya kenyataan, namun dengan itu ia selalu belajar untuk menjadi lebih dewasa ia selalu mencoba terlihat tegar di depan sang kakek dan teman sebayanya di sekolah. Keseharian sehun di sekolah ketika jam kosong hanyalah duduk di tempat duduknya yang letaknya paling pojok dengan jendela yang selalu terbuka sembari membaca sejumlah buku cerita yang terus di belikan sang kakek ketika sehun telah membaca semuanya sampai habis ia selalu mendapatkan buku cerita baru dengan cerita yang berbeda-beda, tapi sehun tidak pernah mau membaca buku cerita selain yang bertema tentang keluarga. Sehun sangat berkeinginan keluarganya akan seperti di dalam semua buku cerita yang pernah ia baca yang selalu berakhiran dengan happy ending. Suatu saat sang kakek lupa untuk membelikan buku cerita baru kepada sehun karena sang kakek sedang tergeletak lemah di rumah sakit dengan selang infus dan tabung oksigen yang besar di samping ranjangnya, setiap pulang sekolah sehun selalu berkesempatan untuk menjenguk kakeknya bahkan ketika hari libur ia suka menginap di ruangan sang kakek.

——————————————————————————————————————————————————————————————————————

 

Sehun berjalan mewati lorong yang tidak begitu panjang hanya sekitar 10 meter dengan penerangan dari sinar matahari yang mencoba merambat masuk kedalam lorong tersebut  sehun terus menelusurinya sebelum lorong itu habis dan sengatan matahari mengenai kulit putihnya, sehun melihat papan kecil bertuliskan “LIBRARY” dari sudut pandang kanan nya ia memasuki sebuah ruangan yang di penuhi buku-buku yang tersusun rapih di setiap rak ia menghampiri setiap rak buku yang adaa di dalam ruang itu matanya terus mencari papan yang bertuliskan “BUKU CERITA”. Jaraknya sekitar 2 meter dari rak buku yang di cari ia dapat melihat buku yang tidak tersusun dalam barisan buku sekitarnya melainkan letaknya menghadap keluar sehingga cover nya dapat terlihat. Buku tersebut bercoverkan keluarga kerajaan dengan sepasangan pangeran dan ratu yang terlihat sangat bahagia tersenyum mendekap anak-anak mereka yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, sehun mencoba menggapai buku itu dengan terjinjit-jinjit hingga sampai ia dapat meraih buku itu dan membawanya ke meja yang lebar di sudut ruangan dan terdapat beberapa bangku kosong yang tersusun rapat dengan meja. Ia duduk di pinggiran jendela agar dapat membaca dengan jelas hanya dengan penerangan sinar matahari yang menembus masuk lewat kaca jendela ia membuka lembaran buku yang kesat secara perlahan sambil melihat gambar gambarnya di setiap halaman, halaman demi halaman ia baca dengan teliti dan serius sampai bel masuk kelas berbunyi ia tidak menyadarinya ia terus membacanya tanpa melihat jam dinding besar yang terpasang di dinding tengah ruangan itu.

“Hei”

Suara pelan namun tegas itu terdengar jelas di telinga mungil sehun.

Mata sehun mencoba melirik perlahan ke arah suara itu berasal terlihat sepatu dengan ukuran yang besar tampak mengkilap dan memantulkan cahaya matahari dengan celana hitamnya yang melekat di sepasang kaki panjangnya membuat sehun semakin penasaran siapa orang itu? Ia ingin melenyapkan rasa penasarannya dan terus melirikan tatapannya kepada orang itu perlahan badannya mulai terlihat jelas perawakannya tegap dengan kemeja putih melekat di tubuhnya yang telah di setrika rapih tanpa ada lipatan sedikit pun dihiasi dengan dasi panjang berwarna hitam yang terpasang rapih di kerah kemejanya dan terdapat nametag bertuliskan “CHANYEOL PARK” dengan huruf kapital dan tebal, tubuhnya benar-benar sangat tinggi sehingga membuat wajah sehun terangkat ketika melirik wajahnya. Rambut tertata dengan rapih dengan gaya belah pinggir dan berwarna hitam pekatia juga mengenakan kacamata dengan frame berwarna coklatpria itu berjalan perlahan menghampiri sehun.

“Tidak kah kamu mendengar suara bel?” ujar pria itu dengan suara yang tidak begitu keras namunjelas

Sehun menutup buku ceritanya dengan cepat dan menyelipkannya di antara legan dan pinggangnya lalu berjalan cepat keluar rungan itu.

——————————————————————————————————————————————————————————————————————

 

Setiap malam menjelang ulang tahunnya, ia tidak pernah dapat tertidur lelap ia selalu menunggu pesan atau panggilan dari ayahnya yang ia yakini akan menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padanyaia sangat ingin mendengar suara sang ayah  menyanyikan selamat ulang tahun untuk nya, terakhir ia mendengar sang ayah menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya ketika sehun masih berumur 7 tahun. Kenyataannya sudah lewat dari jam 12 malam KST sang ayah tidak juga menghubungi sehun hingga pagi tiba ia tetap terjaga kedua matanya sudah terlihat bengkak karena semalaman menangis.

“Mungkin dia sedang mengerjakan pekerjaannya sehingga tidak pernah sempat melihat tanggalan atau mungkin handphone nya baru dan tidak sempat menandakan ulang tahun ku di kalendernya”

Sehun bangkit dari kasur empuknya berjalan perlahan menuju jendela kamarnya dan membukanya ia menghirup kuat udara segar pagi sembari menutup matanya.

“Tok tok tok”

Suara ketukan pintu dari luar kamar terdengar jelas sehun langsung membalikan badannya spontan terkejut ketika ia akan melangkahkan kaki kanannya

“klek.. ”

Pintu terbuka perlahan di balik pintu kamarnya terlihat sosok pria yang berperawakan tidak asing namun mencoba menutupi dirinya dengan boneka barbie yang sangat besar, wajah orang tersebut tidak terlihat karena terhalangi oleh kepala boneka barbie yang besar itu. Perlahan orang itu mendekati sehun sekitar 5 langkah dari posisi sehun ia menjajarkan boneka barbie itu di samping kanannya dan memegang pundak barbie itu.

Kakeknya selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya ia selalu tersenyum dengan lembut ketika mengucapkan itu, sang kakek memeluk sehun.

Wajah sehun terlihat tidak begitu senang, ia memanyunkan bibir tipis kecil nya. Sang kakek tidak terlalu memperdulikan perasaan sehun ketika ia mendapatkan kado itu ia memilih untuk keluar dari kamar dan meninggalnya bersama boneka barbie itu.

Ketika sang kakek sudah tidak terlihat lagi di ambang pintu, sehun mendekati boneka barbie itu yang tergeletak di atas tempat tidur sehun lalu ia memegang boneka itu sambil melihatnya dengan rinci terlihat kulit nya sudah ada noda noda hitam yang sulit di hilangkan dan juga rambutnya tidak begitu rapih, namun gaunnya masih terlihat bagus juga sepatu kacanya yang kecil dan mengkilap.

Ia melihat secarik kertas kecil yang terlipat menjadi dua dan berwarna putih menempel di balik telapak tangan si barbie itu, sehun mengambilnya dengan hati hati khawatir kertasnya akan sobek karena di rekatkan oleh solatip bening. Kertas tersebut berisi penuh dengan tinta pulpen berwarna hitam dengan tulisan tangan yang tersusun rapih di setiap barisnya.

Air mata sehun jatuh satu demi satu tepat di atas surat itu sehingga membuat tinta pulpennya luntur beberapa kata, ia yakin benar bahwa yang mengirimkan surat ini adalah dari ayahnya langsung sehun terisak sambil memejamkan mata agar airmatanya tidak terus mengalir.

Setiap tahun ia mendapatkan kado dari ayahnya yang berukuran sangat besar dan masih baru. Tapi tetap saja sehun tidak terlihat senang rupanya ia sudah tahu kalau yang memberikan kado itu adalah kakeknya tapi mengaku kalau yang membelikannya adalah ayahnya. Namun, tidak untuk tahun ini ia mendapat surat kecil dengan tulisan yang rapih juga kado yang besar juga namun terlihat kotor dan dekil seperti sudah lama namun baju dan sepatunya kelihatannya sudah ganti dengan yang baru. Ia semakin yakin kalau yang mengirimkan kado dan suratnya benar-benar ayahnya, karena beberapa hari lalu ia melihat mobil pos berada di luar pagar rumahnya tapi sehun tidak menghiraukannya.

 “Kenapa ayah memberikan boneka yang berukuran sama dengan ku?! Apa pantasnya untuk ku main kan?!”

Keesokannya tanpa malu keluar dari kamar dengan mata yang bengkak akibat menangis semalaman sehun meminta sang kakek untuk menceritakan kenapa ayahnya memberikan boneka barbie ini kepada sehun?

Sehun memang terlihat lemah ketika dihadapan kakeknya karena hanya dia seorang lah yang dapat mendengarkan seluruh curahan hatinya juga sebagai pengganti ayah sementaranya.

Setelah ia mendengarkan ceritanya dengan serius akhirnya ia memutuskan untuk mengurus dan merawat boneka barbie tersebut.

Hampir setiap hari sehun bermain dengan barbie tersebut yang ia beri nama “Umma” sehun kadang selalu iri kepada teman-temannya yang memiliki ibu dan ayah yang selalu berada di sampingnya. Sehun menganggap barbie itu sebagai ibunya jika malam ia menggeletakannya barbie itu di samping tubuhnya bahkan terkadang ia mengusap punggung telapak tangan sang barbie hingga sehun tertidur lelap.

 

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet