Chapter II

Obvious

Author: Kiriya Diciannove

Title: Obvious

Inspired from: Drama It’s Okay It’s Love (2014), A Beautiful Mind (2011)

playlist song: Eternally Lost—J Lewis, It’s okay that’s love –Davichi, Sleepless Night—Crush ft. Punch.

Met membaca ^^

XoXo-XoXo-XoXo

Do you really exist? You seem far from reality

Am I wandering in between dreams and beyond? [Black Pearl –EXO]

XoXo-XoXo-XoXo

XoXo

Yifan berjalan menuju cafeteria dengan banyak hal yang berseliweran di dalam pikirannya. Mengabaikan beberapa sapaan dari perawat dan dokter yang berpapasan dengannya. Dia mengambil sekaleng kopi dari mesin minuman sebelum memasuki cafeteria. Tampak Sunkyung melambaikan tangan kearahnya ketika dia mendaratkan kakinya di tempat yang cukup ramai dengan para pegawai rumah sakit yang sedang makan siang, membuat namja itu menghampirinya dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Sungkyung. Dia meletakkan kaleng minumannya di meja.

“Wajahmu kusut sekali, Fan. Bertengkar dengan Junmyeon lagi?” Sunkyung mengerlingkan matanya.

Yifan meneguk kopinya sebelum menyahut, “Tidak.”

“Benarkah? Lalu kenapa kau tampak serius sekali? Oh tunggu!” seru Sunkyung, “Wajahmu memang seperti ini sedari dulu.” Sunkyung tampak setengah bercanda.

“Ya, benar, aku memang sudah tampan sedari dulu.”

Sunkyung hanya bisa berdecak begitu mendengar ucapan dari namja kelahiran China-Kanada yang terdampar di Seoul itu.

Yifan diam selama beberapa saat, “Apa kau tahu kalau Junmyeon memiliki teman bernama Park Chanyeol di rumah sakit ini?”

“Huh?” Sunkyung berpikir sejenak, “Setahuku tidak ada.”

Yifan menghela napas, teringat dengan ucapan Junmyeon.

(“Setelah itu, dia sering datang ke kamarku karena dia bilang dia kesepian. Dia sering menemaniku, tapi dia bilang ini harus dirahasiakan dari para suster. Kau yang pertama kuberi tahu tentang rahasia ini.”)

Iya benar, hal itu rahasia, tentu saja Sunkyung tidak tahu. Yifan mengarahkan pandangannya pada Sunkyung yang memainkan ponselnya sambil menikmati makan siang.

“Junmyeon bilang dia memiliki teman bernama Park Chanyeol, tapi aku tidak pernah sekalipun bertemu dengan orang itu. Katanya, Chanyeol adalah pasien yang pernah dirawat disini. Tapi begitu aku mencari informasi tentang anak itu, aku tidak menemukan apapun.”

Sunkyung meletakkan sendok dan garpunya di meja, dia menatap wajah Yifan, setelah diperhatikan, Yifan memang tampan, namun wajahnya tampak kurang tidur, kantung matanya dapat telihat dengan jelas. Sepertinya itu karena dia benar-benar serius mencari informasi tentang namja bernama Park Chanyeol itu. Yifan mulai mirip dengan Zitao sekarang.

“Kenapa tiba-tiba tertarik dengan orang itu?” Tanya Sunkyung kemudian.

“Karena Junmyeon sering membicarakannya.”

“Cemburu membuatmu sampai seperti ini?” Sunkyung mengernyitkan alisnya.

“Tidak… bukan hanya karena itu. Kau pikir aku sekekanakan itu? Aku hanya berpikir kalau ada yang aneh.”

Sunkyung mengangguk-angguk, “Mungkin itu bukan nama yang sebenarnya?”

Yifan kemudian menjelaskan semua kecurigaannya kepada Sunkyung.

“Entahlah. Junmyeon memang memberiku nomor teleponnya. Tapi itu bukan nomor yang bisa dihubungi. Tapi Junmyeon bersikeras itu nomor telepon yang benar.” Yifan mengakhiri penjelasannya.

“Tenanglah Fan, aku akan membantumu mencari informasi tentang anak bernama Park Chanyeol itu di rumah sakit ini, Ok?”

Yeah. Thank you.”

XoXo-XoXo-XoXo

“Kyungsoo.”

“Oh, Yifan-hyung!” Kyungsoo berlari kecil sambil menghampiri kekasih temannya itu. “Sedang apa disini? Mencari Junmyeon?”

Yifan menggeleng, “Hanya sekedar lewat saja. Dan tidak sengaja melihatmu.”

Bohong.

Sebenarnya Yifan baru saja kembali mencari informasi tentang Park Chanyeol, semester dua jurusan fisika. Tapi, seperti yang dia duga. Tidak ada sama sekali. Ada beberapa yang memiliki nama sama, tetapi bukan jurusan fisika semester dua. Dan mereka bukan Chanyeol yang Yifan cari.

“Oh,” Kyungsoo mengangguk paham. Kemudian dia mengernyit ketika mendapati Yifan menatapnya dengan serius.

Waeyo, hyung?”

“Ngomong-ngomong, ternyata setelah dilihat-lihat… kau memang cute seperti yang Junmyeon katakan,” gumam Yifan.

Bugh!

Kyungsoo menyikut perut Yifan, membuat namja itu mengerang karena sakit.

“Oh, maaf, itu refleks ketika ada yang menyebutku seperti itu,” ujar Kyungsoo tanpa nada bersalah sedikitpun. Yifan hanya bisa tersenyum hambar sambil menahan sakit di perutnya. Yifan jadi berpikir, apa Junmyeon juga disikutnya seperti ini ketika menyebut Kyungsoo cute?

“Mau makan siang bersama? Aku akan mentraktirmu,” tawar Yifan kemudian.

“Eh, dalam rangka apa nih?” Kyungsoo tampak tertarik dengan tawaran Yifan.

“Tidak ada, hanya tidak ingin makan siang sendirian,” sahut Yifan. Mendengar perkataan Yifan, Kyungsoo langsung menerima ajakan makan siang itu.

Saat ini mereka sedang berada di café dekat kampus, dengan Kyungsoo yang sudah selesai menulis pesanannya dan menunggu makanan mereka diantarkan.

Yifan mengarahkan pandangannya keluar café lalu kemudian menatap namja dihadapannya itu, “Kyungsoo, apa kau mengenal teman Junmyeon yang bernama Park Chanyeol?”

Mata Kyungsoo tampak membulat, “Aku sering mendengar Junmyeon-hyung menyebut Chanyeol, tapi aku tidak pernah bertemu dengannya.” Sahut namja yang memiliki tinggi sepantaran dengan Junmyeon itu. “Tapi… pernah sekali, Junmyeon-hyung bilang Chanyeol menelponnya, padahal dari yang kulihat, layar ponselnya tidak menyala sama sekali.” Kyungsoo memiringkan kepalanya. “Atau penglihatanku yang mulai buruk yaa?” ujarnya sambil bergumam.

“Begitu…” Yifan menghela napas. Dia sepertinya mulai mengerti sesuatu. Tapi, dia harus memastikannya lebih lanjut. Dia berharap apa yang ada dipikirannya sekarang salah.

XoXo-XoXo-XoXo

Ckiiittt!

Sebuah mobil berhenti mendadak begitu melihat seseorang berada dihadapan mobilnya secara tiba-tiba. Dengan segera yeoja pemilik mobil itu keluar, merasa takut kalau-kalau dia telah menabrak orang dan membuatnya terluka parah.

“Kau tidak apa-apa?” ujarnya panik sambil membantu namja yang mencoba bangun itu.

“Tidak apa-apa,” ujar Junmyeon sambil mencoba berdiri dibantu yeoja itu.

“Eh, Junmyeon!” yeoja itu tampak terkejut.

“Seohyun-noona…” ucap Junmyeon tidak kalah terkejut begitu melihat sunbae-nya di kampus adalah orang yang menabraknya.

“A—ayo ke rumah sakit, aku akan mengantarmu,” ujar yeoja bernama Seohyun itu.

“Tidak usah, hanya luka kecil kok, noona.” Junmyeon mengibaskan tangannya.

“Kalau begitu, biaya… sebutkan biaya untuk pengobatannya.” Ujar Seohyun benar-benar merasa dia harus bertanggung jawab.

“Tidak perlu, aku baik-baik saja. Sungguh. Tidak usah,” Junmyeon menolak tawaran Seohyun. Dia bersikeras dia tidak apa-apa hingga akhirnya Seohyun mengalah dan meminta maaf, dia memberikan nomor teleponnya sebelum pergi, meminta Junmyeon menghubunginya jika seandainya dia kenapa-kenapa.

Dan disinilah sekarang Junmyeon berada, duduk di kursi taman sambil melihat sikunya yang berdarah.

“Ini harus diobati hyung, kenapa kau tidak membiarkannya mengantarmu ke rumah sakit?” ujar Chanyeol yang sejak awal bersamanya, namja itu memasang wajah cemas.

“Kau sih, kenapa berada di jalan seperti itu, untung tidak tertabrak.” Ujar Junmyeon. “Kau tidak apa-apa kan Yeol?”

“Yang tertabrak kan kamu hyung, bukan aku. Aku baik-baik saja.”

“Syukurlaahh,” Junmyeon menghela napas lega.

“Kau juga, kenapa melamun sepanjang jalan, hyung. Aku kan jadi cemas. Ayo kita membeli perban dan obat untuk lukamu.” Ajak Chanyeol.

Junmyeon mengangguk tanda mengiyakan, mereka memasuki sebuah toko dan membeli obat luka dan perban. Lagi, Chanyeol mengantarkannya sampai pertigaan jalan. Chanyeol menunjuk ke ujung jalan, dimana disana terdapat toko bunga, membuat Junmyeon mengarahkan pandangannya kesana, tampak ada beberapa orang disana, Chanyeol kemudian berkata bahwa namja dengan jaket abu-abu berdiri disana adalah kakaknya, dan dia ingin menghampiri kakaknya. Dia kemudian melambaikan tangan kearah Junmyeon dan berlalu dengan cengiran khasnya pada Junmyeon, membuat namja angelic itu tersenyum dengan menampilkan eyesmile-nya pada Chanyeol.

Dia tidak tahu apakah dia harus berharap agar hubungan Chanyeol dan kakaknya menjadi lebih baik.

XoXo-XoXo-XoXo

Yifan-hyung calling…

Junmyeon sedang berjalan menuju kampusnya ketika Yifan menelponnya. Dia mengangkat telepon dari Yifan yang ternyata mengajaknya untuk bertemu, padahal sebentar lagi jam masuk mata kuliahnya.

“Tapi aku ada kelas setengah jam lagi… oke, oke, cuma sebentar saja kan? Di café dekat kampus, kan? Baiklah.”

Klik.

Sambungan telepon itu dimatikan oleh Junmyeon.

Junmyeon segera bergegas menuju café, matanya menjelajah ruangan itu dan mendapati Yifan melambai padanya. Namja berjas itu tampak bersama dengan seorang namja yang memakai jaket biru.

“Dia temanku dari China,” Yifan mengenalkan orang itu pada Junmyeon.

“Zhang Yixing. Tapi kau bisa memangilku Yixing ataupun Lay.” Namja ber-dimple itu tersenyum manis pada Junmyeon sambil mengangkat tangannya untuk bersalaman.

Junmyeon tampak terkesima dengan lesung pipi dan senyum manis dari Yixing, sehingga membuatnya terdiam beberapa saat.

“Myeon?” panggil Yifan.

“A—ah, ya! Namaku Kim Junmyeon, salam kenal Yixing!” Junmyeon memberikan senyum terbaiknya sehingga menampakkan mata crescent miliknya. Dia menjabat tangan Yixing.

“Waahh, kau memiliki banyak hal yang indah.” Ujar Yixing.

“Eh?” Junmyeon tampak bingung.

“Kau punya senyum angelic dan eyesmile yang indah.” Ucap Yixing.

“Yixing juga kok, lesung pipi dan senyum yang manis.” Puji Junmyeon, membuat Yixing kembali tersenyum.

Yifan berdehem. “Melupakan diriku?”

“Wajah poker face Yifan tidak akan bisa dilupakan.” Ucap Junmyeon sambil nyengir.

“Sangat tidak sesuai dengan hatinya, bukankah begitu?” Yixing mengerling pada Junmyeon.

Junmyeon tersenyum lebar sambil mengiyakan, membuat wajah Yifan benar-benar tampak datar. Beberapa saat kemudian Yifan memegang lengan Junmyeon untuk mengajaknya duduk di sampingnya, membuat namja itu mengerang pelan karena ternyata Yifan tepat memegang bagian sikunya yang terluka. Yifan menatap Junmyeon dengan bingung begitu melihat wajah Junmyeon yang tampak menahan sakit dan segera menyingsingkan lengan baju motif kotak-kotak milik Junmyeon dan menyadari bahwa siku tangan Junmyeon diperban.

“Kenapa dengan sikumu?”

“Oh… ini hanya lecet karena aku menolong Chanyeol yang hampir terserempet mobil. Tidak parah kok.” Sahut Junmyeon santai, namun dia mendapati tatapan Yifan padanya tampak tajam dan berkilat. “…Yifan?”

“Kau harus lebih berhati-hati.”

“Aku tahuu, Yixing~ coba lihat, Yifan benar-benar terlalu banyak mengatur, iya kan.” Adu Junmyeon.

“Benar, dia selalu seperti itu. Bahkan sejak SMP dia sudah seperti itu,” Sahut Yixing. Mereka berdua mengobrol selama beberapa saat, melupakan Yifan yang menatap mereka berdua dengan wajah serius.

“Wuahh… serius? Kau benar-benar punya indera keenam? Hebatnya…” Junmyeon berdecak kagum.

“Kadang-kadang ini masih menakutkan walaupun aku sudah lama memilikinya,” ucap Yixing.

“Aku mungkin akan menyerah sejak lama kalau memiliki kekuatan seperti itu,” Junmyeon tampak bergidik, membuat Yixing terkekeh pelan  begitu melihatnya.

Yifan melirik arloji ditangannya yang merupakan pemberian Junmyeon saat ulang tahunnya, dia kemudian mengusap kepala Junmyeon. “Bukankah sebentar lagi jam masuk kuliahmu?”

Junmyeon refleks melihat jam tangannya, “Uwaahhh, benar! Aku pergi duluan ya!” Junmyeon segera bangkit dari duduknya, dia mengecup pipi Yifan. “Sampai jumpa lagi Yixing, senang mengobrol denganmu, lain kali kau harus memberitahuku lebih banyak tentang bagaimana Yifan sewaktu kecil.” Dia melambaikan tangannya sambil bergegas menuju kampus.

“Tentu, aku akan menceritakan banyak hal tentang Yifan waktu kecil,” Yixing balas melambaikan tangan sambil mengangguk padanya.

“Itu bukan tujuan utamaku mempertemukan kalian,” Yifan berujar pelan sambil menatap kepergian Junmyeon.

“Yeah, tapi itu jadi tujuan kami saat bertemu lagi nanti,” sahut Yixing yang membuahkan decakan dari Yifan. Yixing hanya menikmati dessert-nya dengan tenang dan mengabaikan ekspresi sahabatnya itu.

“Bagaimana?” Yifan mengarahkan pandangannya pada Yixing yang duduk di kursi restoran itu.

Yixing hanya tersenyum manis sambil menggeleng.

Yifan menutup kedua matanya dengan lengan. Apa yang ada dipikirannya mungkin akan jadi kenyataan. Dan sayangnya itu bukan hal yang menyenangkan.

XoXo-XoXo-XoXo

“Akhir-akhir ini… kenapa kita susah bertemu ya?” ucap Junmyeon pada Chanyeol yang sedang membaca buku dongeng.

‘Ah… itu buku yang juga disukai Sehun…’ batin Junmyeon.

“Benarkah? Mungkin karena kau sibuk dengan kekasihmu,” ujar Chanyeol sambil nyengir. “Apa saja yang sudah kalian lakukan?” goda Chanyeol.

“Apaan sih, kami tidak melakukan macam-macam.” Ujar Junmyeon tersipu. “Oh ya, bagaimana dengan kakakmu?”

Chanyeol menggendikkan bahunya. “Tidak ada yang terjadi, dia masih tetap seperti itu. Dia bahkan menolak makan ramen bersama beberapa waktu yang lalu. Walaupun kemarin kami pulang bersama-sama,” Namja itu tampak tersenyum dengaan raut wajah yang sedih.

Junmyeon sekarang mulai merasa bersalah, harusnya dia tidak berharap hubungan Chanyeol dan kakaknya tetap buruk seperti ini. Dia merasa benar-benar jahat sekarang. Beberapa saat kemudian dia merasakan ponselnya berbunyi. Panggilan dari Yifan.

Yifan segera bergegas menuju taman ketika Junmyeon berkata dia sedang bersama Chanyeol.

Dia sampai di taman dengan napas terengah-engah setelah memarkirkan mobilnya tidak jauh dari taman. Sementara itu Junmyeon tersenyum sambil melambaikan tangannya. Chanyeol sendiri hanya diam saja sambil melanjutkan membaca bukunya.

“Dia Chanyeol.” Ucap Junmyeon sambil tersenyum saat mengenalkan namja bertopi itu. Chanyeol tersenyum kearah Yifan. Yifan hanya tersenyum kecut kearah yang ditunjukkan Junmyeon.

Dia tidak bisa melihat Chanyeol.

XoXo-XoXo-XoXo

[Flashback]

“Bagaimana?” Yifan mengarahkan pandangannya pada Yixing yang duduk di kursi restoran itu. Yixing hanya tersenyum manis sambil menggeleng.

“Tidak ada hubungannya dengan hal mistis. Tidak ada roh yang mengikuti Junmyeon.” ucap Yixing. “Lagipula… bukankah kau orang yang mengikuti hal realistis, berdasar logika dan seorang dokter? Kenapa memintaku melakukai hal seperti ini?”

“Karena aku tahu sahabatku memiliki indera keenam.”

“Kau akhirnya benar-benar percaya tentang diriku yang memiliki kekuatan supernatural?” Tanya Yixing.

“Aku orang yang realistis, tapi aku tidak bilang aku tidak percaya dengan hal metafisik. Aku lebih berharap yang dilihat Junmyeon itu hantu, bukannya Skizofrenia…”

.

“Sunkyung, mungkinkah kalau menurutmu Junmyeon terkenal Skizofrenia?”

“Kalau seperti informasi yang kau sampaikan, kemungkinan besar begitu, Fan. Tapi tenang saja, kau tahu kan kalau itu bisa diobati dengan obat-obatan dan terapi.”

“Tapi kemungkinan terburuk dari Skizofrenia adalah bunuh diri…”

XoXo-XoXo-XoXo

Sungkyung muncul tidak lama setelah Yifan sampai di taman. Yifan sudah menelponnya dan meminta yeoja cantik itu untuk datang kemari begitu Yifan tahu Junmyeon sedang bersama dengan Chanyeol.

“Oh, ada noona juga. Ada apa? Kenapa tiba-tiba ada disini?” Tanya Junmyeon heran. “Oh, apakah kau juga ingin berkenalan dengan Chanyeol? Dulu dia pasien rumah sakit juga, tapi aku merahasiakan kalau dia sering bermain ke kamarku.”

Sungkyung mengarahkan pandangan menuju kursi yang ditunjuk Junmyeon. Dia tampak terkejut. “Astaga…” yeoja itu segera mengarahkan pandangan pada Yifan. Namja itu tampak tersenyum miris padanya.

Sunkyung menghampiri Junmyeon dan memeluknya. “Tidak ada Chanyeol, Myeon. Chanyeol itu tidak ada.”

“Eh?” Junmyeon mengerutkan alisnya, tidak mengerti maksud ucapan Sunkyung. Jelas-jelas Chanyeol sedang duduk dan memperhatikan mereka. “A—apa maksudmu noona? Dia sedang duduk membaca buku disini. Lihatlah, Yifan, kau juga melihatnya kan?”

“Maaf, Myeon.” ucap Yifan.

“Jadi maksud kalian Chanyeol adalah hantu?” Junmyeon menatap kearah Chanyeol yang sedang duduk dan menatap ke arahnya.

Chanyeol menggeleng sambil terkekeh pelan, “Aku bukan hantu.”

“Tunggu dulu? Kalian bercanda ya? Jadi kalian menganggap aku gila?” Junmyeon mengarahkan pandangan kepada Sunkyung dan Yifan bergantian, “Apa ini hari prank? Hari ulang tahunku? April fool? Ada kamera tersembunyi disini?” dia mengarahkan pandangannya ke seluruh area taman. Dia masih bersikeras kalau Chanyeol ada bersamanya sekarang.

“Junmyeon, aku tahu kau bingung. Ayo kita pergi ke rumah sakit terlebih dahulu. Aku akan menjelaskan semuanya disana.” Ajak Yifan sambil mengulurkan tangannya, tapi Junmyeon hanya menatapnya dalam diam.
“Maaf yaa,” ujar Sunkyung berbisik di telinga namja angelic itu sebelum menusukkan jarum berisi obat penenang padanya.

Yifan menggendong Junmyeon dan membawanya menuju mobilnya yang dia parkir tidak jauh dari sana. Mata Sunkyung berkaca-kaca. “Aku tidak menyangka ini terjadi pada Junmyeon-ku… dia pasti benar-benar tertekan dan merasa sangat bersalah tentang kecelakaan itu, dan aku sebagai dokter yang dekat dengannya malah tidak tahu…”

XoXo-XoXo-XoXo

Junmyeon tidak tahu kenapa dan berapa lama dia berada di ruangan rumah sakit yang didominasi warna putih itu. Dia tidak bisa bergerak karena tubuhnya terikat, dia merasa lelah dan mengantuk. Tapi dia bisa dengan jelas melihat Chanyeol duduk di kursi dekat jendela sambil membaca buku favorit Sehun, namja yang selalu memakai topi itu tersenyum ke arahnya. Kemudian Junmyeon menutup matanya perlahan. Merasa lelah.

XoXo-XoXo-XoXo

Rasanya seperti benar-benar sudah lama dia berada ditempat itu, duduk di kasurnya sambil menatap kursi tempat Chanyeol duduk menungguinya. Tidak berbicara satu sama lain dan hanya saling menatap. Dia meminum obat ketika suster memasuki kamarnya, kembali beristirahat dengan banyak pikiran. Begitu terus berulang seperti sebuah siklus.

Sunkyung membuka pintu kamarnya dan masuk menghampirinya. Junmyeon menatap Sunkyung dengan tatapan kosong selama beberapa saat.

Noona…?”

“Selamat siang…” Sunkyung tersenyum pada Junmyeon, membuat namja itu mengangguk pelan.

Sunkyung segera duduk disebelahnya, berbasa-basi dengan Junmyeon beberapa saat, kemudian dia memegang kedua bahunya, “Katakan padaku Myeon, apa Chanyeol ada disini sekarang?”

Namja yang memakai baju pasien berwarna putih dengan motif polkadot itu mengangguk, kepalanya menoleh kearah kursi dan menunjuknya. “Dia duduk disana. Dia selalu menungguku disana.”

“Myeon, dengar, Chanyeol itu tidak ada, hanya kami para dokter yang boleh mengunjungimu disini dan orang biasa tidak bisa masuk sebelum mendapat izin.”

Junmyeon menatap Sunkyung tidak percaya.

“Kau lihat ini,” Sunkyung mengeluarkan sebuah tablet phonenya yang berisi video rekaman selama Junmyeon di rumah sakit ini beserta kejadian ketika dia terserempet mobil saat menolong Chanyeol yang tertangkap kamera CCTV dan saat dia membeli perban dan obat di toko. “Apa kau melihat Chanyeol di video ini?”

Junmyeon mengambil tablet phone itu dan menonton videonya beberapa kali. Dia kemudian mengalihkan pandangan ke arah kursi. Chanyeol tidak ada dalam video, tapi ada disini sekarang, duduk sambil menatapnya. Tapi dia yakin kalau dia bersama Chanyeol saat hampir tertabrak mobil, luka di sikunya itu nyata. Tetapi Chanyeol tidak nyata?

Lalu siapa orang yang berada disana?

Hanya dia dan Seohyun begitu?

Bukan Chanyeol yang tertabrak mobil, melainkan dirinya?

Dia membeli perban sendirian tanpa Chanyeol?

Sunkyung menatap Junmyeon yang sepertinya sedang terlarut dalam pemikirannya sendiri, “Sebelumnya aku ingin tahu, kenapa Chanyeol sering menemuimu?”

Junmyeon langsung mengingat saat-saat awal pertemuannya dengan Chanyeol, “Chanyeol kesepian, karena kakaknya tidak mau bertemu dengannya setelah kakaknya membuatnya kecelakaan mobil. Dia pikir kakaknya membencinya.”

“Benar begitu?” Tanya Sunkyung memastikan, “Bukankah sebenarnya kau merasa begitu bersalah sehingga menciptakan seseorang seperti adikmu muncul untuk bisa mengurangi rasa bersalahmu. Dan orang itu Park Chanyeol, teman khayalanmu.”

Junmyeon menggeleng. Sunkyung mengelus pipi Junmyeon, “Katakan padaku, kau masih merasa bersalah pada Sehun sampai sekarang dan tidak bisa memaafkan dirimu, benar bukan?”

Junmyeon tidak menjawab.

 “Kau yang berpikir adikmu membencimu.” Ujar Sunkyung, “Kau sebenarnya tahu bagaimana perasaan kakak Chanyeol. Yifan sudah mengatakan semuanya padaku. Bukankah itu seperti dirimu sendiri Myeon? Kau seperti kakaknya Chanyeol yang tidak ingin bertemu karena merasa bersalah tidak bisa melindungi adiknya, kau masih tidak ingin menerima kenyataan kalau Sehun sudah tiada dan kau belum pernah mengunjungi makamnya. Kau membuat Chanyeol sebagai refleksi dari Sehun sebagai bentuk pelarian dirimu dari bersalah.”

Junmyeon tercekat begitu mendengar ucapan yeoja berseragam dokter itu. Dia menggenggam erat ujung bajunya.

“Sebenarnya kau lah kakaknya Chanyeol, ketika kau berharap hubungan Chanyeol dengan kakaknya tetap tidak baik, sebenarnya itu adalah kau, seorang kakak yang merasa bersalah karena tidak bisa menjaga adiknya sehingga menghindar dan tidak bisa memaafkan dirimu sendiri. Dan kau sebenarnya menghindari kenyataan.” Ucap Sunkyung.

Junmyeon menggeleng, dia menggenggam tangannya yang bergetar. “A—aku tidak mengerti maksudmu…”

“Dia adalah halusinani Myeon. Chanyeol adalah refleksi dari Sehun, dan kau yang menciptakannya, jadi kau yang harus menghilangkannya.”

XoXo-XoXo-XoXo

Sunkyung keluar dari kamar rawat Junmyeon dan mengarahkan pandangannya pada Yifan yang menatap ke arah jendela kaca, menatap Junmyeon yang duduk diam di kasurnya.

“Pikirannya pasti kacau sekarang,” Sunkyung menepuk bahu Yifan.

“Aku juga merasa pikiranku kacau…” gumam Yifan. “Rasa bersalahnya kepada Sehun sangat besar sampai-sampai dia menciptakan sebuah halusinasi seseorang seperti adiknya, dan aku tadinya cemburu pada orang yang bahkan tidak ada…”

“Selama dia masih merasa bersalah pada Sehun, kakak Chanyeol juga akan sama, dan itu akan membuat Chanyeol tetap ada. Dia harus memaafkan dirinya agar semua ini selesai dan membuatnya berhenti beranggapan Chanyeol itu nyata.” Sunkyung menghela napas, “Aku bukan lagi seorang dokter magang. Sekarang aku adalah dokter psikiater… jadi aku akan melakukan yang terbaik kubisa untuk menyembuhkan Junmyeon.”

“Aku berharap padamu.”

“Jangan berharap padaku, tapi yakinkanlah Junmyeon. Saat dia memaafkan dirinya sendiri dan menerima kenyataan. Semua akan baik-baik saja.”

“Aku harap kau bisa menjaganya dengan baik sampai saat itu tiba.”

“Aku mengerti,” Sunkyung melambaikan tangannya kepada Yifan sebelum berlalu. Membiarkan namja itu kembali melihat Junmyeon dari balik jendela.

XoXo-XoXo-XoXo

“Kau itu tidak ada?” Ucap Junmyeon ragu pada Chanyeol yang duduk di kasur sebelahnya, mereka saling bertatapan.

“Bagaimana kau bisa berkata seperti itu?” Chanyeol tertawa, “Kau kan melihatku hyung, mereka tidak peduli padaku, makanya hanya kau yang bisa melihatku, karena kau peduli padaku.”

“Kau adalah seseorang yang kuciptakan sebagai refleksi dari Sehun, kau menyukai fisika seperti Sehun… menyukai buku dongeng seperti Sehun, kau ceria karena aku ingin Sehun seperti itu... kau… tidak nyata…kakakmu adalah aku yang tidak bisa memaafkan dirinya karena kecelakaan yang terjadi…” Junmyeon memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Mulai merasa pikirannya jadi kacau.

Hyung, kau terlalu banyak berpikir. Istirahatlah,” ujar Chanyeol sambil berlalu menuju pintu dan keluar.

Dan Junmyeon tidak tahu berapa lama dia tidur di kasur itu setelah suster memintanya untuk meminum obatnya. Dia terbangun ketika ada seseorang yang mengelus pipinya pelan. Yifan tersenyum padanya.

“Akhirnya kau bangun juga, sleepyhead,” Yifan duduk disamping kasur Junmyeon. Namja angelic itu kemudian mencoba bangkit dari kasur dan bersandar pada ujung kepala kasur. Mereka hanya diam, membiarkan detik jam berjalan sesuai rotasi.

“Seandainya aku bisa menyelamatkan Sehun, dia pasti tidak akan meninggal, begitu pula ayah dan ibu… aku sungguh hyung yang buruk…” ujar Junmyeon menatap lurus ke depan.

Yifan meraih tangan Junmyeon, mengaitkan jemari mereka, “Itu hanya pemikiran egoismu, Myeon. Semuanya bukan kesalahanmu. Kecelakaan itupun bukan salahmu.”

“Kenapa bukan aku saja yang mati?”

“Sssttt, kau tidak boleh berkata begitu.” Yifan mempertemukan dahi mereka.

“Jika Chanyeol adalah halusinasiku saja… apa Yifan juga hanya halusinasiku? Sunkyung-noona dan Kyungsoo juga?” Tanya Junmyeon menatap Yifan dengan cemas.

“Bagaimana menurutmu,” ucap Yifan, “Apakah es krim buatan Xiumin yang enak itu bukan sesuatu yang nyata?”

“Aku… menyukai es krim buatan Xiumin-hyung… dia selalu memberikan tambahan buah cherry untukku…”

“Lalu, apa pukulan keras Kyungsoo bukan sesuatu yang nyata?”

“Tapi Kyungsoo tidak pernah memukulku…” sahut Junmyeon pelan.

“Benarkah? Meskipun kau menyebutnya imut dihadapannya?” Tanya Yifan memastikan, karena terakhir kali Yifan menyebut Kyungsoo cute, dia mendapat sikutan yang keras dari namja muda itu.

Junmyeon mengangguk, “Tidak pernah… tapi aku suka spaghetti buatan Kyungsoo… rasanya enaaak sekali... Dia selalu membuatkanku makanan setiap kali aku berkunjung ke rumahnya…” jawab Junmyeon.

Yifan tampak berdehem karena ucapan Junmyeon itu, cemburu mungkin?

 Dia kemudian mengangkat tangan mereka yang bergenggaman, mencium tangan Junmyeon lama, “Lalu, apa kehangatan yang kau rasakan sekarang ini tidak nyata? Ciuman permen kita bukan sesuatu yang nyata?”

Junmyeon mengingat saat-saat itu. Yifan adalah orang yang hangat. Memberikannya kehangatan. Membuat rasa takutnya menjauh, memberikannya kebahagiaan. Sesuatu yang benar-benar nyata dan terasa. Hangat.

 “Kyungsoo bilang dia merindukanmu, coba lihat, dia bahkan menyanyikan lagu dan merekamnya dalam bentuk video untukmu. Kau bisa melihatnya bukan?”

Junmyeon melihat ke arah video yang dimainkan Yifan, Kyungsoo bernyanyi dengan sangat merdu, menyanyikan lagu favoritnya, membuatnya tanpa sadar itu menyanyi walau dengan terbata-bata dan pelan.

“Kyungsoo ada dalam video bukan? Tidak seperti Chanyeol. Kami nyata Myeon, jadi datanglah kepada kami. Jangan biarkan dirimu tenggelam dalam rasa bersalah. Sehun dan orang tuamu pasti sedih diatas sana karena melihatmu seperti ini.” ujar Yifan.

“Sehun sedih?”

“Tentu saja, bahkan aku, Sunkyung dan Kyungsoo juga sedih melihatmu seperti ini. Apalagi Sehun, dia pasti sedih karena kau tidak pernah mengunjungi makamnya.”

Junmyeon tampak diam dan berpikir, dia menatap Chanyeol yang berdiri di ujung kasurnya. Tersenyum lembut. Dia masih mencari tahu kenyataan.

“Aku menyayangimu. Kami menyayangimu, Myeon.” ujar Yifan menatap namja kesayangannya itu dengan sendu.

Junmyeon. Bibirnya tampak begitu pucat membuat Yifan ingin menciumnya hingga kembali berwarna merah, rambutnya yang berantakan membuat Yifan ingin mengusapnya dengan lembut. Matanya terlihat lelah, membuat Yifan ingin menidurkannya dipangkuannya. Dia benar-benar mencintainya. Dia akan berusaha sekeras mungkin untuk menyembuhkannya.

XoXo-XoXo-XoXo

Sunkyung benar-benar berusaha keras dengan terapi dan meyakinkan Junmyeon. Yifan masih berusaha memberikan dukungan pada Junmyeon. Kyungsoo yang mengiriminya banyak rekaman videonya bernyanyi. Sementara Chanyeol duduk seperti biasa di kursi dekat jendela seperti biasanya tanpa berbicara apapun, hanya diam dan tersenyum lembut.

Hari ini Junmyeon tersenyum dengan manis pada Yifan ketika Yifan membuka pintu kamarnya, “Aku… bisakah kita pergi ke makam keluargaku? Aku tidak ingin Sehun sedih…”

“Yeahh, tentu saja…” ucap Yifan.

XoXo-XoXo-XoXo

Junmyeon berjongkok di depan makam Sehun, menyentuh ukiran nama di nisan itu, dia merapatkan jaketnya ketika angin bertiup. Sementara itu Yifan bersandar di samping mobilnya, menatap Junmyeon dari kejauhan bersama dengan Kyungsoo.

“Dia akan baik-baik saja.” Ujar Yifan.

“Tentu saja, karena Junmyeon-hyung memiliki kita yang mencintainya.” Ujar Kyungsoo mantap sambil menatap kearah Junmyeon.

Yifan melirik Kyungsoo dengan sudut matanya, ‘Kita yang mencintainya? Apa itu sebuah pernyataan?’ batin namja tinggi itu.

“Sehunnie… maafkan hyung tidak bisa menjagamu dengan baik… tapi kau tahu kan? Hyung sangat menyayangimu.” Junmyeon menatap kearah Chanyeol yang berdiri diam tidak jauh di depannya. “Sangat menyayangimu. Dan hyung tahu, kau juga sangat menyayangi hyung… maaf hyung berpikiran begitu egois selama ini.”

Chanyeol menatap Junmyeon sambil tersenyum, “Aku menyayangimu hyung. Kau hyung yang benar-benar baik.”

Hyung akan hidup dengan lebih baik sekarang. Ada Yifan, Kyungsoo, Sunkyung-noona, Xiumin-hyung, Soo Jung, Sunyoung, dan Yixing dan banyaaak teman lainnya, jadi hyung tidak akan kesepian. Meskipun begitu, hyung tidak akan lupa pernah memiliki adik semanis dirimu. Hyung akan menjalani hidup dengan semangat.”

Selama beberapa detik, Junmyeon merasa dirinya melihat Sehun berada didekatnya.

“Aku tidak semanis itu,” protes Sehun dengan wajah merajuk.

Chanyeol merangkul bahu Sehun.

“Aku senang mendengarnya.” Chanyeol menampilkan cengiran khasnya. Angin bertiup menjatuhkan beberapa helai daun yang menguning. Junmyeon memejamkan matanya beberapa saat. Begitu dia membuka matanya, Mereka tidak ada. Chanyeol tidak ada lagi disana.

XoXo-XoXo-XoXo

[Epilog]

-Years After-

XoXo-XoXo-XoXo

“Iyaa, aku sudah sampai di depan sekolah Baekhyun, Fan. Jangan cemas, oke?” Junmyeon tampak sedang berbicara ditelpon, “Yaa, sudah dulu. Aku juga mencintaimu~” namja dengan senyum angelic itu kemudian mematikan ponselnya begitu melihat Baekhyun.

 “Appaaa~” Baekhyun berlari kearah Junmyeon yang menunduk sambil merentangkan tangannya. Namja yang baru duduk di kelas 2 SD itu balas merentangkan tangan dan memeluk Junmyeon.

“Bagaimana sekolahmu?” Tanya Junmyeon sambil menggandeng tangan Baekhyun menuju mobil.

Baekhyun tersenyum kearah sang appa, “Menyenangkaaann~”

“Kamu belajar dengan baik kan? Tidak menyusahkan Luhan-ssaem bukan?”

“Tidak kok, Baekkie belajar dengan rajin. Tadi Luhan-ssaem memberi Baekkie nilai 100, padahal Jongin dan Chen hanya dapat 80 lho~!”

Junmyeon tersenyum, “Kamu hebat.”

Appa, tadi aku bertemu teman baru. Awalnya kukira dia pendiam karena selalu sendirian, tapi ternyata dia sangat ceria dan suka tersenyum. Ah itu dia, dia kemari!” tunjuk Baekhyun sambil mengarahkan telunjuknya ke depan.

Mata Junmyeon menatap ke jalanan yang tampak ramai karena jam pulang sekolah itu. Tampak beberapa anak lain bergandengan dengan orang tua mereka. Dia berusaha mencari seorang anak yang dikatakan Baekhyun berjalan kearah mereka, tapi dia tidak menemukannya.

“Chanyeol! Ayo kemari!” seru Baekhyun sambil melambaikan tangannya.

“Baekkie~” Namja bertopi hitam bertuliskan ‘wolf’ yang sepantaran dengan Baekhyun itu balas melambaikan tangannya sambil tersenyum pada Baekhyun, membuat senyuman melengkung di wajah Baekhyun. “Nah! Ini dia,” seru Baekhyun pada Junmyeon.

Deg!

Jantung Junmyeon berdetak lebih cepat. Dia tersenyum lembut sambil memandang ke depan. Dia tidak bisa melihat teman Baekhyun. Dia tidak melihat Chanyeol.

XoXo-XoXo-XoXo

[END]

XoXo-XoXo-XoXo

A/N: Inspired from Korean drama It’s Okay It’s Love (2014) dan movie A beautiful Mind (2001).

Thanks udah baca dan koment.
Annyeong… ^^

Kapuas Timur, 31/12/2014

-Kiriya-

Mind to Review?

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
vee0290 #1
Chapter 2: eeh, ini udah end? kirain bakal berchapter banyak...
huft, ga tau mau komen apa yg jelas ikut sedih begitu tau kalo ternyata junmyeon kena skizofrenia. dan dugaanku salah, chanyeol tuh bukan hantu! hehehe...
keren, thor! ^^
bikin ff krisho lagi ya... ^^
vee0290 #2
Chapter 1: ceritanya menarik, author... penasaran banget sama chanyeol. sebenernya dia siapa? kok cuma muncul di depan junmyeon doang? apa dia ini hantu? aah, bingung... cepet dilanjut ya... ^^
littlestarrie #3
Aku udah baca ini di FFN
heheheheh ^^
Penasaran bgt sama kelanjutannya ^^
Chanyeolnya udah mati kah aslinya?