pagi yang indah seakan rusak dengan suara teriakan Amber yang begitu nyaring hingga terdengar di lorong gang toko. Anak dan ayah itu saling berdebat. Amber yang kukuh tak ingin menjadi waitress terus saja cemberut menampakan wajah tak inginya sedagkan sang ayah memohon agar Amber menjadi waitress karena restoranya ini sedang dilanda krisis ekonomi dan ayah Liu tak sanggup untuk membayar waitress jadilah Amber yag ia andalkan.

"ayah, aku tak mau. menjadi waitress harus beramah - tamah dengan tamu dan memakai pakaian laknat itu!!" ucap Amber sambil menunjuk pakaian waiterss dengan rok.Amber tetap kukuh dengan pendiriannya ia tak mau jadi waiterss

"tapi dulu waktu kau masih kecil kau bilang ingin membantu ayah, kau yang menjadi waiterss nya" ucap ayah Liu sambil memegang baju waiterss ditanganya

"itu dulu ayah!! sekarang aku tak ingin lagi!!"

"tolonglah bantu ayah. kalau begitu kau pakai baju ini selama sebulan saja"

"APA?? jika harus memakai baju itu aku lebih baik pergi dari rumah !!! " ucap Amber lalu masuk kedalam kamarnya yang berada di lantai dua restoran. Rumah keluarga Liu memang dibuat untuk meminimkan pengeluaran dan agar mudah mengontrol restorannya *rumah toko gitu*. ayah Liu hanya bisa menghembuskan nafasnya lalu kembali merapihkan restoranya

.

.

.

     keesokan harinya di sekolah, Amber nampak murung dan tak bersemangat seperti hari - hari sebelumnya. Amber menaruh wajahnya diatas lipatan tanganya di meja. Amber masaih memikirkan tentang menjadi waiterss itu, seharusnya ia bisa kerja sambilan  dan memiliki uang saku sendiri namun tidak dengan memakai pakaian waiterss dengan rok yang melambai - lambai. Amber menegakkan cara duduknya 

"AAAKKKHH !!! POKOKNYA AKU NGGA AKAN PAKAI BAJU MELAMBAI ITU !!!" umpat Amber sambil berteriak frustasi

"apa yang melambai Amb??" tanya salah satu teman kelas Amber, ~ Luna~

"eh?? ah tidak hanya saja aku lagi ada masalah di rumah" balas Amber lalu wajahnya kembali menekuk

" ah, sudahlah jangan mengeluh seperti orang tua saja!! nanti kebahagianmu ilang lho !!" ucap Krystal teman satu kelasnya

"mana mungkin Amber punya kebahagian? pacar tak punya? wajah acak - acakan , bersikap feminin saja tidak, dimana bahagianya??" ucap Hyuna gadis tercentil di sekolahnya

"agh, hal itu merepotkan. hah... coba saja aku dilahirkan sebagai cowo pasti lebih praktis!!" ucap Amber sambil mengacak - acak rambutnya

'

'

   pulang sekolah pun tiba, Amber segera bergegas pulang kerumahnya. namun setelah sampai di rumahnya, restoran ayahnya tutup. Amber mengerutkan dahinya. bagaimana bisa mendapatkan uang jika restrannya tutup??. Amber segera masuk kedalam restoran namun saat ia membuka pintu khas Korea itu, ia melihat seorang pria tampan dengan pakaian koki di tubuhnya sedang memotong - motong sayuran dan juga bahan - bahan lainya. Amber sempat terpukau dengan ketampanan pria yang berada di rumahnya kini namun hanya beberapa detik, ia kembali tersadar.

"eh? mengapa ada pria tampan disini? mana ayah?" gumam Amber namun bisa didengar oleh pria itu. kepala Amber ia gerakan ke segala arah mencari ayahnya.

"hey, mengapa kau disini dan mana ayah?" tanya Amber dengan nada yang sedikit judes

"ada apa, nam- donsaeng?" tanyanya sejenak menghentikan kegiatannya memotong bahan masakan. dari nada bicaranya Amber suda