satu

SEOULmate

“kau sudah membawa semua keperluanmu?” tanya Kris.

“emm..” Luhan mengangguk.

“baju hangat?”

“emm..”

“paspor?”

“emm..”

“pakaian dalam ganti?”

“uhuk.. ehem.. ehhm.. sudah Kris” Luhan tersenyum kali ini. Dia tangkupkan tangan kirinya ke wajahnya yang kini memerah untuk menutupi rasa malu karena pertanyaan kekasihnya, seolah Kris diujung telepon sana bisa melihat rona merah dipipinya.

“aaah, syukurlah. Mmm.. jam berapa pesawatmu take off, babe?”

“sekitar 15 menit lagi. Sekarang aku sudah di bandara”

“aku segera ke sana. Tunggu aku, oke?”

“Kris, jangan paksakan dirimu. Aku tahu kau tidak bisa meninggalkan pekerjaanmu. Aku bisa mengerti itu. Kau tak perlu mengantarku”

“ah, benar tidak apa-apa?”

“iya, tidak apa-apa” ucap Luhan lirih. Kenyataannya, selalu ada kecewa dibalik kata ‘tidak apa-apa’.

“syukurlah kalau kau bisa mengerti. Aku sungguh tidak bisa berharap lebih dari apa yang aku punya sekarang. Kau yang terbaik Luhan. I love you, babe”

“i love you too, Kris”

“kabari aku kalau kau sudah sampai di Seoul”

“pasti”

Dan setelah mengucap salam perpisahan, Luhan menutup teleponnya. Dia menarik nafas dalam, berharap rasa kecewanya ikut menguap bersama dengan hembusan karbondioksida yang ia hembuskan. Luhan mencintai Kris. Dan dia tahu benar Kris juga mencintainya. Dia tahu karena kata-kata cinta yang tak henti-hentinya Kris ucapkan. Kebanyakan lewat telepon. Namun Luhan manusia biasa. Yang mengerti betul bahwa cinta bukan sekedar kata-kata. Luhan butuh seseorang disampingnya. Dia butuh pundak untuk bersandar dikala lelah. Dia butuh pelukan untuk meringankan beban dikala hidup terasa berat. Dia butuh tangan untuk berpegangan dikala langkah tak seimbang. Dia butuh teman untuk bercerita dikala sepi melanda. Dia butuh kekasihnya ada untuknya. Dia butuh Kris disampingnya.

Tapi Kris adalah manager sebuah perusahaan IT yang cukup besar di China. Dia salah satu kebanggaan sang direktur perusahaan. Karena meskipun masih muda, kinerjanya sangat luar biasa. Dia cerdas dan berdedikasi. Selain itu, wajahnya yang rupawan bak tokoh komik manga serta postur tubuhnya yang tinggi dan proporsional bak model majalah internasional menjadi nilai plus. Karena itu ia sering muncul dalam iklan produk-produk perusahaannya sendiri. Wajah Kris tidak jarang terpampang dipapan-papan reklame iklan komputer dengan dandanan rapi berjas. Atau dipintu masuk toko-toko handphone dengan pakaian casual khas anak muda zaman sekarang. Hal ini tentu menguntungkan perusahaan, mengingat mereka tak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membayar model iklan. Kris sungguh menjadi aset perusahaan yang sangat berharga.

Alhasil dia hampir tak punya waktu untuk bertemu Luhan. Keadaan dipersulit oleh profesi Luhan sebagai jurnalis. Terkadang Luhan ditugaskan ke luar kota untuk menggali nformasi tentang kota tersebut. Kebanyakan bertema tentang pariwisata. Luhan sangat menikmati profesinya karena ia bisa mengunjungi banyak tempat-tempat indah diseluruh penjuru China. Namun tetap saja, akan lebih terasa indah jika ia bisa mengunjunginya bersama Kris.

Luhan duduk dikursi pesawat paling ujung, dekat dengan jendela. Ia memandang keluar jendela. Hanya warna putih awan yang nampak. Dia mengangkat tangan kirinya menyentuh jendela. Nampak cincin berukiran sisik naga melingkar dijari manisnya. Cincin yang sama dengan yang dipakai Kris. Benda lambang ikatan cinta mereka. Yang meyakinkan ketika keraguan datang. Yang mengingatkan ketika orang lain menggoda. Yang menguatkan ketika rasa percaya melemah. Luhan percaya ini hanyalah satu fase dimana kekuatan cinta mereka sedang diuji. Dan Luhan percaya pada dirinya sendiri bahwa dia akan kuat dalam melalui ini. Dia percaya jika sudah saatnya nanti ia akan bahagia bersama Kris. Melalui hari-hari bersama Kris disampingnya. Dengan semua pikiran positif yang ada dibenaknya itu Luhan tersenyum. Dan kemudian memejamkan mata mengembara ke alam bawah sadarnya. Luhan tidak tahu Tuhan berencana lain dalam kehidupannya. Dan rencana Tuhan itu akan segera menghampirinya.

 

*****

 

Luhan sumringah memandang tiap sudut kota Seoul dari balik kaca subway yang dinaikinya. Dengan kamera digenggamannya ia membidik tiap objek yang nampak selama subway berjalan. Pertokoan, hiruk pikuk orang dijalan, pedagang makanan pinggir jalan, seniman jalanan, serta orang-orang yang naik dan turun dari subway saat berhenti di halte. Luhan sesekali mengecek brosur yang ada di pangkuannya. Takut kalau-kalau halte tujuannya telah terlewat. Dia sama sekali buta akan Seoul. Dia tidak tahu sedang dimana dan menuju kemana subway yang ia naiki sekarang. Untuk meyakinkan dirinya dimana letak haltenya berada, ia memutuskan untuk bertanya pada salah satu penumpang lain. Namun, karena Luhan sama sekali tidak bisa berbahasa Korea, jadi dia bertanya dalam bahasa Inggris.

“excuse me mam, where is Ambujeong-dong?” tanya Luhan pada wanita paruh baya disampingnya.

wanita itu hanya geleng-geleng kepala sambil melambaikan tangannnya, pertanda tidak mengerti apa yang dikatakan Luhan.

“ah, i’m sorry” balas Luhan sambil menganggukkan kepalanya.

“haisshh.. dimana aku sekarang? Sudah terlewat apa belum ya haltenya?” Luhan sedikit panik. Dia melihat sekeliling dan terlihat kebingungan.

“if what you mean is Apgujeong-dong, you must get off in the next stop” seseorang yang duduk dibelakang Luhan tiba-tiba menyela. Luhan pun menolehkan pandangannya kebelakang.

“aaah, is that so? Thank you sir” Luhan tersenyum ramah pada orang itu.

“hey, i’m not that old. Just call my name. I’m Sehun bytheway” orang itu mengulurkan tangannya pada Luhan.

“ups, i’m sorry. I didn’t mean it. I’m Luhan” Luhan dan Sehun pun berjabat tangan saat tiba-tiba ponsel Luhan berbunyi. Setelah melempar senyum pada Sehun sekali lagi, Luhan kembali keposisi semula dan menjawab teleponnya.

“halo”

“halo Luhan, kau sudah sampai dimana? Kau tersesat tidak? Apa kau bertemu orang jahat dijalan? Apa ada orang yang mencoba mengambil barangmu? Apa kau baik-baik saja? Kau tidak terluka kan? Kau sudah makan belum? Luhan jawab aku kau dimana? Jawab aku Luhaaaann..!”

“hey tenang.. tenang Baekhyun. Bagaimana aku bisa menjawabmu kalau kau tidak berhenti bertanya seperti itu?”

“ahaha.. iya juga ya? Jadi sekarang kau sampai dimana? Kau baik-baik saja kan?”

“mmh.. aku baik-baik saja. Aku akan sampai sebentar lagi”

“syukurlah.. apa kau benar-benar tahu haltenya?”

“tadinya aku hampir tersesat. Aku tidak tahu dimana aku sekarang. Tapi untungnya ada yang mengerti bahasa Inggris dan memberi tahuku”

“benarkah? Eh tapi kau harus hati-hati. Di Seoul ini, jangan mudah percaya dengan orang asing. Siapa tahu dia ternyata penculik”

“penculik?” tanya Luhan heran sambil sedikit melirik ke arah Sehun. Sehun melemparkan senyum padanya. Luhan pun membalasnya. “tidak mungkin orang ini penculik, Baekhyun”

“kenapa tidak mungkin? Bisa saja dia adalah penculik”

“ya tidak mungkin. Wajahnya sama sekali tidak menyeramkan. Dia justru terlihat sangat ramah dan... tampan. Senyumnya juga manis. Aku yakin dia orang baik”

“hey, kau jangan tertipu oleh wajahnya. Itu pasti kedok belaka untuk mengecoh korbannya yang polos dan tidak tahu apa-apa sepertimu”

“tch.. sepertinya kau terlalu banyak nonton Drama Korea. Tenanglah, aku bisa jaga diri”

“hmmpff, ya sudah kalau tidak percaya. Aku harap kau benar-benar baik-baik saja. Aku akan menjemputmu di halte. Tunggu aku ya?”

“iya, jangan khawatir. Aku tutup teleponnya. Bye”

“bye Luhan”

Luhan akan memasukkan ponselnya kedalam tas saat Sehun tiba-tiba menyela.

“so you’re Chinese, aren’t you?”

“yes I’m Chinese, I’m from Beijing”

“oooh.. what are you doing in Seoul? Just for vacation or something?”

“I’m journalist, I have to do some report about the culture and some historical places and maybe some tourist destination here in Seoul”

“waaah, what a great job. Traveling to many beautiful places. That’s very fun”

“i think so”

“Uhm do you know about Namsan Tower? That is the trademark of Seoul”

“i do, i saw it on tv so many times. Namsan Tower is a great place”

“you should go there then”

“i don’t think so”

“why?”

“i am an acrophobic. So i’m not going to ride cable car. No! Never!”

“is it that bad?”

“sadly, yes”

“Oh come on! It is not that scary to ride cable car. Plus you can see the beauty of Seoul from up there. That will be fun. You have to go there I told you. Ah wait..” Sehun mengambil sesuatu dari dalam tasnya. “here.. it is a brocure of Namsan Tower. You can go with me wether your mind probably changed”

Luhan menerima brosur itu, dan mengamatinya sejenak. Disaat yang sama, subway berhenti di halte tujuan Luhan.

“hey, this is your stop. Go.. you have to get off here”

“oh, oke. How about you?”

“mine is next”

“aaah.. thank you so much Sehun. Nice too meet you. See you next time” ucap Luhan ketika akan turun dari subway.

“nice too meet you too, Luhan. I really hope I have the chance to meet you again next time” setelah berbalas senyum Luhan pun turun. Ia masih melambaikan tangannya pada Sehun bahkan saat subway mulai berjalan. Luhan reflek membidikkan kameranya kearah Sehun yang ada di dalam subway. Namun sayang, kameranya hanya berhasil menangkap punggung Sehun karena subway sudah terlanjur berjalan.

Luhan masih berdiri ditempat sambil memandang subway yang baru saja ia naiki. Senyum masih melekat erat diwajahnya. Entah kenapa ia sangat tertarik dengan orang yang baru saja ia kenal tadi. Ia sendiri tidak tahu jawabannya. Tapi yang pasti, Sehun telah memberinya kesan positif terhadap kota ini atas sikap ramahnya terhadap orang asing seperti Luhan. Sehun dapat membuat pikiran negatif tentang menjadi pendatang di negeri orang menjadi sirna. Sehun membuat Luhan nyaman berada jauh dari rumahnya. Sehun orang yang menarik bagi Luhan. Luhan berharap bisa bertemu lagi dengannya. Sampai setelah subway itu hilang dari penglihatan, ia beralih melihat hasil jepretannya. Berharap jejak Sehun tertinggal dikameranya. Mengingat tidak ada sama sekali sesuatu yang menjadi petunjuk untuk bertemu lagi dengan Sehun.

“yaaah, tidak kelihatan wajahnya. Sayang sekali”  ucap Luhan bernada kecewa ketika melihat hasil bidikannya di kamera. Ia masih asyik melihat foto-foto di kameranya ketika seseorang datang.

“Luluuuuuuuu...!!” teriak Baekhyun dan tanpa aba-aba langsung menenggelamkan Luhan kedalam pelukannya.

“Baekhyuuunn..” teriak Luhan namun tidak cukup keras untuk mengalahkan teriakan -  atau lebih tepatnya auman – Baekhyun. Secara reflek Luhan pun membalas pelukan Baekhyun. Keduanya berpelukan erat. Mereka memutuskan untuk tetap pada posisi yang sama untuk beberapa lama. Tanpa kata. Hanya ingin berbagi hangatnya pelukan untuk meluapkan kerinduan. Sampai pada akhirnya salah satu yang paling suka banyak bicara memecah keheningan. Siapa lagi kalau bukan Baekhyun.

“bogoshipda.. neomu bogoshipeo”

“eh? Apa artinya?” tanya Luhan sambil membebaskan diri dari ‘jeratan’ Baekhyun yang kalau boleh jujur, membuat Luhan susah bernafas.

“kau tidak tahu? Bukankah waktu aku di Beijing aku pernah mengajarimu bahasa Korea?”

“benarkah? Seingatku kau hanya mengajariku Anyenghaseyo dan Sarangheyo. Karena sampai sekarang hanya dua kata itu yang aku tahu”

“haissh.. dasar kau ini. Dulu kan aku menyuruhmu menonton banyak drama Korea, supaya kau bisa belajar”

“bagaimana aku fokus mempelajari bahasa yang mereka ucapkan? Kau terus saja mengoceh saat menonton. Menangis saat si tokoh utama di usir dari rumah karena tidak menyetejui hubungannya dengan si wanita. Atau bahkan berteriak kegirangan dan menggigit bantal serta meremas lenganku ketika adegan ciuman. Kau sangat mengganggu kalau sedang menonton drama”

“yah! ini pertama kalinya kita bertemu setelah hampir dua tahun berjauhan dan ini yang kau ucapkan padaku?”

“ehehmh.. maaf, aku bercanda. Kau teman terbaikku. Aku merindukanmu” Luhan kembali memeluk Baekhyun.

“maaf diterima. Dan bytheway, itu yang ingin aku katakan padamu, TEMAN. Aku juga merindukanmu” ucap Baekhyun sarcastic dengan intonasi yang ditekankan pada kata teman. Luhan tahu Baekhyun tidak benar-benar kesal padanya. Dan sudah pasti hal ini membuat tawa kecil tercipta dari kedua sahabat yang tengah melepas rindu ditengah padatnya jalanan kota Seoul. Kota yang padat bukan hanya oleh penduduk. Tapi oleh impian dan harapan, oleh usaha dan perjuangan, oleh pengorbanan dan toleransi, oleh keindahan dan daya tarik, oleh cinta dan kasih. Serta oleh kejutan dan takdir yang sama sekali tidak dapat diprediksi oleh manusia. Seoul menawarkan banyak hal untuk banyak orang. Tidak terkecuali untuk Luhan.

*****

 

hope you like it guys. Aku tunggu komentarnya :)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
chachalulu #1
Chapter 3: Authornim ini kapan lanjutnyaa...penasaran.....please..
DeerLove
#2
Chapter 3: Cieeeee.. Blm apa2 cium pipi.. Aduuhh, jdi g tega sama Kris.
Jngan sampe aja kris yg selingkuh.
hilarious, waktu ngbayangin luhan pake hanbok. Hahha
jamesthepirates #3
Chapter 3: Ayy.. Your AN..
Your story deserves upvote y'knoowww
DeerLove
#4
Chapter 2: Jujur.. Workloads, jdi blm liat LMR sama sekali, bahkan dengerin lagunya jg blm *facepalming*
Duuuuh.. Kris tega bgt, msa terakhir kontak cma wktu d kereta. Ow, Sehunnie tour guide.a. *wink
DeerLove
#5
Wanna give this a try.. ^^
Fighting!
Luhan.a cute, baek as sassy as ever. Duuuhhh, nyesek klo krishan harus pisah