Chapter 1

Fullmoon

Chapter 1

 

Ketakutan. Rasa itu merambat dalam pikir ku, terasa hidup dan mengalir dalam darahku. Ingin ku mencari cara untuk terbebas. Perasaan itu bersemayam pada diriku saat ini, ketika Kyungsoo menarik ku tuk berjalan melewati rimbunan semak hutan menjelang malam ini. Seandainya aku tak pintar menyembunyikan kepanikan ku, mungkin aku telah berteriak kencang bahkan tak sadarkan diri. Aku tak ingin Kyungsoo berpikir dia telah membuat kesalahan ketika dia meyakinkanku untuk mengikuti acara tahunan sekolah yang selama ini selalu ku hindari. Kupikir aku bisa belajar dari dia untuk melawan ketakutan ku selama ini.

 

Tetapi tetap saja, pergi sendirian ke tempat binatang buas yang sedang berkeliaran mencari santapan itu sesuatu yang tidak masuk akal. Gila. Bahkan yang lebih tidak masuk akal lagi, kami tidak memberitahu siapa pun. Kami pergi diam-diam karena meninggalkan villa setelah lampu dipadamkan dapat menjadi alasan kami mendapatkan hukuman berat. Setelah mendapat pencerahan tentang hukuman yang diberikan kepada pelanggar aturan, aku sama sekali tak ingin mendapatkan hukuman itu

 

Aku menggenggam senter yang ku bawa dengan erat saat aku mendengar gemerisik dedaunan di salah satu sisi yang ditumbuhi pepohonan dan semak lebat

 

“Kyung, tunggu dulu.” Aku menarik tangan Kyungsoo yang berada di depan ku

 

Kyungsoo menatap ku seakan berkata ‘Apa lagi yang kau tunggu, Baek?’

 

“Apa itu?” Bisikku agak keras

 

Kyungsoo mengarahkan senter yang  ia bawa ke pepohonan yang aku tunjuk. Aku tau saat ini tak ada sumber cahaya kecuali dari senter kami berdua, karena saat ini bulan berada pada posisi awal. Bulan baru atau bulan mati. “Apanya yang apa, hm?”

 

Cahaya senterku menyorot untuk membantu cahaya senter Kyungsoo yang diarahkan ke pepohonan itu. Tak ada siapa-siapa, dan tak ada apa-apa. Seketika ku mengarah kan cahaya senterku berkeliling. Kyungsoo tersentak dan mengangkat sebelah tangan untuk melindungi matanya dari sorot cahaya senter yang ku timbulkan. Rambut gelap nan kelam nya seakan menelan cahaya senter ku.

 

Aku tersenyum melihat itu

 

Aku sangat beruntung memiliki teman seperti Kyungsoo, aku sangat tahu dengan sikap lembut dan keibuannya. Tetapi dibalik itu aku yakin jika ia memiliki kekuatan yang tak terelakkan. Dia selalu menjadi berita utama di sekolah karena selalu melindungi siswa yang tertindas.

 

“Rasanya aku mendengar sesuatu,” kataku

 

Kyungsoo memiringkan kepalanya sedikit. Hal itu membuat nya semakin terlihat imut, “Seperti apa?”

 

“Entahlah, aku tak tahu.” Hatiku berdebar, - well, bukan karena aku melihat wajah imut Kyungsoo. Hatiku berdebar sambil sekilas memandang berkeliling untuk meyakinkan diriku bahwa tak ada apa-apa.

 

Sesungguhnya aku sangat menyukai kegiatan di alam bebas. Tapi malam ini, berada disini membuatku takut. Aku tak dapat menghilangkan perasaan bahwa aku sedang diawasi.

 

“Apakah itu seperti langkah kaki?” tanya Kyungsoo

 

Aku menggeleng, “ Molla, bukan seperti langkah manusia pada umumnya. Lebih ringan dan tak bisa diprediksi, seperti langkah kaki yang bergerak diatas angin.”

 

Bola mata Kyungsoo membulat mendengar penjelasanku, “Mwo?” aku melihat Kyungsoo terkekeh

 

“Well,- Baekkie~ahh, penjelasan macam apa itu? Melangkah diatas angin?” Kyungsoo tertawa

 

Aku mengerucutkan bibirku mendengar dia tertawa, “Aku bersungguh-sungguh, Kyungie. Aku mendengar seperti ‘sesuatu’ yang sedang melompat dari dahan pohon ke pohon lain.”

 

Kyungsoo menatapku lekat, dan tanpa aba-aba ia melingkarkan lengannya ke bahuku. Meskipun aku lebih tinggi beberapa centi dari dia. Dia memiliki otot-otot kuat yang terlatih karena ia juga termasuk anggota hapkido sama seperti ku. Kami adalah teman sekolah sejak duduk di bangku menengah pertama. Kyungsoo menjadi satu-satunya teman yang mau berteman denganku saat itu. Dalam waktu singkat, kami saling cocok dan menjalin persahabatan hingga sekarang.

 

“Itu hanya perasaan mu, Baek. Kita tidak sedang diawasi ataupun diikuti.” Kyungsoo meyakinkanku. “Semua orang telah terlelap ketika kita meninggal villa. Jadi jangan khawatir, ne?”

 

“Gimana kalau itu binatang buas?” Ketakutan yang kurasakan ini tidak masuk akal. Tapi aku tahu, aku mendengar sesuatu, dan aku tahu itu sesuatu yang tak bersahabat. Aku tak dapat menjelaskan bagaimana aku bisa tahu, mungkin ini yang dinamakan indra keenam atau semacamnya.

 

Tawa Kyungsoo menggema dipepohonan nan rimbun ini

 

“Ayolah, Kyung. Aku serius” ujarku

 

“Baek, binatang buas apa yang dapat melompat dari pohon ke pohon? Adanya yang bisa melakukan hal itu hanya kera, Baek. Dan kera bukanlah binatang buas.”

 

Aku menghela nafas dalam. Aku benar-benar merutuki diriku yang paranoid ini. aku terdiam dan mendengarkan baik-baik sekitar ku saat ini.

 

Seiring waktu, hutan semakin mencekam

 

Bukankah jika hutan menjadi semakin sunyi maka akan ada bahaya yang mendekat?

 

Well,- ini semakin menakutkan, “Mungkin sebaiknya kita kembali ke villa sekarang, Kyung.”

 

Kami berada sekitar satu mil jauhnya dari villa yang menjadi tempat istirahat siswa yang mengikuti acara tahunan sekolah

 

Kyungsoo hanya menatap ku dengan mata bulat nya itu

 

“Ayolah, Kyung. Bagaimana jika kita kena hukuman?” tanyaku yang mulai frustasi

 

“Kita hanya akan terkena hukuman jika kita tertangkap.” Ucap Kyungsoo sambil menampilkan cengirannya. “Ayolah.” Kyungsoo menarik tanganku untuk tetap mengikuti langkah kakinya

 

“Sebenarnya apa yang akan kau tunjukkkan padaku, Kyung?”

 

Sungguh, Kyungsoo hanya bilang ingin berbagi sesuatu yang tak terlupakan dan sangat istimewa dengan ku. Itu sudah cukup membangkitkan rasa ingin tahuku yang cukup besar. Tetapi itu ketika kami berada di lingkungan yang aman dan terjamin

 

“Baek, bukankah aku berjanji kepada mu akan menunjukkan sesuatu yang sangat istimewa jika kau ikut acara tahunan sekolah kali ini? Percayalah, apa yang ingin ku tunjukkan padamu sepadan dengan  resiko terkena hukuman, bahkan dikeluarkan dari sekolah.”

 

Aku mengerjapkan mataku, “Benarkah, Kyung?”  Apakah Kyungsoo menghindari pertanyaanku? Sepertinya begitu. Aku memandang sekeliling ku dengan tatapan curiga, “Apakah kau menemukan perpustakaan terlengkap di dunia di tengah hutan ini?” Karena jujur saja, itulah satu-satunya hal yang kuanggap sepadan dengan bahaya

 

Kyungsoo menghela nafas tak sabar, “Sudahlah, lebih baik  jika kita terus jalan.”

 

Karena tak ingin ditinggal, terpaksa aku menyamakan langkah kaki ku dengan nya. Sejauh yang menyangkut diriku, perhatianku selalu penuh. Ketika berumur lima tahun, ayah dan ibuku tewas di hutan ini. Orang tua angkatku menceritakan bahwa mereka menemukan ku di hutan ini sendirian dengan keadaan menangis terisak.

 

Ya, aku memang memiliki masalah emosional. Itulah sebabnya aku selalu menghindar dari acara tahunan sekolah yang selalu diadakan di hutan ini. Hal ini pula yang menyebabkan aku mengikuti terapi, menghabiskan satu jam bahkan lebih dengan sia sia setiap minggu bersama seorang psikiater bernama dr. Choi Dong min, yang selalu mendoktrin ku dengan kata-kata ‘hadapi ketakutanmu, harus’. Well,- hal itu lebih menjengkelkan dan bukannya malah membantuku. Sungguh, aku lebih memilih mendengar rengekan Kyungsoo

 

Mungkin aku hanya membodohi diriku sendiri dengan berpikir bahwa aku ini cukup berani untuk menghadapi unsur-unsur alam bebas dari hari ke hari. Lagipula, apa sebenarnya yang harus kutakutkan dari alam bebas ini? Bahkan yang menyerang orangtuaku bukan lah binatang. Orangtuaku ditembak oleh pemburu binatang atau pemburu hal lain,- yang aku yakin mereka adalah pemburu ilegal. Para pemburu itu dengan bodohnya mengira orangtua ku adalah vampir.

 

Mereka meneriakkan bahwa kami adalah vampir yang telah mengacaukan desa. Mereka menembaki orangtua ku dengan brutal, karena aku yakin orang tua ku melindungi ku agar aku tak tertembak

 

Well,- memang di dalam film-film vampir berwujud manusia. Tapi aku dan orang tuaku bukanlah vampir, seingatku orang tua ku tak memiliki wajah yang mengerikan dan tentunya saat ini aku juga tak memiliki wajah yang mengerikan dan taring panjang. Dan sedikit ingatan yang tertinggal dalam memoriku bahwa orangtua ku saat itu  ingin menunjukkan sesuatu

 

Karena kedua pemburu itu, taring-taring tajam dan wajah mengerikan vampir secara teratur hadir dalam setiap mimpiku, membuat malam-malam yang resah dan penderitaan yang membuatku menjerit dalam tidur.

 

Terapi ini dilakukan untuk mencari akar penyebab mimpi burukku. Dr. Choi berasumsi bahwa alam sadarku berusaha mencari kebenaran bagaimana dua orang pemburu gila itu menembak kedua orangtuaku.

 

Segala sesuatu yang terjadi pada saat itu telah sangatlah kabur. Kecuali, aku yang melihat orang tuaku tak bernyawa dan aku berlari untuk mencari sebuah pertolongan untuk menyelamatkan kedua orang tuaku

 

Tuhan, bagaimana para pemburu itu mengira bahwa aku dan orangtuaku adalah keluarga vampir?

 

...

 

Dibelakangku, semak-semak bergemerisik. Angin-angin berhembus semakin kencang seakan-akan ada sesuatu yang cepat membelah hutan ini. Bulu kudukku meremang. Kuletakkan tangan ke tengkuku untuk menggosok nya. Tubuhku gemetar dan lenganku merinding. Aku merasa, jika aku berbalik aku akan melihatnya, apa pun itu dan siapa pun itu.

 

Apakah aku ingin berhadapan dengannya? Oh aku tidaklah gila

 

Kyungsoo kemabali menatapku, “Sekarang, ada apa lagi, Baek?”

 

“Ada yang sedang mengawasi kita.” Bisikku. “Aku bisa merasakannya.”

 

Kali ini Kyungsoo tak menganggap paranoidku hanya sebuah candaan. Dia memandang berkeliling. “Mungkin hanya burung hantu yang sedang mencari mangsanya.” Yakin Kyungsoo

 

“Jika itu benar butung hantu, maka ia ingin bertemu denganmu karena salah mengira jika kau itu saudara kembar nya, Kyung.” ucap ku

 

Kyungsoo terkekeh mendengar jawaban dariku, “Jika kau berasumsi seperti itu, maka kau tak usah takut. Karena nanti yang akan diculik olehnya aku, bukan kau, Baek.” Terang Kyungsoo panjang lebar.

 

“Kyung, sungguh ini lebih menyeramkan dari pada seekor burung hantu.”

 

“Tahun lalu aku kemari dan melakukan hal seperti ini, dan kau lihat bukan jika aku baik-baik saja tanpa kekurangan apapun.”

 

Aku mengusap wajahku dengan kasar, “Tapi, Kyung. Bagaimana jika,-”

 

Belum sempat aku melanjutkan ucapakanku, “Tidak ada binatang buas atau semacamnya disini, Baek. Mereka hidup jauh di hutan belantara. Disini masih dalam lingkungan yang sering dijamah oleh siswa sekolah kita selama ini.” Kyungsoo menarik tangan ku, “Tenang, seratus langkah lagi kita telah sampai tujuan kita”

 

Aku mengikutinya, namun tetap siaga. Ada sesuatu. Aku yakin itu. Buka burung hantu ataupun binatang pengerat. Bukan sesuatu yang kecil. Aku merasa ada sesuatu yang mengintai, tapi aku merasa sesuatu itu bukanlah binatang buas yang sedag mengintai mangsa seperti  pada umumnya. Tetapi lebih memberikan kesan untuk membunuh. Entahlah aku tak tau wujud sebenarnya dari sesuatu itu

 

Rasa ngeri, takut, dan khawatir merayapi diriku. Mangsa? Membunuh? Mengapa aku memikirkan itu. Tapi itu benar. Memang itu yang kurasakan. Sesuatu sedang mengawasi dan menunggu.  Tetapi mengawasi siapa tepatnya? Dan menunggu apa?

 

Berapa langkah lagi? Lima puluh? Empat puluh? Bodoh sekali keluar tanpa memberi tahu siapa-siapa. Kalau sampai orangtua ku,- well orang tua angkat – tahu tentang ini, mereka bisa membunuhku. Aku telah berjanji kepada mereka untuk bertanggung jawab. Dan apalagi ini adalah pertama kalinya aku jauh dari mereka, dan ibu angkatku telah menceramhiku sampai kedua telingaku memanas agar aku hati-hati

 

Jauh di depan sana, cahaya terang  yang menembus dedaunan menarik perhatianku, “Apa itu?”

 

“Itulah yang akan ku tunjukkan padamu.”

 

Kami melewati pepohonan dan menuju tempat yang menampakkan sebuah rumah mewah yang dipenuhi dengan tanaman rambat. Sebelum sempat menanyakan pertanyaan lain, selusin remaja,- well siswa yang lain keluar dari rumah mewah itu. “Surprise!” teriak mereka. “Selamat ulang tahun, Baekhyun.”

 

Aku hampir memekik kaget. Jantung ku hampir berhenti berdetak. Aku menekan sebelah tanganku ke dada dan tertawa, untunglah aku bisa mengedalikan keterkejutanku. “Ulang tahun? Aku rasa ulang tahun ku bukan sekarang.”

 

“Besok, bukan?”  tanya Jongdae.  Dia mengusap rambut cokelat tuanya. Dia menatapku dengan sepasang mata hitamnya

 

Jongdae atau Chen mengangkat pergelangan tangan yang dilingkari jam tangan. “Dalam sepuluh detik, sembilan,-”

 

Anak-anak yang lain juga ikut menghitung. Aku bisa melihat mereka semua dengan jelas. Tak jauh dari Jongdae ada Sehun, namja berambut hitam lurus dengan sepasang mata cokelat tua dengan lingkaran luar berwarna hitam. Dia tak banyak bicara, aku sempat kaget saat dia ikut menghitung

 

“Delapan, tujuh,-”

 

Di samping Sehun, ada Luhan sunbae yang terlihat hampir seperti kembaranku. Rambutnya yang berwarna hitam berponi dan matanya yang entah mengapa memiliki bola mata seperti ku, berwarna merah tua dengan lingkar emas di luar nya. Bukankah Luhan sunbae termasuk komite kedisiplinan? Tapi mengapa ia juga ikut-ikutan melakukan ini? Ah, entahlah.

 

“Enam,-”

 

Di belakang Luhan sunbae, ada Kris sunbae. Dia memiliki rambut hitam dan rahang yang tegas. Bola matanya biru gelap. Dia juga tak banyak bicara seperti Sehun. Dan yang ku tahu pula ia termasuk komite kedisiplinan. Tidak. Lebih tepatnya dia adalah wakil komite kedisiplinan. Saat ini dia bersama seorang namja yang aku tau adalah kekasih nya yang bernama Zitao atau Tao. Kekasih Kris sunbae memliki wajah yang imut dan unik. Dia memiliki mata seperti panda. Rambutnya pun hitam legam

 

Di samping  Kris Sunbae, ada Suho sunbae. Ia terkenal sebagai kaki tangan Kris Sunbae,- entah mengapa ia disebut demikian. Dia memiliki sepasang mata berwarna coklat berpadu hitam. Rambutnya berwarna seperti kedua matanya

 

Entah mengapa, semua namja disini hampir memiliki rambut hitam. Atau mungkin itu adalah aturan saat mengikuti acara tahunan sekolah ini atau mungkin itu adalah keinginan mereka sendiri. Ah entahlah

 

“Lima,-”

 

Di samping Tao, ada Xiumin sunbae. Dia memiliki wajah yang tak kalah imut dari Tao, Kyungsoo, dan Luhan Sunbae. Dia memiliki sepasang mata berwarna coklat muda. Dia memiliki rambut berwarna coklat tua. Saat ini dia sedang mengobrol bersama namja berdimple yang bernama Yixing atau Lay sunbae. Lay sunbae memiliki rambut yang berwarna hitam legam pula. Dan sepasang mata berwarna hitam

 

Tapi, bagaimana mereka bisa sampai disini lebih cepat daripada kami? Aku bertanya tanya

 

“Empat,-”

 

Namja yang berjalan menghampiri ku dan Kyungsoo saat ini adalah Jongin atau Kai. Dia memiliki kulit yang tak biasa diantara siswa sekolah kami. Dia memiliki rambut hitam pula dan memiliki sepasang mata berwarna coklat tua.

 

Di bangku menengah pertama, aku selalu merasa seperti orang yang tersingkir. Namja yatim piatu. Anak adopsi. Satu-satunya orang yang bukan menjadi bagian mereka. Tuan Byun dan Nyonya Byun memungutku. Mereka bukanlah orangtua tiri yang jahat atau semacamnya. Hanya saja mereka tak selalu memahamiku. Lagipula memangnya ada orangtua yang benar-benar memahami anaknya?

 

“Tiga, dua, satu. Selamat ulang tahun!”

 

Aku tak memikirkan lagi bagaimana bisa ada bangunan semewah ini di tengah hutan nan gelapseperti ini, aku juga tak memikirkan akan terkena hukuman seperti apa jika tertangkap songsaemin. Bukan kah disini para komite kedisiplinan tengah berkumpul?

 

Aku melihat Luhan sunbae membawa sebuah cupcake yang berjumlah tujuh belas dengan satu lilin diatas setiap kue dengan menebarkan cahaya kuning.

 

“Aku tak percaya jika kalian mengingat hari ulangtahun ku.” aku sangat terharu. Bahkan dari dulu hanya orangtua asli dan angkat ku saja yang mengingat hari ulang tahun ku. Tapi, aku juga tak pernah memikirkannya karena orangtua kandungku meninggal pada hari ulang tahun ku yang kelima. Jadi pada hari istimewaku ini perasaanku selalu campur aduk

 

“Hari ulang tahun itu penting, Baek.” Kata Kyungsoo. “Terutama kali ini kau berumur tujuh belas tahun, bukankah itu sweet seventeen?”

 

Aku mengangguk senang

 

Luhan sunbae tersenyum mengiyakan ucapan Kyungsoo. Tanpa sadar pun aku juga ikut tersenyum, “Aku suka cupcake.” Ujarku

 

“Katakan permohonanmu dan tiup lilinnya.”

 

Aku menarik nafas dalam dan menunduk, saat itulah aku melihatnya.

 

Park Chanyeol

 

Dia bersandar pada tiang penyangga dengan tangan terlipat di dadanya yang bidang, hampir tertelan dengan cahaya remang yang berada disekitarnya seolah dia memang tak mau terlihat. Tetapi aura keberadaannya sangat kuat, membuatku kaget karena tak menyadarinya sampai sejauh ini. matanya memancarkan cahaya  merah dalam kegelapan. Seperti biasa, dia hanya menatap ku tanpa ingin berucap

 

Chanyeol membuatku takut. Oh ayolah, itu tak benar. Apa yang kurasakan terhadapnyalah yang membuat ku takut. Ada ketertarikan yang tak dapat ku jelaskan. Sungguh ini membuat ku gila. Sebelumnya aku tak pernah tergila-gila terhadap yeoja apalagi dengan namja, tapi yang ku rasakan terhadapnya jauh melebihi itu.

 

Rasanya sangat kuat, hampir meluap-luap dan sangat memalukan karena jelas-jelas dia namja tampan yang berwibawa, memiliki sebuah kewenangan yang terlihat normal dan juga yang sama sekali tak memiliki perasaan yang sama denganku. Kalaupun ada, dia cenderung menghindar berhubungan langsung dengan ku.

 

Aku berusaha mengubur perasaanku, karena aku tau perasaan ini salah. Tetapi, setiap kali memandangnya, perasaan itu akan muncul dan bergejolak dalam tubuh ku. Dan aku yakin dia dapat melihat dalam mataku, apa yang dengan susah payah sedang ku kendalikan

 

Kedekatannya membuat jantungku berpacu dan susah untukku menelan seteguk saliva ku sendiri. Aku ingin berada didekatnya, menyisir untaian rambut yang kuyakini sangat halus dengan jemariku. Ketika pertama kali aku bertemu denganya, ku pikir dia seorang pelanggar aturan karena hanya dia seorang yang memiliki warna rambut bercorak merah seperti itu. Dia terlihat sangat tegas, walau ku akui kadang dia terlihat lebih imut daripada wajah seorang yeoja. Dia merupakan ketua komite kedisiplinan, dia selalu disegani oleh siapapun di sekolah kami. Aku sering melihatnya, mengamatinya. Dan, karena hal itu pula aku sering mendapatinya sedang menatapku. Entah itu tatapan risih, mengawasi atau tatapan yang lain

 

“Ayo, tiup lilinnya.” Ujar Xiumin sunbae yang entah sejak kapan berada di dekatku

 

Kata-katanya itu menyadarkanku kembali. Aku mengatakan permohonanku tanpa berpikir, lalu meniup kemilau cahaya lilin dengan satu tiupan keras

 

“Silahkan.” Kata Luhan sunnbae sambil mengulurkan sebuah cupcake padaku. “Mianhe Baekhyunnie, ini tidak resmi. Tetapi lebih mudah disajikan di tengah hutan yang  terdapat bangunan mewah ini. well, ini juga karena menghindari hukuman yang akan diberikan songsaemin jika kita ketahuan.” Ucap Luhan sunbae panjang lebar dengan akhiran ia mengedipkan sebelah matanya kepadaku.

 

Aku menggeleng, “Ini sangatlah hebat, sunbae.” Kataku berseri-seri. “Aku bahkan tak mengharapkan apapun di ulangtahun ku saat ini.”

 

Luhan mengacak rambutku lembut, “Panggil aku ‘hyung’ saja. oke?” ucap Luhan

 

Aku mengangguk mendengar permintaan nya, “Oke, sun- aniya, oke, hyung.”

 

“Dan lagian, kami semua suka kejutan.” Tambah Lay sunbae.

 

“Tapi, kalian semua tadi sangatlah berisik. Seharusnya kalian bisa lebih tenang waktu kemari, hyung. Dia mendengar kalian, hampir saja semuanya berantakan.” Omel Kyungsoo

 

Dengan pukulan yang ringan, aku memukul lengan Kyungsoo, “Jadi, itu yang kudengar tadi?” kelegaan menyelimutiku, tetapi pada waktu yang sama, itu sama sekali bukanlah penjelasan yang tepat.

 

“Tentu. Seharusnya mereka sudah tidur dan mematikan lampu villa ketika kita pergi, sehingga kau tak curiga. Tetapi mereka juga harus bergegas mendahului untuk menyiapkan semuanya. Dan mengerjakannya dengan tenang.” Terang Kyungsoo

 

“Tapi, aku mendengar sesuatu di belakang kita, tepat sebelum kita sampai di sini.” Ungkapku

 

“Seperti apa?” tanya Chanyeol sambil melangkah mendekat ke arah ku.

 

Suaranya yang dalam menghantar getar kebahagiaan menembys diriku. Itu hanyalah suara. Gelombang yang hanya dapat didengar oleh sepasang telinga. Dan tetap saja saat mendengarnya mampu menyentuhku ke tingkat yang belum pernah ku alami dengan siapapun. Perasaan ku yang tak masuk akal menyadarkanku. Aku hanya seorang namja yang mengharapkan secuil perhatian dari namja tampan seperti Chanyeol.

 

Mendapatkan perhatian penuh darinya membuatku bingung dan tiba-tiba aku merasa tolol dengan kekhawatiran yang menyergapku, “Aku yakin itu bukan apa-apa.”

 

“Lalu untuk apa kau mengungkitnya?” tanya Chanyeol lagi

 

“Bukan aku. Kyungsoo yang mengungkitnya.”

 

Aku tahu. Aku sungguh mengerti jika harapan ku hanya sedikit untuk dia yang memiliki perhatian lebih padaku yang hanya seorang namja. Jadi mengapa dia mampu membuatku gugup? Kenapa kemampuan bicaraku menurun begitu ada dia?

 

“Tenang, kawan.” Kata Kai. “Itu mungkin kami. Kau tau bukan, ketika kita berusaha tenang maka kita akan membuat kegaduhan yang melebihi biasanya.”

 

Namun Chanyeol memejamkan matanya. Seakan dia dapat memantau keadaan luar dengan mata hatinya. Tak butuh waktu lama, dia melangkah ke arah kedatangan kami tadi. “Mungkin aku harus memeriksa sekeliling untuk memastikan.”

 

Aku memahami jika dia menjadi penanggung jawab seluruh siswa disini. Dia terlihat sangat disiplin, tegas, dan keras.

 

“Sekarang kau sama paranoidnya dengan Baekkie, Yeol.” Teriak Kyungsoo

 

Entah sejak kapan, aku melihat tangan Chanyeol ditarik Kris sunbae, “Ambillah cupcakenya dan duduklah dulu.”

 

Mataku membulat

 

Barukali ini aku mendengar suara Kris sunbae

 

...

 

Chanyeol bergeming. Lagi-lagi dia memejamkan mata indahnya itu

 

“Aku merasakan hal aneh dengan apa yang akan kita lakukan besok.” Ujar Sehun

 

Semua mata memandang Sehun, “Aneh bagaimana?” tanyaku

 

“Dr. Jo Corong adalah ahli kimia.” Kata Sehun. “Lalu mengapa dia ingin mempelajari pedalaman hutan?”

 

“Hutan memiliki banyak unsur-unsur yang tercantum dalam tabel periodik.” Ujar Tao. “Bukankah dia juga pernah berkata ingin membuktikan beberapa elemen di hutan ini? Bukan begitu, Yeol?”

 

“Ne.”

 

Aku ingin mengetahui sifat asli Chanyeol sesungguhnya. Apakah dia memiliki sikap asli yang sangat dingin dan misterius seperti ini. Atau sikap yang sangat hangat, humoris, dan periang.

 

Entah mengapa, berbicara dengan sebelas namja ini membuat ku nyaman. Aku tak merasa seperti orang luar. Aku merasakan dapat berteman dengan akrab secara cepat dengan mereka

 

Chanyeol berdiri dari duduknya, “Sebaiknya kita kembali.”

 

Luhan sunbae mendengus sebal, “Kau benar-benar perusak pesta, Yeol.”

 

“Kau akan berterima kasih padaku besok pagi ketika harus mengikuti perjalanan Dr. Jo pada pagi buta, hyung.” Ucap Chanyeol

 

Semua mengerang begitu diingatkan harus bangun pagi-pagi sekali. Semua siswa yang ikut merapikan rumah itu kembali, siapa tau,  pemilik rumah ini akan kemari dalam waktu singkat

 

Aku mengucapkan banyak terimakasih pada semuanya, “Sungguh aku sangat senang dengan kejutan ini. karena ini adalah kejutan ulang tahun terhebat yang pernah ku dapatkan.”

 

“Tak setiap hari kita berumur tujuh belas tahun lho, Baek.” Ujar Xiumin sunbae. “Kami hanya ingin melakukan sesuatu yang istimewa sebelum kita tewas dengan tugas yang diberika Dr. Jo itu.”

 

Aku tertawa menanggapi gurauannya, “Kita tak akan tewas hanya karena sebuah tugas, sunbae.”

 

“Dr. JO terkenal karena kegilaannya, Baek. Bisa saja dia menugaskan kita untuk mencari spesies baru di hutan ini agar ia dapat memeliharanya.” Timpal Kai

 

Aku membulatkan mata sipit ku, “Apa yang kau maksudkan, Kai?”

 

“Jangan membuat Baekhyun ketakutan, Kai.” Ujar Suho sunbae

 

Kai tersenyum kikuk mendengar ucapan Suho sunbae

 

Kami kembali melewati jalan kecil menuju villa kami. Semua siswa berjalan menyebar. Chanyeol mengikuti dari belakang seluruh siswa, tepat dibelakangku. Lagi-lagi aku merasa diawasi. Rasa ngeri menjalariku.

 

“Ada apa?” tanya Chanyeol

 

Bagaimana dia tahu jika aku merasakan ada yang tak beres?

 

Aku menoleh sekilas ke balik bahuku, merasa tolol jika aku mengatakannya dengan suara keras, “Hanya perasaan aneh bahwa kita tak sendirian.”

 

Chanyeol mengangguk, “Aku juga merasakannya.”

 

Semua orang berjalan dalam diam, mendengarkan dengan saksama sepanjang perjalanan. Cahaya senter menebarkan sinar suram dalam kegelapan. Aku benar-benar sadar Chanyeol mengikuti sangat dekat dibelakangku. Bukan karena aku dapat mendengar langkah kakinya yang menapak tanpa suara. Tetapi aku merasakan kedekatannya seolah dia menyentuh ku, memelukku dalam pelukan hangatnya walau sebenarnya tidak. Aku merasa gugup sekaligus senang. Aku takut untuk berharap, aku juga takut mengkhayal. Tapi apa daya, dia selalu memfosirku untuk selalu memikirkan dia.

 

Jauh di ujung jalan ini, banyak cahaya yang menembus dedaunan. Aku tau jika villa kami telah sangat dekat. Dan aku bersyukur karena semua orang mempercepat langkahnya. Akhirnya, kami sampai di villa kami

 

Aku tertawa gugup, “Tolong katakan padaku kalau selama ini kalian tidak sering melakukan hal mengejutkan seperti ini.”

 

“Itulah serunya ikut acara tahunan ini, Baek.” Ucap Chen

 

“Aku tadi juga merasakan sesuatu, asal kau tau.” Tambah Kai

 

“Kalau itu berbahaya, dia pasti menyerang.” Kata Sehun, “ Mungkin itu hanya seekor kera atau semacamnya.”

 

“Apapun itu, kita telah masuk dalam zona aman. Jadi lebih baik jika kita bergegas untuk tidur.” Ungkap Chanyeol

 

Semua siswa berjalan masuk ke vila. Namun Chanyeol ragu-ragu. Akhirnya dia berkata, “Selamat ulang tahun, Baek.”

 

Deg

 

“O-oh, terimakasih.” Kata-katanya hampir membuat ku pingsan seketika.

 

Dia tesenyum kikuk

 

Deg

 

Deg

 

Jantungku berpacu lebih cepat. Aku tak menyangka dia mengingat nama ku. Aku melihat dia memasukkan tangan ke saku jinsnya dan melangkah pergi

 

....

 

Grep

 

“Harusnya tadi kau melihat tampangmu.” Kata Kyungsoo. “Kau benar-benar kaget.”

 

Aku tersenyum, “Aku tak menyangka kalian sangat pintar merahasiakannya.”

 

Kyungsoo tersenyum cerah, “Percayalah, itu bukanlah hal mudah.”

 

“Baek, apa permohonan mu tadi?”

 

Rona merah merayap ke pipi ku, “Jika aku mengatakannya, aku yakin permohonanku tak akan terkabulkan.”

 

Aku sendiri tak yakin apakah aku benar-benar berharap pemohonanku itu bisa terkabul. Aku tak tahuapa yang merasukiku untuk membuat pemohonan seperti itu. sekarang permohonan itu menghantuiku begitu mengingat kata-kata yang muncul dalam benakku dengan penuh keyakinan

 

Aku ingin Chanyeol menciumku

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet