Prolog

Fullmoon

Prolog

 

Cahaya bulan menerpa dan menyelimuti kami, membasuh tubuhku dan tubuh namja tampan di depan ku.

Keheningan malam yang mencekam menembus hutan tak mampu mengusik perhatian kami satu sama lain. Pepohon raksasa nan saling berpaut melingkupi kami seakan hendak menyembunyikan tubuh kami. Gemerisik dedaunan saling beradu membisikkan peringatan dalam semilir angin malam. Kicauan burung malam dan geraman binatang malam yang saling menyahut mengumandangkan ancaman dalam alunan angin malam. Tapi kami tetap mengabaikannya dalam diam, seakan-akan kami berada dalam ruang putih kosong

Dia jauh lebih tinggi daripada aku, dan mau tak mau aku harus mendongakkan kepala untuk menatap ke dalam mata merahnya yang entah mengapa mampu membuat ku jauh dari alam sadar ku. Mata itu menghipnotis, yang seharusnya menenangkan debur jantungku. Namun sebaliknya, mata itu seakan memerintahkan jantungku untuk berdetak semakin cepat. Mungkin aku benar-benar telah terperangkap dalam jerat mata indah itu. Mungkin pula pahatan wajah sempurna itu yang memerangakap ku. Atau, mungkin pula kedekatan bibirnya itu yang mampu mengacaukan daya pikir dan hatiku

Dia melangkah mendekat dan aku memilih tuk melangkah mundur, tapi sebatang pohon menghentikan langkah kaki ku untuk semakin jauh darinya. Apakah aku siap untuk ini? Apakah aku siap untuk sebuah tanda yang akan mengubah hidupku?Aku tahu jika dia memberiku tanda, aku tidak akan seperti dulu lagi. Kami tidak akan seperti dulu lagi. Hubungan kami akan berubah ---

Pikiranku memberontak, seakan tak terima dengan sebuah kata sederhana. Sebuah kata sederhana yang memiliki makna berjuta kata yang tak ingin ku mengerti. Berubah.

Chanyeol, ya namja tampan itu adalah Chanyeol. Ia tiba-tiba sudah mendekat. Aku sama sekali tak menyadari akan pergerakannya. Lututku melemas, dan aku bersyukur aku tengah bersandar pada sebatang pohon yang kokoh ini. Dia mengangkat tanganya ke batang pohon di belakang kepalaku, seolah dia juga membutuhkan tempat untuk bersandar. Apa yang dilakukannya membuat jarak diantara kami semakin menipis. Dan aku bisa merasakan sensasi aneh yang semakin bergejolak dalam diriku saat menerima kehangatan dari tubuh tegap Chanyeol.

Dia terlihat menawan dalam terpaan cahaya bulan. Indah, sungguh. Rambutnya yang tebal dan halus dengan perpaduan warna merah gelap hingga terang dengan sedikit corak kehitaman menghias indah. Anak rambut yang menutup dahinya entah mengapa membuatnya semakin terlihat indah. Aku ingin mengusap dan merasakan kelembutan rambut itu. Aku ingin membelainya dalam genggaman tangan ini

Tapi aku sadar, setiap pergerakan yang ku lakukan adalah sebuah pertanda untuk nya, sebuah pertanda bahwa aku telah siap. Dan nyatanya, sampai detik ini aku belum siap. Aku tidak ingin dengan apa yang ia tawarkan. Tidak untuk malam ini, atau mungkin tidak untuk malam-malam selanjutnya. Entahlah aku hanya merasa belum siap untuk semua ini.

Apa yang ku takutkan? Ini hanya sebuah kecupan yang mungkin akan sedikit menimbulkan luka di leher ku. Well- mungkin itu menakutkan, tapi bukan karena aku takut terluka karena kecupan Chanyeol.

Lalu apa yang membuatku ketakutan? Jawabannya mudah, aku tahu bahwa kecupan yang mana akan memberiku sebuah tanda akan mengikat kami selamanya.

Jemarinya dengan lembut menyibakkan rambut di keningku. Dia dekatkan bibirnya pada keningku, seakan ia memberitahu kepadaku bahwa ia akan selalu ada untukku. Ia menyalurkan segenap keyakinan dan kekuatannya kepadaku

Mengapa dia begitu sabar? Mengapa dia tak memaksa? Apakah dia merasakannya juga? Apakah dia mengerti betapa penting nya itu jika,-

Dia merendahkan kepalanya. Aku tak bergerak. Aku nyaris tak bernafas. Walau keberatan, aku menginginkannya. Aku mengharapkannya. Tetapi aku menolaknya

Bibirnya hampir menyentuh bibirku.

Hampir

“Baek,” bisiknya penuh harap, dan napasnya yang hangat menyapa telinga kiri ku, “Sudah waktunya.”

Aku takut, sungguh aku benar-benar belum siap untuk perubahan ini. Air mataku merebak. Aku mengeleng, menolak untuk mengakui kebenaran kata-katanya, “Aku belum siap”

Dia tersentak karena pernyataanku

Tatapan sayu yang ia pancarkan menghujam relung hatiku. Aku merasa bersalah. Tapi apa daya, aku memang belum siap.

 Berangsur –angsur ia melangkah mundur untuk menjauhi ku. Dia menatapku penuh rasa kecewa yang tak mampu ia tutupi lagi.

 “Argghhh”

Aku mendengar teriakan menyakitkan darinya. Air mataku merebak semakin deras melihat dia kesakitan.

Chanyeol menatap ku kembali dengan raut wajah yang menahan sakit, “Kalau begitu tunggulah aku, Baek. Tetapi kau harus kuat untuk menghadapi kesa,- Arggghhhhhh”

Aku melihat cahaya mulai mengitarinya

Aku tahu itu pertanda buruk

Tapi, aku tak tahu aku dapat menyimpulkan darimana jika cahaya itu adalah pertanda buruk.

Itu hanya firasatku saja

Aku tak peduli jika itu hanya firasat yang salah

Aku hanya tak mau kehilangan dia karena ketidaksiapan ku

Aku mulai berlari kearahnya .....

Sangat sulit untuk ku memercayainya. Selama aku mengerti tentang hal logis dan masuk akal, aku masih menertawakan dan mengejek pendapat bahwa vampir itu sebenarnya memang ada.

Dan sekarang aku, Byun Baekhyun, akan menjadi salah satunya. Tidak. Lebih tepatnya menjadi pemimpin kaum itu

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

comment ya :D

mian jika tak menarik

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet