Part 1

Love Lesson

Cahaya mentari pagi menyeruak masuk melalui sela-sela tirai kamar dengan nuansa merah jambu, seolah ingin membangunkan sang empunya kamar yang masih bergelayutan di balik selimut tebalnya.

Disanalah gadis itu berada. Rambut bergelombangnya berantakan, namun sama sekali tidak menghilangkan kesan ‘menggemaskan’nya. Wajahnya manis seperti boneka manequin yang dipajang di pertokoan.

Gadis bernama lengkap Lu Han itu membuka matanya dengan malas, “ Jam berapa ini ?” tanyanya bermonolog.

Ia meraih jam waker—yang sebenarnya sudah setengah jam yang lalu berbunyi—dengan malas. Kedua mata rusanya membulat dengan sempurna, ketika melihat waktu telah menunjukkan pukul tujuh lebih tiga puluh menit.

“ Gawat aku terlambaaaaaaaaaaatttt !!!!” Pekik Lu Han seraya menyingkap selimutnya, lalu berlari dengan tergesa ke kamar mandi pribadi miliknya.

.

Wanita cantik dengan rambut digulung ke atas itu menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar ada ribut-ribut dari lantai dua. Siapa lagi selain putrinya yang ia sangat kenal kentera pemalasnya itu. “ Anak itu sudah bangun rupanya ,”

Wanita bernama Fei—Lu Fei—ibu dari Lu Han, segera membersihkan meja makannya, setelah beberapa saat lalu suaminya berangkat untuk bekerja. Fei hanya menyisakan beberapa potong roti dan selai untuk anaknya sarapan.

DUK

DUK

DUK

“ Ibuuuuuuuuuu kenapa tidak membangunkanku ?!” Seru gadis yang kini sibuk mengikat rambutnya, seragamnya pun masih terlihat berantakan.

“ Ibu sudah melakukannya, lebih dari empat kali. Tapi kau malah mendengkur keras ,” Timpal Fei yang kini mencuci piring-piring dan peralatan memasaknya. “ Oh iya, ibu akan menggunakan mobilmu. Jadi khusus untuk hari ini, kau harus naik bus—“

“ Hiyaaaaahh !! Mana bisa seperti itu, bu ? Aku sudah sangat terlambat. Apalagi kelas pertama itu Wu sonsaengnim !” Lu Han mengoleskan nutella di rotinya.

“ Ya itu salahmu sendiri. Kenapa kau bangun terlambat ,” Ucap Fei tidak mau kalah.

“ Uuuhh ihu hega hekahi (ibu tega sekali) ,” Ucap Lu Han dengan mulut yang dipenuhi roti.

“ Kalau begitu cepat berangkat, atau kau juga akan ketinggalan bus—“

“ Aah iya !” Lu Han menepuk keningnya, “ Aku berangkat !”

“ Aish anak itu—“ Fei menggelengkan kepalanya pelan melihat kelakuan putri semata wayangnya. “ Astaga aku lupa menanyakan dimana ia menaruh kunci mobilnya !”

“ Yaaaaaaaahh !! Han kembaliiiiii !!!!!” Seru Fei sembari mengejar Lu Han yang sudah berlari jauh.

 

-Love Lesson-

 

Lu Han membuka pintu kelasnya dengan tergesa, sebelum akhirnya membungkuk 90 derajat. “ Jwesonghamnida sonsaengnim aku terlambat ,”

KRIK…

KRIK…

KRIK…

Tidak ada jawaban…

Luhan menegakkan tubuhnya, dan menatap sekelilingnya.

Hening…

Kosong…

Tidak ada siapapun disana.

“ Kemana anak-anak yang lain ? Apa aku salah kelas ya ? Atau jangan-jangan Wu sonsaengnim tidak hadir ,” Lu Han bermonolog.

“ Siapa yang tidak hadir ?” Suara baritone itu seketika membuat bulu kuduk Lu Han berdiri.

Lu Han membalikkan tubuhnya secara perlahan. Kedua alisnya saling bertautan. Ia sudah siap jika mendapatkan detensi dari guru killer ini.

“ Ma—maaf Wu sonsaengnim ,” Lu Han menundukkan kepalanya dalam-dalam.

“ Detensi ,” Ucap lelaki jangkung yang kelewat tampan dengan nama lengkap Wu Yi Fan. Sayangnya lelaki ini masih seratus persen lajang, walaupun banyak guru bahkan murid yang mengelu-elukan namanya. Selain tampan, dan pintar, ia juga masih muda. Di usianya yang menginjak 21 tahun, ia sudah mendapat gelar sarjana pendidikan, dan langsung mendapatkan pekerjaan sebagai guru di Seoul International High School. Dan ini adalah tahun ketiganya bekerja di tempat ini.

Pria dengan rahang yang kokoh itu, berjalan melewati Lu Han, dan gadis itu pun mengikutinya dari belakang—masih menundukkan kepalanya, sembari merutuki kesialannya pagi ini.

“ Kau lupa sekarang ada ujian praktek di kelasku ? Atau kau memang sengaja tidak mau mengikuti kelasku ?” Ucap Yi Fan tanpa sedikitpun menatap gadis itu.

“ Ma—maaf, aku tidak bermaksud begitu. Aku tidur terlalu larut—dan bangun—“

“ Apa yang kau lakukan sampai tidur larut begitu uh ? Bagaimana dengan tugasmu ?” Tanya Yi Fan, matanya masih memeriksa tugas-tugas dari murid-muridnya.

Astaga !

Lu Han membulatkan matanya, kenapa ia bisa meninggalkan tugasnya di meja belajarnya begitu saja ?! Padahal kan semalaman ia mengerjakannya sampai ia harus bangun terlambat pagi ini. Benar-benar bodoh! Rutuknya.

“ Ma—maaf sonsaengnim. A—aku meninggalkannya di—“

“ Jadi kau belum menyelesaikan tugasmu ?” Yi Fan meletakkan pulpen merahnya dengan satu hentakkan keras.

“ Bu—bukan begitu. Aku sudah menyelesaikannya, tap—tapi—“

Yi Fan mendengus pelan, namun Lu Han masih bisa mendengarnya. Dan itu bukan pertanda baik. Pasti hukumannya akan ditambah.

Yi Fan mengangkat wajahnya, menunjukkan tatapan tajamnya pada Lu Han, seolah-olah ia adalah vampire yang haus akan darah dan berniat meneguk habis darah Lu Han. “ Kau tidak bosan bermasalah di kelasku nona Lu ?”

Lu Han menundukkan wajahnya semakin dalam. Entah gugup, entah malu.

“ Kemarin kau sudah memecahkan tabung reaksi. Dan sebelumnya juga kau mematahkan tengkorak di lab-ku. Dan sekarang kau datang terlambat dan tidak mengerjakan tugas ?” Desis Yi Fan. “ Kau mendapatkan nilai buruk di kelasku, tetapi  kau tidak mengikuti kelas tambahan. Dan sekarang aku bingung bagaimana bisa aku memperbaiki nilaimu, sementara kau selalu membuat masalah ,”

“ Ma—maaf ,”

“ Tugasmu kutambah. Buat seratus soal kimia, beserta cara pemecahannya ,”

Lu Han membulatkan matanya lebar. “ A—apa ?”

“ Kurasa kau mendengarnya nona Lu ,” Ucap sang guru sinis.

“ Tapi sonsaengnim, itu terlalu banyak—“ membayangkannya pun aku tak sanggup. Lanjut Lu Han menyeruakkan keluh kesahnya dalam diam.

“ Aku tidak akan menerima alasan apapun. Kau mengerjakannya, atau kau mendapatkan nilai F ,” Yi Fan bangkit dari duduknya, kemudian membereskan buku-bukunya.

“ Tu—tunggu dulu, Wu sonsaengnim—“

“ Kumpulkan dua minggu lagi ,” Ucapnya telak, sebelum akhirnya ia menghilang di balik pintu kelasnya.

Yang kini Lu Han sadari adalah ia sedang dalam masalah besar.

 

-Love Lesson-

 

Lu Han masih terus membaca buku paket kimianya, sembari mencatat pokok-pokok pentingnya. Tugas yang ia dapat bukan tugas yang mudah. Seratus soal beserta penyelesaiannya. Dengan otak pas-pasan yang ia miliki, mau tidak mau ia harus belajar keras.

SREEEEEKKK

Pintu kelas itu terbuka, namun sang gadis tak terlihat terusik sedikitpun.

Seorang gadis manis menyembul masuk. Mata sipitnya membulat ketika melihat sahabatnya sedang belajar keras sendirian. “ Luluuuuuuuuuuuu !!!!!!” Serunya.

Lu Han mendesah pelan sembari mengusap-usap daun telinganya. “ Byun Baek Hyun, pelankan suaramu. Kelas sebelah masih belajar ,”

“ Ups—maaf ,” Bisiknya pelan sembari berlari kecil mendekati Lu Han. “ Kau gila apa ? Hari ini ujian praktek dan kau tidak datang ?! Wu sonsaengnim bisa-bisa memberimu nilai F tahu !”

“ Aku tahu ,” Desah Lu Han. Ia menaruh pulpennya dan menutup bukunya. “ Aku baru saja mendapat detensi ,”

“ Apalagi sekarang hukuman yang kau dapatkan ?” Baek Hyun menarik kursi di dekat Lu Han. Kedua tangannya masuk ke saku jas lab yang masih ia kenakan.

“ Membuat seratus soal dengan penyelesaiannya ,”

“ Apaaaaaaaaa ?!!!” Pekik Baek Hyun.

“ Pelankan suaramu Byun Baek !” Lu Han memukul pelan puncak kepala Baek Hyun.

“ Ow ! Maaf ,” Ucapnya seraya mengusap-usap kepalanya yang malang. “ Wu sonsaengnim kejam sekali..”

“ Aku dalam masalah besar Baek ,” Lu Han menempelkan keningnya di atas meja, frustasi.

“ Ha-ah, untung saja Wu sonsaengnim sangat y dan tampan. Bahkan seorang Kim Jong In yang menurut para gadis y itupun kalah ,” Baek Hyun tersenyum maniac—mengingat wajah Wu sonsaengnim yang dingin, namun berkarisma secara bersamaan.

“ Sepertinya kau sudah gila Baek Hyun ,” Desis Lu Han, “ Kau tidak bisa melihat kekejaman dan aura setan yang ia pancarkan, uh ?”

“ Iya Lulu, aku memang sudah gila. Ternyata cinta itu memang buta, tidak peduli antara murid atau pun gurunya ,” Ucap Baek Hyun sinting.

“ Baek Hyunnie, berhenti memikirikan guru gila itu ! Sebaiknya kau bantu aku…” Rengek Lu Han.

Baek Hyun memutar bola matanya. “ Kau sendiri tahu kan, nilaiku saja lebih buruk daripada nilaimu. Bagaimana mungkin aku bisa membantumu ?”

“ Huaaaaaaa bagaimana ini ?! Aku bisa mati muda !” Rengek Lu Han dengan mata yang telah berkaca-kaca. “ Bagaimana kalau ibuku tahu ? Aku bisa-bisa dimasukkannya ke asrama puteri ! Huaaaaaa !!!!”

“ Hey—hey, jangan menangis ! Bagaimana kalau kita minta bantuan pada Kim Joon Myeon saja ?”

“ Dia itu kan ketua osis, pasti dia sibuk. Apalagi sebentar lagi kan acara serah terima jabatan—“

“ Ah iya benar. Lupakan. Kalau begitu bagaimana dengan Do Kyung Soo ?”

“ Lelaki berwajah tembok itu ? Tidak mungkin ! Dia sama jahatnya dengan Wu sonsaengnim !”

“ Kalau begitu Park Chan Yeol !”

“ Kau gila ?! Aku tidak mungkin belajar dengan anak autis seperti dia !”

“ Lalu siapa lagi ?! Kenapa kau rewel sekali sih ?! Aku kan hanya memberi saran ! Hanya orang-orang itu yang bisa membantumu ! Kalau kau tidak mau, ya sudah belajar saja sendiri !” Dengus Baek Hyun sembari mempoutkan bibirnya.

“ Tidak ada jalan lain. Aku akan minta bantuan Im sonsaengnim saja. Siapa tau ia bisa mendapatkan guru yang bisa mengajariku ,” Ucap Lu Han pada akhirnya. “ Hey Baek Hyunnie, ayo temani aku ,”

Kedua alis Baek Hyun saling bertautan, “ Kemana ?”

“ Bicara pada Im sonsaengnim, lalu ke perpustakaan. Aku harus meminjam beberapa buku untuk referensi nanti ,”

“ Baiklah ayo demi sahabatku tercinta ini ,” Ucap Baek Hyun seraya melingkarkan tangannya di tangan Lu Han. Dan mereka pun bergegas pergi menuju ke ruang guru.

 

-Love Lesson-

 

BRUUUUUKKK

Secara tidak terduga, barang-barang belanjaan Fei terjatuh dari pelukannya. “ Sial ,” Umpatnya pelan seraya terus merogoh-rogoh sakunya, mencari dimana ia letakkan kunci pintu rumahnya. Ia selalu melupakan hal kecil seperti ini, dan hal itu pun menurun pada anak perempuannya Lu Han.

“ Ah disitu kau rupanya, kenapa aku bisa lupa?” Ucapnya bermonolog saat ia menemukan kunci rumahnya yang ternyata sedari tadi terselip di jari telunjuknya. Setelah membuka pintu rumahnya, ia segera membereskan belanjaannya, kemudian ditaruhnya di atas meja makan.

“ Hari yang panjang ,” Keluhnya. Padahal untuk belanja bahan pokok seharusnya tidak lebih dari dua jam, tetapi semua rencananya buyar seketika, saat ia melihat barang-barang dengan brand terkenal dipajang dengan tulisan “discount up to 70%” tertera disana.

Setelah meminum segelas air dingin, Fei pun mengelap keringat imajiner di dahinya. Ia duduk di kursi meja makan sembari mengeluarkan belanjaannya.

Piiiiiiiiipppp Piiiiiiiiiiiiiiippppp

Fei merogoh sakunya ketika merasakan getaran ponselnya, pertanda ada telepon masuk.

“ Yoboseo ?”

“ Yoboseo, Fei !” Sahut suara di seberang sana.

Fei mengernyit, suara itu sungguh tak asing lagi di benaknya. Setelah terdiam selama sepersekian detik, akhirnya Fei membuka suaranya, “ Ah—Qian ! Darimana kau mendapatkan nomor ponselku ?”

“ Aku memintanya dari temanku, yang mengenalmu, namanya Jun Sae ,”

“ Ah benarkah ? Kau mengenalnya juga ? Sebenarnya dia teman suamiku, Nickhun ,”

“ Ah begitu. Sudah lama ya kita tidak bertemu ! Ini sekitar enam belas tahun lamanya !”

“ Iya aku sangat merindukanmu. Bagaimana kabarmu sekarang ?”

“ Aku baik. Kau ?”

“ Sama baiknya sepertimu. Kau tinggal dimana sekarang ?”

“ Aku berada di Korea. Anak sulungku, Yi Fan. Ia ditarik untuk mengajar di sekolah di Seoul. Jadi kami sekeluarga pindah kemari. Zi Tao juga ikut ,”

“ Zi Tao ?”

“ Iya. Ia adik Yi Fan ,”

“ Astaga ! Kau punya dua orang anak ?!”

“ Iya, dua-duanya laki-laki ,”

“ Beruntung sekali. Aku hanya punya seorang anak perempuan. Namanya Han ,”

“ Hey Fei, apa kau ingat dengan janji kita semasa SMA dulu ?”

“ Umm—janji ?”

“ Iya. Ngomong-ngomong, aku berada di depan rumahmu ,”

“ Benarkah ?!”

“ Um—“

Fei buru-buru membuka pintu rumahnya. Senyumnya semakin berkembang ketika melihat seorang wanita berambut hitam pendek, sedang bersandar di sebuah mobil sedan hitam di depan gerbang rumahnya.

“ Hai !” Sapa Qian sembari melambaikan tangannya.

“ Qian !!” Seru Fei yang kemudian berlari membuka pintu gerbang rumahnya.

“ Aku merindukanmu !” Seru Qian sembari memeluk Fei dengan erat.

“ Aku juga !!” Sambut Fei.

Qian melepaskan pelukannya. “ Kau mau membiarkanku berdiam terus disini, hum ?”

“ Ah iya ! Ayo masuk !” Ucap Fei. Dan mereka berdua pun masuk ke dalam rumah, sementara Qian duduk di ruang tamu, Fei menyiapkan minuman untuknya. “ Kau mau minum apa ?!” Seru Fei dari dapur.

“ Kau masih ingat teh kesukaanku kan ?”

“ Tentu saja !”

Tak lama kemudian, Fei datang membawakan dua cangkir teh dengan aroma melati.

Qian tersenyum sumeringah, “ Ternyata kau masih hafal betul minuman kesukaanku ,”

“ Tentu saja ! Silahkan diminum ,” Ucap Fei yang kemudian duduk di samping Qian.

“ Um, terimakasih ,” Ucap Qian seraya menyeruput teh melatinya.

“ Tidak perlu berterimakasih ,” Fei tertawa kecil. “ Ah, iya ! Bagaimana kau bisa tahu alamat rumahku ? Apa Jun Sae juga yang memberitahu ?”

“ Tentu saja. Kau pikir siapa lagi ? Haha ,”

“ Kalau kau tinggal di Korea, lalu perusahaan suamimu di China bagaimana ?”

“ Suamiku pindah kemari juga untuk melebarkan sayapnya di dunia bisnisnya. Ia membuka restaurant China di daerah sini beberapa tahun yang lalu. Ia fokuskan bisnis kulinernya disini, sementara perusahaan di China, ia percayakan pada adiknya ,”

“ Ah, begitu.”

“ Sekarang ceritakan bagaimana kau bisa pindah ke Korea dan meninggalkanku sendiri ?” Tanya Qian sembari tertawa kecil.

“ Haha—ceritanya agak panjang. Kukira Nickhun suamiku adalah orang keturunan China-Thailand. Ternyata aku salah, dia berdarah Korea, bukan China. Aku sendiri heran mengapa saat aku bertemu dengannya, ia sangat fasih berbahasa Mandarin ,” Fei menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“ Ngomong-ngomong, apa kedatanganku tidak mengganggumu ? Aku takutnya kau sedang sibuk ,”

“ Tidak kok. Aku hanya ibu rumah tangga biasa. Lagipula anakku sedang sekolah dan suamiku pergi ke kantor ,” Timpal Fei, tiba-tiba saja ia teringat sesuatu. “ Ah iya, tadi di telepon kau menyebut-nyebut tentang janji—“

“ Oh, itu. Apa kau masih ingat ?”

Fei tertawa hambar, sementara Qian memutar bola matanya malas. “ Kau pasti lupa ,”

“ I—iya, hehe ,”

“ Janji yang kita buat setelah upacara kelulusan ! Masa kau lupa ? Aku saja masih ingat betul !”

“ Yang ma—ah iya ! Aku ingat ! Tentang perjodohan anak kita kan ?”

Qian mengangguk, “ Ternyata kau masih ingat ,”

“ Bagaimana ? Apa kau masih mau melakukan perjodohan itu ? Aku sangat ingin kita menjadi saudara !” Sahut Fei bersemangat.

“ Tadi kau bilang anakmu adalah anak perempuan kan ? Berapa tahun umurnya sekarang ?”

“ Iya, namanya Han. Umurnya 18 tahun, sebentar lagi ia lulus sekolah ,” Terang Fei. “ Dia anaknya sedikit manja dan pemalas, tapi sebenarnya dia baik dan manis ,”

“ Ya—sama sepertimu ,” Ucap Qian yang sukses mengundang tawa dari Fei.

“ Kau punya dua anak laki-laki kan ? Siapa yang akan kau jodohkan dengan Han-ku ?”

“ Um—aku sendiri bingung. Yi Fan, dia sudah bekerja, umurnya pun masih 24  tahun. Dan Zi Tao, dia masih sekolah, kelas 1 SMA—“

“ Astaga, muda sekali !”

“ Menurutmu bagaimana ?”

“ Seorang gadis tidak mungkin menikah dengan laki-laki yang lebih muda dari umurnya. Sebaiknya, Han-ku dijodohkan dengan anak sulungmu saja bagaimana ?”

“ Ya, aku juga sempat berpikir seperti itu. Karena Yi Fan terlalu sibuk bekerja, ia bahkan tidak memikirkan dirinya sendiri. Aku takut dia terlalu tua untuk menikah nanti, dan tidak akan ada gadis yang mau menikah dengannya nanti ,”

“ Hahaha tidak mungkin ! Yi Fan pasti pria yang sangat tampan—ngomong-ngomong boleh aku lihat fotonya ?”

“ Oh ini, tunggu sebentar—“ Qian memperlihatkan foto Yi Fan yang berada di ponselnya, yang ia sengaja foto diam-diam karena Yi Fan sangat tidak suka difoto.

“ Omo ! Tampannya !!!” Seru Fei seperti seorang fangirl yang sedang menggilai idolanya. “ Jika saja aku sedikit lebih muda, aku pasti akan meminta ibuku untuk menikahkanku dengannya !”

“ Kau gila ! Kalau begitu kau akan menjadi menantuku !”

Fei menepuk bahu Qian pelan, “ Aku hanya bercanda !”

“ Iya-iyaa… Ah iya, aku mengambil fotonya secara diam-diam. Yi Fan tidak begitu suka difoto. Anak itu memang sejak dulu terlihat begitu misterius. Aku sendiri tidak tahu ia mendapat sifat itu dari siapa ,” Jelas Qian. “ Bagaimana dengan Han ?”

“ Aish anak itu, sangat berlawanan dengan Yi Fan. Dia sangat senang berfoto. Ia bahkan beberapa kali menggunakan ponselku untuk selca ,” Ucapnya sembari memperlihatkan foto Lu Han.

“ Manisnyaaaa !!! Mereka pasti sangat cocok !” Seru Qian, bahkan ia sudah membayangkan anaknya menikahi Lu Han.

“ Benarkah ? Baguslah kalau begitu. Jadi bagaimana ?”

“ Kita lakukan saja perjodohan ini. Aku akan bicara pada suamiku terlebih dahulu ,”

“ Baiklah aku juga ,”

Qian menepuk kedua tangannya dengan bersemangat. “ Aku sudah tidak sabar lagi ! Sepertinya ini akan sangat menyenangkan !”

“ Ya ! Dan semoga saja berjalan dengan lancar. Mengingat sifat Han yang sangat keras kepala itu ,”

“ Like mother like daughter ,” Ucap Qian sembari tertawa, mengingat betapa keras kepalanya Fei sejak dulu, dan ternyata hal itu menurun pula pada anak perempuannya.

“ Tapi aku tidak terlalu keras kepala kan ? Ada saatnya aku mengalah !”

“ Oh ya ? Aku tidak ingat ! Haha ,”

Qian memutar bola matanya dengan malas, “ Bagaimana mungkin kau bisa mengingatnya, sementara kau sendiri pelupa ?”

Dan kalimat itu hanya disambut oleh tawa renyah Fei, sebelum akhirnya mereka melanjutkan percakapan mereka.

 

-Love Lesson-

 

“ Ha-ah, lega sekali ternyata Im sonsaengnim masih mau membantuku, walaupun aku harus rela telingaku panas mendengarkan celotehannya ,” Ucap Lu Han sembari mengusap-usap kedua kupingnya.

“ Bukan hanya kau saja yang kena imbasnya, tapi aku juga ! Padahalkan aku tidak pernah membuat onar di kelas Wu sonsaengnim ,” Dengus Baek Hyun sembari mempoutkan bibirnya dengan lucu.

“ Ah sudahlah, nilai kita juga sama buruknya kan ! Tidak peduli kau membuat masalah atau tidak—“ Lu Han berjinjit untuk mengambil buku kimia yang ternyata letaknya di deretan buku paling atas, namun sayang, tubuh mungilnya seolah-olah mengatakan tidak.

“ Gunakan tangga itu Lu !” Baek Hyun menunjuk pada tangga kecil di pojok ruangan.

Lu Han membiarkan dengusan pelan lolos dari bibir ranumnya, “ Hn ,”

Gadis bermanik hazel itupun segera menarik tangga kecil menuju ke rak buku yang ia tuju, kemudian menaikinya. “ Hey Byun, pegangi aku, kau sendiri tahu kan aku takut jatuh ,” Titah Lu Han.

“ Iya-iya ! Aku tahu !” Seru Baek Hyun.

“ Pelankan suaramu Byun Baek Hyun ! Aku tidak mau kita diusir karena suaramu yang melengking itu mengganggu gendang telinga Ahn sonsaengnim !” Ucap Lu Han setengah berbisik.

“ Maaf ,” Ucap Baek Hyun sekali lagi.

“ Hey Byun Baek Hyun ,” Panggil seorang pria jangkung dengan kacamata besar yang melingkari mata bulatnya, terlihat nerd, namun lucu secara bersamaan. Lelaki itu tersenyum ceria pada Baek Hyun dan Lu Han.

“ Hey Chan Yeol ,” Sapa Baek Hyun, sembari menyunggingkan senyuman yang memperlihatkan sederetan giginya yang rapi.

“ Hey juga Lu Han ,” Sapa lelaki yang bernama lengkap Park Chan Yeol itu.

“ Um—hey ,” Balas Lu Han malas-malasan. Sebenarnya bukannya sombong, ia malah terhitung murid yang sangat ramah, walaupun terkadang temperamental, dan sikapnya buruk. Tetapi sebenarnya gadis itu adalah gadis yang baik. Hanya saja, pagi ini sudah mengubah segalanya, terutama mood-nya yang semakin memburuk.

“ Apa yang kau lakukan disana ?” Tanya Chan Yeol sembari membetulkan letak posisi kacamatanya.

“ Mencari buku, lantas apa lagi ?” Jawab Lu Han sekenanya.

“ Jaga bicaramu Lu Han. Kau tidak boleh kasar begitu ,” Ucap Baek Hyun.

Chan Yeol menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “ Tidak apa, mungkin aku sedikit mengganggunya ,”

“ Bagaimana ? Apa kau sudah mengerjakan proposalnya ?” Tanya Chan Yeol yang sebenarnya ditujukan pada Baek Hyun.

“ Astaga aku lupa melakukannya ! Setelah ini kelas Choi sonsaengnim kan ? Aku bisa mati kalau begini ! Chan Yeol, ayo bantu aku !” Seru Baek Hyun dalam satu nafas, sebelum akhirnya menarik Chan Yeol keluar dari rak-rak itu. Namun tampaknya Lu Han tidak menyadari kepergian Baekhyun, terlihat dari gadis itu masih asik saja memilih-milih buku yang akan ia jadikan referensinya belajar.

“ Hey Baek Hyun, tangkap ini ,” Ucap Lu Han, entah pada siapa, sembari melemparkan sebuah buku tebal ke ruang kosong di bawahnya.

DUK

Suara buku jatuh itu tidak ia indahkan, bahkan ia sama sekali tidak curiga mengapa gadis yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP itu tidak terdengar suaranya. Padahal biasanya Baek Hyun sangat cerewet, mengomeli Lu Han tentang ini dan itu.

“ Ini satu lagi ,” Ucap Lu Han lagi.

DUK

“ Ah ini juga ,”

DUK

Lu Han mengernyit. Setelah ia melemparkan beberapa buku, ia tahu betul bahwa Baek Hyun tidak menangkapnya. Ia memiliki firasat buruk saat buku terakhir ia jatuhkan.

DUK

“ Ah ,” Seorang pria meringis pelan saat merasakan sebuah buku tebal jatuh tepat di puncak kepalanya. Ia menengok pada satu-satunya gadis yang berada disana, sekaligus satu-satunya pelaku kekejaman itu.

“ Baek ?” Panggil Lu Han, sama sekali tidak berniat membalikkan tubuhnya—walaupun sebenarnya ia sangat tahu persis Baek Hyun sudah tidak berada disana, karena yang ia dengar adalah suara seorang pria.

“ Siapa yang kau panggil ‘Baek’ nona Lu ?” Suara itu begitu tenang, sekaligus dingin. Namun bagi Lu Han itu adalah lonceng kematian yang telah Tuhan bunyikan untuknya.

Gawat ! Ringis Lu Han di dalam hati. Dan lagi-lagi ia hanya bisa merutuki kebodohannya. Dengan tubuh yang bergerak kaku, ia memutar badannya, tak menyadari hanya beberapa senti lagi pergerakan kakinya, ia akan jatuh dengan telak.

Mata Lu Han membulat dengan sempurna, “ Wu sonsaeng—“

BRUUUUUUUUUUUUUKKKKK

Lu Han memejamkan matanya rapat-rapat. Ia sudah siap merasakan sakit dibagian bokong, punggung atau bahkan kepalanya. Namun sakit itu tak kunjung datang, dengan tergesa ia membuka matanya.

“ Astaga ! Aku minta maaf, Wu sonsaengnim ! Benar-benar aku tidak bermaksud seperti itu ! Aku sangat—“

“ Aku sangat berterimakasih padamu apabila kau segera berdiri, dan tidak terus menerus menduduki perutku ,” Wu Yi Fan, menelan perasaan kesalnya mentah-mentah. Ia harus lebih sabar. Ia adalah seorang guru, contoh bagi murid-muridnya. Salah tindakan, maka semuanya akan berakhir begitu saja. Apalagi ini adalah tempat publik.

“ A—ah iya !” Lu Han pun segera berdiri. Pipinya bersemu merah, namun wajahnya ia tundukkan dalam-dalam, demi menahan malunya.

Lagi-lagi dia…

“ Tadinya aku ingin sekali marah padamu, kau menjatuhkan satu persatu buku-buku itu tepat di atas kepalaku. Tetapi setelah melihat buku apa yang akan kau pinjam, aku berubah pikiran—“

Ha-ah syukurlah… Batin Lu Han. Ia tersenyum lega.

“ Tetapi tugasmu kutambah menjadi dua ratus lima puluh soal kimia beserta dengan penyelesaiannya. Dikumpulkan satu minggu lagi dari sekarang ,” Ucap Wu Yi Fan tanpa hati.

“ I—iya sonsaengnim ?” Sebenarnya Lu Han tidak memiliki masalah dengan pendengarannya, namun ia hanya ingin memastikan bahwa apa yang ia dengar memang benar adanya.

“ Aku yakin kau mendengarnya nona Lu ,”

“ Ta—tapi sonsaengnim ,”

“ Aku tidak mau mendengar alas an apapun. Anak sepertimu, kalau tidak ditindak tegas, akan semakin bersikap keterlaluan. Mengerti ?” Ucap Yi Fan telak.

“ Aku mengerti ,” Jawab Lu Han yang pasrah pada akhirnya.

“ Bagus ,” Ucap Yi Fan kemudian menghilang dari pandangan Lu Han.

 

- Love Lesson-

 

“ Ah ini dia Wu sonsaengnim ,” Sambut seorang wanita paruh baya sembari menepuk kedua tangannya.

“ Ada apa Im sonsaengnim ? Apa ada yang bisa kulakukan untukmu ?” Tanya Yi Fan dengan penuh penghormatan pada wanita yang jauh lebih tua di atasnya.

“ Kau tahu murid yang benama Lu Han kan ? Ia memiliki masalah dengan pelajaran kimia, sepertinya ia agak kesulitan beradaptasi dengan pelajaranmu. Aku ingin kau yang menjadi guru pembimbingnya sampai ujian nanti dilaksanakan ,”

Yi Fan mengeraskan rahangnya. Bahkan mendengar nama anak itupun ia merasa kesal. “ Ta—tapi Im sonsaengnim ,”

“ Tolong bantu anak asuhku. Kau tahu kan aku adalah wali kelasnya. Ia tadi meminta bantuanku dengan mata yang berair, aku tak sampai hati melihatnya. Kau mau membantu kan ?”

Apa boleh buat... “ Baiklah sonsaengnim ,” Ucap Yi Fan pada akhirnya.

“ Baguslah. Aku akan menyesuaikan jadwalmu dan jadwal Lu Han. Bagaimana ?”

“ Ne, Im sonsaengnim ,” Yi Fan mengangguk singkat.

“ Terimakasih Wu sonsaengnim. Kau benar-benar membantuku !” Sahut Im sonsaengnim sembari menepuk bahu Yi Fan.

Yi Fan menyunggingkan senyuman tipisnya, “ Tidak masalah ,”

“ Syukurlah ,” Ucap Im sonsaengnim sembari tersenyum ramah.

-TBC-

 
 
 
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kannykim
#1
Lanjutannya mana nih? -,-
KimAeri94 #2
Thor ffnya kapan mau dilanjut ??? ini ff bagus bgt. geregetan ama cerita KrisHan selanjutnya. tetep semangat Thor. hwaiting!!!
kannykim
#3
thor ffnya di lanjut donk! pleaseee...
orange_milkshake #4
Chapter 3: Yaaahhh tbc....ayo dilanjutin author-nimm! Suka deh sama ceritanyaa fighting!
exoticbabyly #5
Chapter 3: Lanjuuut!!! This is super cute ^3^
tyfan9490 #6
Chapter 3: Kok tbc di saat yg gak tepat huhu u,u
cepet update ye autornim...
sharaeunhyuk #7
Chapter 3: yaah mlh tbc,, lg seru2nya tuh,,,tp luhan pas d toilet ngeselin bgt, ,kekanakan,,,,lahh emank masih anak2,,,, hehe,,,,updatenya jgn lama2 y author
kannykim
#8
Chapter 3: Makin seru bgt thor ^^
Next asap ya thor, pleaseee gk sabar nih pengen tahu kelanjutanya.
Baru aja ak mau nagih ff cinderella man step brother? Eh.. author udah keburu ngomong gitu.
Pdhl ak udah penasaran bgt ama krishannya thor T_T
Semoga authot cpet dpt inspirasi ya...
Fighting!
vivie_luhan #9
Chapter 3: Wahhh penasaran sama lanjutanta,,hhehe
Lucuuuu