Please angry!!

Please angry!!

Please Angry!

.

.

Minggu di awal bulan Maret. Mentari bersinar dengan begitu semangatnya, menghangatkan seluruh seluk beluk isi kota Seoul. Burung-burung semarak berterbangan, menghiasi langit biru yang menaunginya. Gumpalan awan putih terlihat bergeser sedikit demi sedikit, menambah kesan artistic pada langit yang kini tengah menaungi 2 manusia berbeda gender yang sedang asyik menikmati hangatnya musim panas di bawah pohon maple.

Angin bersemilir lembut, membuat dedaunan pohon bergerak menyelaraskan diri dengan alunan hembusan angin yang menerpanya. Seorang namja bersurai brunette dengan mata sipitnya terlihat tengah asyik membaca sebuah komik "When bunny meets hamster” digenggamannya. Ia merebahkan diri di atas tanah beralaskan rumput dengan kepala yang disenderkan pada paha seorang pemuda dengan tatapan tajamnya yang merupakan kekasihnya.

Angin yang berhembus lembut membuat keduanya merasakan ketenangan luar biasa. Woohyun, kekasih namja bermata sipit itu terlihat tengah mengelus tiap helaian surai hitam milik Sunggyu sang kekasih. Senyuman terpahat jelas di bibir sedikit berisinya, kala maniknya menatap wajah Sunggyu yang terlihat sangat serius membaca komik berchapter miliknya. Sinar mentari yang menerobos menelisik masuk melalui celah-celah dedaunan pohon maple, tempat mereka bernaung, tak sedikitpun menghilangkan konsentrasi namja dengan manik foxy indahnya itu.

"Serius sekali bacanya?" Tanya Woohyun pada Sunggyu tanpa melepaskan gerakkan tangannya mengelus lembut surai brunette halus Sunggyu.

"….." Tak ada jawaban, Sunggyu nampak sangat focus dengan komik di tangannya.

"Apa kau sudah lapar, Hyung?"

"….."

Tak mendapatkan respon apa-apa dari namjachingu yang sangat dicintainya itu, tangan Woohyunpun mengacak lembut surai hitam sang namja. "Hey, jangan terlalu serius seperti itu! Rasanya aku seperti patung di sini!" Ujar Woohyun dengan nada sedikit ditinggikan, membuat Sunggyu terlonjak.

"Eh…?" Sunggyu mengangkat kepalanya ke atas, menatap Woohyun yang tengah tersenyum hangat ke arahnya.

"Apa kau sudah lapar?"

Sunggyu menganggukkan kepalanya. "Ayo kita makan!" Iapun bangkit dari posisinya, beranjak mengambil beberapa makanan yang memang sudah mereka persiapkan di sebuah ranjang piknik.

.

.

"Kenapa tak dimakan, Hyung?" Tanya Woohyun pada Sunggyu yang terlihat hanya menatapnya dengan dagu yang disandarkan pada tangannya. Seulas senyum simpul terukir di wajah cantik Sunggyu.

"Suapin~" Ucapnya semanja mungkin pada Woohyun, membuat namja dengan balutan kaus birunya itu gemas melihatnya. Tangan Woohyun kembali terulur untuk mengacak lembut surai Sunggyu.

"Manja sekali kau Gyu~?" Ujar Woohyun seraya mencubit lembut pipi chubby Sunggyu. Namja dengan balutan kaos putih casualnya itu terlihat mempoutkan bibirnya lucu.

"Huh, Woohyunnie pelit! Sama sekali tidak romantis!" Sunggyu menyilangkan kedua tangannya ke depan dada, dengan bibirnya yang masih mengerucut sebal tentu saja.

"Arraseo, arraseo…" Woohyun mengambil sepotong roti isi di hadapannya, kemudian menyodorkannya pada Sunggyu.

"Aaaaaa.." Ucapnya seraya membuka lebar mulutnya, seolah mengisyaratkan Sunggyu agar turut membuka mulutnya.

Sunggyu mendengus sebal. "Bukan seperti itu!"

"Eh..? Lalu?" Tanya Woohyunn dengan alis yang mengernyit.

"Pakai ini!" Sunggyu mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada bibirnya, membuat Woohyun semakin mengerutkan keningnya.

"Maksudmu?"

"Aisshh, aku mau kau menyuapi lewat bibirmu itu, Woohyunnie~" Semburat merah terlukis jelas, menghiasi wajah cantik namja dengan kelopak mata kecil indahnya itu. Manik foxynya menatap lembut manik onyx Woohyun.

"Ahh~ Seperti ini maksudmu?" Woohyun meletakkan sepotong roti ke dalam mulutnya, kemudian mendekatkan tubuhnya ke arah Sunggyu. Meminta Sunggyu untuk memakannya. Sunggyu masih mendengus kesal. "Payah!"

Tanpa perlu waktu lama, Woohyun segera menekan tengkuk Sunggyu agar mendekat ke arahnya. Sunggyu sedikit membulatkan matanya, namun selang beberapa detik kemudian, ia memakan sepotong roti yang ada di mulut Woohyun. Perlahan roti itupun habis dan menyisakan sepasang bibir indah yang saling bersentuhan untuk sekedar menyapa. Sunggyu menarik salah satu sudut bibirnya. Ia mengulurkan tangannya untuk menekan tengkuk Woohyun. Gantian, eoh?

Dan ciuman hangat dengan ditemani semilir angin yang berhembus lembut itupun menambah kadar kehangatan yang terjadi sebelumnya. Saling meraup bibir masing-masing dengan lembut namun intens. Angin mengalun, menerpa surai keduanya, pun semakin menambah atmosfer romantis yang tercipta. Bunyi kecipak saliva mengalun indah, cicitan suara burung yang tengah bertenggerpun turut menemani kemesraan keduanya. Cinta, seperti alunan musik indah yang berdendang, membuat desiran darah semakin cepat, membuat dentuman jantung semakin keras.

"Saranghae Woohyunnie~"

"Nado saranghae~."

.

.

~~(^_^)~~ Angry, Please!

"Woohyunnie~" Suara seorang namja dengan manik foxynya terdengar parau, sedikit menginterupsi kegiatan sang kekasih yang sedang merengkuh tubuhnya erat.

"Hmmm?" Jawab Woohyun –sang kekasih sekenanya.

"Apa kamu tidak lelah seperti ini terus, huh?" Tanya  Sunggyu pada Woohyun yang tengah tidur menemaninya.

"Tidak, aku tak akan pernah lelah, Hyung~" Jawab Woohyun, sang namja berperawakan sempurna itu pada Sunggyu yang tengah berbaring disampingnya dengan tubuh yang saling tertaut satu sama lain.

"Tapi, kau tak kuliah karena menemaniku terus dari pagi, apa kamu tidak bosan?"

"Aku tak akan pernah bosan."

"Kenapa kau memelukku terus sih? Aku kan hanya demam. Lagipula kau tidak harus  sampai tak masuk kuliah hanya untuk merawatku, kan? Kan masih ada Eomma di sini." Sunggyu mencoba sedikit meregangkan pelukannya pada tubuh Woohyun, ia tatap wajah Woohyun yang tengah mengatupkan matanya.

Woohyun kembali menggerakkan tubuhnya, merengkuh tubuh namja di hadapannya.

"Jangan lepaskan pelukan ini, hyung~ Kau tahu,? Kalau pelukan itu mampu menghangatkan tubuhmu, melebihi hangatnya sebuah selimut tebal sekalipun. Karena hawa panas tubuh manusia itu menguar saat tubuh mereka saling bersentuhan."

Sunggyu mengernyitkan alisnya. "Oh ya? Lantas itu alasannya kau memelukku sedari tadi? Supaya aku tetap hangat?"

“Hmmm~"

Seulas senyum tipis terpatri jelas di bibir namja berparas cantik dengan bibir mungilnya itu. Iapun mengeratkan pelukannya pada tubuh namja tampan di hadapannya.

"Apa kamu sudah makan? Dari pagi, aku lihat kamu belum makan." Tanya Sunggyu seraya mencium lembut cuping telinga Woohyun,membuat bulu roma Woohyun berdiri seketika.

"Aku tidak lapar, Hyung." Jawab Woohyun seraya mengendus aroma tubuh Sunggyu melalui ceruk leher putih jenjangnya.

"Nanti kamu sakit, Hyunnie~ aku tak mau kau tertular." Gurat khawatir terlukis jelas di wajah cantik Sunggyu. Bagaimana tidak? Saat Sunggyu bilang bahwa ia sedang sakit dan tidak bisa ke kampus hari ini, Woohyun segera melesatkan dirinya ke rumah Sunggyu. Merawatnya, menyuapinya, menemaninya bahkan memeluknya hingga saat ini. Tanpa memikirkan kondisi tubuhnya sendiri yang bahkan belum menyentuh makanan sedikitpun.

"Sssstt.. Tidak akan! Sekarang tidurlah!"

"Huh? Tidur? Aish, aku bosan." Sunggyu sedikit menggeliat, decakan sebal keluar dari bibirnya, membuat Woohyun semakin mengeratkan pelukannya.

"Kalau begitu, diamlah sebentar!"

Sunggyu mengerutkan keningnya. "Diam? Kenapa memang? Kamu sedang apa sih?"

"Aku sedang berdo'a."

"Berdo'a?"

"Ne."

"Berdo'a apa memang?"

"Berdo'a supaya Tuhan memberikan penyakit kamu ke aku."

"Mwo? Andwae! Kenapa berdo'a seperti itu? Nanti kalau kau sakit, bagaimana?" Sunggyu melepaskan pelukannya, menatap kedua obsidian Woohyun intens.

"Aku akan jauh lebih sakit melihat kau sakit seperti ini, tak apa aku saja yang sakit." Woohyun menatap sendu namja di hadapannya. Ucapan yang baru saja terlontar dari mulutnya, layaknya sebuah angin segar yang seketika menyejukkan hati Sunggyu, membuat dentuman jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Namun gengsi yang tinggi membuatnya sedikit mendecak.

"Tsk, Gombal~ Darimana kau belajar menggombal seperti itu?"

Mendengar hal itu, Woohyun menggerakkan tangannya, mengacak lembut surai Sunggyu.

"Aku mencintaimu hyung~ sangat sangat mencintaimu" Ucap Woohyun seraya menatap kedua manik foxy Sunggyu intens. Perlahan wajahnya beranjak mendekati wajah berparas cantik di hadapannya. Sunggyu terdiam, hatinya seolah ingin keluar saat ini juga, kala manik foxynya memandang pahatan Tuhan yang begitu sempurna di hadapannya.

Dan kedua bibir itupun saling bertautan, menyapa satu sama lain. Memberikan sebuah sensasi aneh yang membuat darah tiba-tiba naik dan berdesir dengan sangat cepat. Sunggyu membuka mulutnya, memberikan akses istimewa bagi lidah panjang Woohyun untuk mengabsen satu persatu bagian yang ada di dalamnya. Bunyi kecipak saliva terdengar mengalun merdu, membuat keduanya larut akan gelora cinta tanpa batas.

"Woohyun~" Sunggyu semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Woohyun. Hidungnya mencium aroma maskulin yang menguar dari tubuh namja bersurai hitam itu.

"Saranghae Sunggyu hyung~." Woohyun mencium kening Sunggyu lembut.

"Tidurlah!" Lanjutnya seraya mengeratkan pelukannya pada tubuh di hadapannya.

"Hmm~ Gomawo Woohyunnie~"

.

.

~~(^__^)~~ Angry, please

Berulang kali Woohyun menatap jam yang terpatri di pergelangan tangannya sembari sesekali menyeruput cappuccino latte yang telah dipesannya di sebuah kafe  yang terletak di dekat taman kota Seoul. NIT café. Café yang telah menjadi tempat favorit bagi dirinya dan Sunggyu untuk sekedar saling berbincang santai. Meluapkan keluh kesah atau hanya sekedar saling menatap intens penuh kelembutan satu sama lain.

Kedua manik onyxnya menatap jalan raya di sebelah café yang tampak ramai dipenuhi kendaraan bermotor yang hilir mudik melintasi jalanan tersebut. Semburat oranye terlukis di atas langit, membuat suasana hati siapa saja yang melihatnya akan terlarut dengan indahnya goresan lukisan Tuhan yang tertoreh di atas sana. Membuat hati menjadi nyaman dan tenang. Sesekali Woohyun mengulum senyum tipis, mengingat Sunggyu yang sangat menyukai pemandangan di sore hari.

Detik berganti menit, menit berganti jam. Seolah bergulir begitu cepat. Namun sosok yang ditunggu Woohyun belum juga menampakkan batang hidungnya. Lelaki dengan balutan kemeja denim birunya itu tampak sedang menelepon seseorang dengan ponselnya. Gurat kekhawatiran terlukis jelas diwajahnya. Terang saja, pasalnya, sosok yang ditunggunya selama 4 jam lamanya tak juga muncul memenuhi janjinya.  

“Hyung, kau dimana,.,..? mengapa sedari tadi tak mengangkat teleponku?” monolognya seraya mengetukkan jemarinya pada meja yang terletak di hadapannya.

Sudah untuk yang kesekian kalinya Woohyun menghubungi Sunggyu namun tak ada jawaban apapun dari seberang line teleponnya.

Manik onyxnya melirik jam tangannya. Jarum jam hampir mencapai angka 9 malam. Woohyun menghela napasnya dalam. “Kau dimana…”

“Permisi Tuan, café ini sebentar lagi akan tutup, apakah ada yang ingin anda pesan lagi?” ucap seorang pegawai café kepada Woohyun yang masih sibuk menempelkan ponselnya pada telinganya.

Merasa tak mendapatkan respon, sang pegawai menepuk lengan Woohyun pelan. Woohyun sedikit berjengit kaget. Sentuhan sang pegawai café seolah membangunkannya dari alam lamunnnya memikirkan Sunggyu yang tak kunjung tiba.

“Eh…? Mianhae, apa tidak bisa menunggu 15 menit lagi?” pinta Woohyun. Sang pegawai café tersenyum ramah, “Maaf Tuan, ini sudah pukul 11 malam, kami hanya buka sampai jam 11.” Ujarnya lembut.

Woohyun menghela napas dalam. “Hhhh, baiklah, terimakasih.” Ucapnya sembari mengeluarkan dompetnya dan menaruh beberapa lembar uang ke atas meja untuk membayar 5 gelas cappuccino latte yang telah habis diseruputnya.

Woohyun beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan gontai menuju pintu keluar. Namun, bukannya pulang ke rumah, ia malah menunggu Sunggyu di taman dekat café. Khawatir jika Sunggyu tiba-tiba datang dan  pemuda dengan mata sipit lucunya itu tak menemukannya di sana.

Woohyun berdiri di bawah pohon maple. Pohon favorit Sunggyu. Masih menunggu kedatangan Sunggyu. Wajahnya menengadah, memandangi beberapa bintang yang berhamburan menghiasi langit malam ini. Jujur saja, ini sudah untuk yang kesekian kalinya SUnggyu tak menepati janji yang telah dibuatnya.

Beberapa pesan singkatpun telah Woohyun kirim, namun tak kunjung mendapat balasan.

“Mengapa kau tak kunjung datang gyu…” ucapnya pada angin yang berhembus pelan menerpa tubuh atletisnya.

Drrtt drrrtt

Ponsel digenggaman Woohyu tiba-tiba bergetar. Membuat Woohyun terkejut. Saat melihat nama yang terpampang jelas di layar ponselnya, langsung saja ia menjawab panggilannya.

My cutie hamster

“Sung………” belum sempat Woohyun melanjutkan kalimatnya, seseorang dari seberang line teleponnya segera memotongnya.

“Woohyun mian…..” ucapnya dengan nada lemah.

“Kau dimana?” Tanya Woohyun tergesa.

“Aku……aku di rumah.” Jawab Sunggyu sedikit terbata.

“Apa kau baik-baik saja?”

“Hmmmm”

“Syukurlah.”

“Maaf….”

Woohyun menarik napas dalam. “Benar kau tak apa-apa hyung?”

“hmm”

“Aku mengkhawatirkanmu.”

“Maafkan aku hyun.”

“Kenapa meminta maaf hyung?”

“Aku lupa kalau hari ini kita janji bertemu di café NIT. Mian aku melupakannya. Ponselku tertinggal tadi”

Woohyun terdiam.  

“Woohyun…”

“Ya, hyung…”

“Apa kau marah?” Tanya Sunggyu hati-hati.

Woohyun berusaha tersenyum, “Tidak hyung, untuk apa aku marah?” ucapnya dengan nada lembut.

“Apa kau masih menungguku?”

“Tidak, aku sudah di rumah, aku hanya mengkhawatirkanmu, kau tak mengangkat teleponku sedari tadi.” Bohongnya.

“Mian…. Tadi, Yongguk datang ke rumahku dan mengajakku menemaninya membeli hadiah untuk adiknya yang ulang tahun. Aku lupa membawa ponselku dan melupakan janji kita. Mianhae Woohyun-ah mian.”

DEG!!

Sunggyu melupakan janjinya hanya karena menemani Yongguk, Bang yongguk untuk membeli hadiah?

“Woohyun…?”

“Ne, hyung…”

“Kau marah?”

“Aniyo… untuk apa aku marah hyung?”

“Mian….”

“Tak usah meminta maaf terus-terusan gyu hyung, kau tidak salah.”

“Tapi aku melupakan janji kita.”

“Tidak apa hyung, aku juga tadi tidak lama di café," Kembali Woohyun berbohong.

"Benarkah?"

"hmmm"

Sunggyu terdengar menghela napas kasar.

“Bagaimana tadi mencari kadonya? ceritakanlah padaku!”

Ya seperti itulah Woohyun. Selalu menjadi pendengar yang baik untuk Sunggyu. Sembari melangkahkan kakinya di tengah malam yang cukup dingin ini, ia mendenger celotehan Sunggyu yang sangat antusias menceritakan betapa lucunya Yongguk saat memilih kado untuk adiknya.

Percakapan terus berlanjut hingga Woohyun tiba di rumahnya.

Lantas, apakah Woohyun benar-benar tidak marah?

~~(^_^)~~Angry, Please!

"Jadi, selama 3 tahun pacaran, Woohyun tak pernah marah? Sekalipun? Astaga~" tanya seorang namja berpostur tinggi semampai  pada Sunggyu, namja yang tengah asyik menyeruput jus strawberry yang dipesannya.

"Hmmm~" Sunggyu mengangguk, sebagai respon dari pertanyaan yang dilontarkan Sungyeol, sahabat karibnya di kampus. Saat ini mereka tengah menghabiskan jam makan siang di kantin kampus.

"Apa kau tak merasa ada yang aneh?" Tanya Sungyeol dengan alis yang terlihat mengernyit.

"Maksudmu?"

"Hey, masa iya selama 3 tahun pacaran kalian tidak pernah bertengkar?"

"Memang tidak."

"Aiiisshh Gyu Hyung~, ini sangat aneh. Sangat mustahil ada orang yang tak pernah marah! Apa pernah kamu melakukan kesalahan sebelumnya?"

Sunggyu terlihat menjentukkan jarinya pada dagunya. "Pernah. Bahkan sering"

"Apa itu?"

"Aku pernah… hmm aniyo, maksudku sering melupakan janjiku, bahkan semalam aku melupakan janjiku bertemu dengannya karena menemani Yongguk membeli kado untuk adiknya, aku sering nyuekin dia saat sedang berdua, aku pernah berbohong padanya, hmmm…." Sunggyu terlihat berfikir, memutar otaknya, untuk mengingat kembali berbagai kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukannya dulu. Banyak, ya kesalahannya bahkan tak dapat dihitung dengan jari lagi.

"Lalu apa reaksinya?"

"Dia sama sekali tidak marah, dia hanya berkata 'gwenchana, jangan diulangi lagi ya' lalu mengacak lembut rambutku. Dan semalam, dia malah mendengarkan celotehanku mengenai seberapa lucunya Yongguk saat memilih kado untuk adiknya. Dia pendengar yang baik." Jawab Sunggyu

"Mwo? Hanya seperti itu?" Kedua bola mata Sungyeol terlihat membulat.

"Hmm~ Memang ada yang salah?"

"Ya jelas itu salah! Apa Jangan-jangan dia punya rahasia?"

"Maksudmu?"

Sungyeol terlihat menjentikkan jarinya. Perlahan ia gerakkan jari telunjuknya, memberikan isyarat pada Sunggyu agar lebih mendekat. Kedua bola mata Sunggyu terlihat membulat kala mendengar sebuah ide yang dibisikkan Sungyeol padanya.

"Mwo? Aku tak mau! Kau gila!"

"Ayolah, hanya untuk sekedar membuktikannya hyung~"

"Tapi……."

"Percayalah padaku!"

“Apa kau yakin ini akan berhasil?”

Lama Sunggyu terdiam.

"Dicoba saja dulu Hyung!" Ujar Sungyeol meyakinkan.

"Hmm, baiklah. Tapi awas jika gagal!" Dan akhirnya Sunggyupun menyetujui, sebuah saran yang mungkin terdengar konyol. Sebuah saran yang nantinya akan membuat sebuah fluktuasi hebat dalam hubungannya.

.

.

To Be Continued

.

.

ThankGyu so much bagi yang sudah bersedia membaca ^___^ 

if you dont mind, leave your comment :) thanks ^___^

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Coffeemilk1013 #1
Chapter 2: elaaah sunggyu udah tau nambabo lagi luka, bukannya dicariin alkohol sama plester malah buka baju. genit2 sama yongguk awas kamu! *ngancem pake burger* wkwkwk ah cherry ternyata u are back bikin ff kkkk~ jjang!
chinggyuzizi #2
Chapter 2: Akhirnya next chap update jg.
Jadi karena alesan itu woohyun oppa gak prnah nunjukin emosinya ama gyu oppa...
Kasian jg woohyun oppa tiap marah nyiletin tubuhnya pasti perih ...tapi aku seneng akhirnya happy ending... !!! :-) :-)
Ada sequelnya gak min ..penasaran hehe
kiranaketrin14 #3
Chapter 1: ini mana lanjutan nya thor?
mimigyu #4
Chapter 1: aku penasaran... cepetan di lanjut ya..
ntar pesanin aku klu udh lanjut.. wkwkwkw
Alvin_19 #5
Chapter 1: Lanjut ya!! Penasaran,, woohyun kamu setia banget :v
zairotul_putri #6
Chapter 1: aah, kok ga ada lanjutannya-_- , ya udahlah ditunggu ya chapter selanjutnya
akitou
#7
Chapter 1: wah pnsran....!!!!! apa y rencana yeol
mimigyu #8
mana mana???? penasaraaan...