Black Luggage

I met an otaku in Tokyo

Park Chanyeol, sedang menunggu taksi berikutnya dengan cemas sambil terus menerus melirik jam tangannya.

Beruntung sebuah taksi segera berhenti di halte tempatnya menunggu, dia pun memasukkan kopernya ke bagasi namun tidak dengan tas besar yang digendongnya- tempat ia menaruh beberapa barang miliknya.

Tepat saat ia menutup bagasi taksi tersebut dan sejenak membenarkan jaketnya, seseorang memasuki taksi dambaannya dengan koper besar yang dibawanya. Matanya membulat sempurna seraya pintu yang ditutup dan mesin mobil yang menyala.

Lantas taksi tersebut melesat pergi meninggalkan Chanyeol yang terbengong dengan mulut menganga dan mata yang melotot sempurna.

Sepersekian detik selanjutnya kesadarannya kembali, ia berteriak dan mengejar taksi itu.

 “Oi! Oi! Jangan bercanda!”

Berlari sambil menggendong tas besar bukanlah hal yang mudah. Setelah beberapa ratus meter ia berlari sampai di lirik orang-orang yang lalu-lalang, Chanyeol menghentikan larinya, namun tidak dengan mulutnya yang masih komat-kamit melontarkan mantra kuno untuk mengutuk taksi bersama penumpang kurang ajar yang dengan seenak jidat memasuki taksi dambaannya.

“Sial!”

Menunggu taksi berikutnya adalah satu-satunya solusi daripada harus membuang tenaga dengan olahraga mulut yang tidak sehat. Chanyeol lebih memilih melanjutkan perjalanannya daripada pulang kembali ke rumah- dan mendapatkan omelan karena ia pulang kembali ditambah kopernya yang hilang.


Black Luggage

Byun Baekhyun, dengan susah payah menyeret dua buah koper walaupun satu koper tidak begitu besar, namun dia nampak sangat bersusah payah menyeret koper-kopernya.

“Cih— seharusnya kutinggalkan saja koper ini di Incheon.” Baekhyun berdecak kesal. Dia duduk sembari merebahkan tangannya. Tidak peduli ini Negara orang lain, sekalipun ada orang di kanan kirinya.

“Tokyo I’m coming~ guuuuhhhh.” Ucapnya semangat sambil membayangkan apa yang akan ia lakukan di distrik-distrik terkenal di kota tujuannya, serta bagaimana meriahnya festival-festival disana.

Orang yang duduk disebelahnya merasa risih dan meninggalkan tempat duduknya, dan itu disambut senyuman tidak tahu diri Baekhyun.

Menghabiskan tabungan beberapa bulan belakang, Byun Baekhyun yang notabenenya belum pernah pergi ke negeri tetangga manapun. Ia terbilang nekat karena ini adalah kali pertamanya keluar negeri walaupun jarak Jepang dengan Korea terbilang cukup dekat tapi tetap saja… ditambah ia pergi sendiri,  berbekal uang serta skill bahasa inggris pas-pasan plus sedikit bahasa Jepang yang ia tahu dari anime tontonannya.

Menatap koper hitam yang terbilang sedang untuk ukuran sebuah koper, dia berniat untuk meninggalkan koper itu di sini, di Bandara Haneda. Untuk apa ia menyimpan koper yang nyasar ketangannya hanya karena ulah seseorang yang sangat bodoh yang menaruh kopernya di taksi yang orang lain tumpangi. Lagi pula ia tidak dapat membuka koper itu karena ada kunci kombinasi, dan tidak dapat mengembalikannya karena tidak ada identitas satu pun.

Byun Baekhyun, apa yang kau pikirkan sampai membawa koper orang lain bersamamu..

“Maafkan aku karena meninggalkanmu! Takdir yang lebih baik pasti menantimu,” Baekhyun membungkukkan badannya di depan koper, “maaf.” Setelah memberi salam terakhir plus mendapatkan tatapan aneh orang-orang, Baekhyun pergi dengan tidak tahu dirinya.

Di sisi lain, Si Tinggi Park Chanyeol sedang merutuk kesal sambil memegangi smartphonenya. Dia sedang sial, rupanya dompet yang berisi semua uang berwujud kartu kredit miliknya tersimpan di kopernya yang hilang- atau tepatnya dibawa kabur dan hanya ada sedikit uang di sakunya yang mungkin hanya cukup untuk naik taksi. Dia memaki dirinya sendiri karena tidak memeriksa apakah dompetnya ada atau tidak. 

Nasib buruk memang sedang menimpanya kali ini dan ditambah lagi saat ia ingin menelepon kakaknya, batere smartphonenya habis dan charger miliknya juga ia simpan di koper. Sial. Park Chanyeol, kau benar-benar sial. Tidak ada cara lain selain terus maju atau meminjam charger orang asing, di bandara atau di luar bandara.


Baekhyun sedang menunggu taksi untuknya dengan senyum terukir jelas di wajahnya. Beberapa saat kemudian ia mendengar suara desahan berat dari belakangnya, dan suara orang menggerutu dengan bahasa Korea- tunggu, Korea? Apa dia tidak salah dengar? Dia pun menoleh ke belakang punggungnya dan mendapati seorang lelaki tinggi dengan setelan hitam beserta topi dan masker.

“I’m sorry, what do you looking at?” Merasa risih, orang itu membuka maskernya dan angkat bicara.

“Sorry!” Baekhyun pun membalikkan badannya lagi. Ia merasa sedikit terkejut karena tatapan orang itu sangat menakutkan. Apa dia melakukan sesuatu yang salah? Atau orang itu adalah preman? Jangan-jangan orang itu adalah mafia? -Oh, sudahlah Byun Baekhyun, hentikan khayalanmu itu.

Akhirnya taksi pun tiba, Baekhyun segera membuka pintu dan menaiki taksi tersebut, tak lupa memasuki kopernya ke bagasi. Ia mengintip dari jendela taksi dan melihat orang tinggi tersebut pergi tanpa menunggu taksi yang lain.


Tidak jauh setelah meninggalkan bandara, Baekhyun memberhentikan taksinya di depan sebuah restoran -sepertinya dia lapar. Dia singgah dan memesan seporsi besar ramen untuk dirinya sendiri. Sambil menunggu makanannya datang, Baekhyun memilih letak tempat duduk favoritnya, di dekat jendela.

Setelah mendapatkan tempat duduk, ia membuka smartphonenya mengecek sesuatu. Yah, terlihat jelas senyuman singgah di bibirnya. Lalu, dia sedikit membenarkan rambutnya lalu mengecek eyeliner di matanya dan mengambil foto dirinya sendiri. Lol, Byun Baekhyun kau sangat narsis.

Baekhyun mengambil setidaknya dua atau tiga foto, kemudian ramen pesanannya pun sampai. Segera ia mengupload fotonya dan meletakkan smartphonenya, lalu Baekhyun mengambil sumpit dan mulai menyantap makanannya.

“Itadakimasu!”1 ucap Baekhyun sebelum melahap ramen dihadapannya.

Ekspresi bahagia saat menyantap ramen terlihat jelas di wajahnya. Baekhyun sangat senang karena ‘to do list’ pertamanya saat menginjak Negeri Matahari Terbit tercapai, yaitu ‘memakan ramen’. Restoran dekat bandara merupakan pilihannya kali ini.

‘Slurp’

“Gochizousamadea~”2

Sesudah menghabiskan suap terakhir ramen miliknya, Baekhyun berdiri dan menghampiri kasir untuk membayar. Tidak lupa berteriak “terimakasih” sebelum meninggalkan restoran.

Kali ini dia memilih duduk sebentar di bangku taman sekitar restoran untuk menikmati udara Jepang, negeri yang sangat ingin ia kunjungi selama ini dan akhirnya kini tercapai. Pemuda berumur 21 tahun itu terus-terusan tersenyum saking bahagianya, ia bahkan bersenandung ria tidak peduli kalau ada seseorang yang duduk disampingnya.

“Akihabara aku dataaang! Akhirnya aku bisa membeli barang-barang berbau anime dari negeri asalnya! Dan, aku pasti akan melakukannya!” Baekhyun berbicara dengan dirinya sendiri sambil melihat smartphonenya.


Mendengar suara berisik yang berasal dari samping kanannya, Chanyeol segera membuka matanya. Bukan karena ia terganggu, tapi karena  mendengar orang tersebut berbicara menggunakan bahasa Korea.

‘Akhirnya!’

“Halo, maaf apa kau bisa membantuku?” Tanpa basa-basi, Chanyeol segera membuka pembicaraan.

“Ya, tentu- eh kau berbahasa Korea, kau dari Korea juga kah? Wah kebetulan sekali.” Orang tersebut menjawab dengan ramah bahkan kelewat ramah sambil memegang tangannya.

 “Uh- yeah.” Sedikit terkejut, ia segera menarik tangannya.

“Ada yang bisa ku bantu?”

“Ya uh- begini, apa kau punya charger? Milikku ada di koper dan koperku hilang.”

“Ha- oh tentu saja aku punya,” Baekhyun merogoh kopernya dan memberikan charger miliknya, “apa itu cocok?” setelah mendapatkan anggukan ia menutup kembali kopernya, “ngomong-ngomong, kau mau ngecas di mana? Hahahaha.”

Oh ya, Park Chanyeol kau tidak hanya membutuhkan charger tapi juga stopkontak. Bagus sekali.

“Sepertinya kita harus ke penginapan, bukan hanya untuk itu tapi juga untuk tidur. Ini sudah larut, sepertinya.” Baekhyun melirik sebentar jam tangannya.

“Kau benar, tapi-”

“Di sebelah sana ada penginapan, ikuti aku.”

“Begini, aku-”

“Ayolah ikuti aku atau kau kutinggal.”

Mau tidak mau, Chanyeol mengikuti orang ini walaupun kini ia terlihat sangat kikuk.


Setelah sampai di depan penginapan, Chanyeol akhirnya berani angkat bicara. “Begini, dompetku hilang.”

“Hah? Apa?” Baekhyun sedikit menaikkan suaranya. Dan menghentikan langkahnya untuk memasuki penginapan. Ia mengalihkan pandangannya kepada si Tinggi dan memasang ekspresi bingung, "apa yang hilang?"

“Dompetku yang hilang. Uang yang kumiliki hanya cukup untuk membayar taksi dan itu sudah kugunakan.” Jelasnya.

“Hah? Ada dompetmu dicuri? kalau begitu kita harus ke kantor polisi! Kau jangan diam saja bodoh," Baekhyun mengeluarkan smartphonenya namun belum sempat ia mengetik sesuatu, smartphonenya di ambil paksa oleh Chanyeol, "hei! Kembalikan!" Baekhyun meninggikan suaranya.

"Dengarkan aku dulu," Chanyeol mengembalikan apa yang ia ambil dan mulai menjelaskan. "Dompetku hilang bersama koper. Tidak, bukan hilang, tepatnya di bawa kabur taksi saat aku mau pergi ke bandara Incheon. Jelas?" Chanyeol menekankan kata terakhir sambil menatap Baekhyun.

"Oh ya ampun. Nasibmu sangat sial rupanya. Baiklah, hari ini kita tidur satu kamar dan aku yang bayar. Aku tidak punya banyak uang untuk memesan dua kamar, jadi maklumi saja.”

“Syukurlah kau baik sekali! Kau adalah penyelamatku! Tenang saja, uangmu pasti akan ku kembalikan saat dompetku kembali!” Chanyeol amat gembira mendengar serentetan kata dari pemuda kecil ber-eyeliner tebal di depannya, ia tidak bisa menahan diri untuk melompat-lompat kecil.

“Sudahlah, kau seperti orang idiot kalau seperti itu. Cepat masuk, kita menghalangi pintu masuk sedari tadi.”

Nampaknya mereka berdua cepat sekali akrab, mereka berdua bicara bukan seperti orang asing yang baru pertama kali bertemu- bahkan seperti teman. Hal itu didukung oleh kepribadian mereka yang ‘friendly’.

Mereka berdua akhirnya memasuki penginapan. Setelah Baekhyun melakukan reservasi, mereka berjalan ke kamar nomor 101. Membuka pintu, dan melepas barang bawaan mereka.

“Jadi, bagaimana bisa kopermu di bawa kabur.” Baekhyun duduk di kursi dan membuka pembicaraan.

“Hah? Uh ya. Kesialan ini berawal ketika aku memasukkan koperku ke bagasi taksi yang bejalan sebelum aku naik, dan kau tahu? ada orang sialan yang memasuki taksinya. Ugh, aku sangat kesal. Koper itu berisi pakaian serta dompetku, dan sialnya kukira dompet milikku kusimpan di tas yang aku gendong ternyata tidak, aku baru menyadarinya saat sudah di Jepang.”

“Tunggu.”

“Koperku pasti sudah dibawa kabur oleh orang itu.”

“Apa koper itu berwarna hitam?”

“Ya.”

"Dengan garis putih dan tengkorak norak?"

"Bagaimana kau tahu?" Chanyeol menaikkan sebelah alisnya.

“Aku membawanya kesini,” ucap Baekhyun ragu-ragu.

“Jadi kau-“

“Aku tinggalkan di bandara.”

 

Keheningan tercipta di antara mereka untuk beberapa saat.

 

“Kau orang sialan yang menaiki taksi itu dan membawa kabur koperku?” Chanyeol menaikkan suaranya.

“Hei turunkan suaramu!”, Baekhyun sedikit emosi karena dibentak, “Dan jangan panggil aku sialan!”

“Sial!” Chanyeol segera memakai jaketnya kembali dan keluar kamar lalu membanting pintu kamar itu.

“Hei! Jangan banting pintunya, bodoh!” Baekhyun membuka pintu dan meneriaki pemuda tinggi tersebut di koridor.

“Sialan kau, dasar tidak tahu diri!” Sekali lagi ia berteriak.

Dua detik setelah Baekhyun mengucapkan barisan kata-kata itu, Chanyeol menghentikan langkahnya lalu kembali menghampiri Baekhyun dengan langkah cepat.

“Sialan, apa dia akan menghajarku,” Baekhyun ketakutan dan kembali ke kamarnya, “Sial, apa yang aku lakukan. Sial. Mungkin aku akan berakhir di kremasi dua jam yang akan datang. Sial. Ayah, Ibu, maafkan tidak menuruti perkataan kalian. Sial sial sial.” Baekhyun mengoceh tanpa henti sembari duduk tersungkur dengan punggung menghadap pintu.

‘tok tok tok’

“Hei, buka pintunya!”

‘sial, sial’

‘tok tok tok tok’

“Buka pintunya! Aku perlu bicara denganmu,” terdengar suara teriakan berat dan tenang dari seberang pintu.

“Tidak mau! Kau pasti akan mencekik leherku!”

“Hah? Ahahaha,”

Apa Baekhyun tidak salah dengar? Suara tertawa?

“Aku minta uang taksi,”

Hening.

“Ne?”


-Chapter 1 end-


1. Itadakimasu1 merupakan kata yang biasa diucapkan orang Jepang sebelum menyantap makanan.

2. Gochizousamadea2merupakan kata yang biasa diucapkan orang Jepang sesudah menyantap makanan.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
parkHyunIn #1
cepet dlanjut ceritanyaa. pnasaran dgn jalan2 mrk dijepang, psti /ehem/ ok hentikan pkiran ngawur gw/ pkknya hrus dlnjut ni ff ^^ jeballlllll update sooooonnn pleasee xD
Nadira12
#2
cepet dilanjut>>>> i like it..
potatoria
#3
Chapter 1: Lanjutt :)