Chapter 2

Pulang

Wonshik berjalan ke ruang tengah dan menemukan Hakyeon sedang duduk menghadap jendela. Ia sedikit bingung melihat Hakyeon seperti ini. Tidak biasanya, pikirnya.

"Hyung," panggilnya sambil duduk di sebelah Hakyeon.

"Oh, kau Wonshik. Ada apa?" Raut wajah Hakyeon sama dengan Hongbin. Gurat kelelahan terlihat jelas di sana.

"Harusnya aku yang bertanya seperti itu. Tumben sekali kau diam seperti ini, hyung." Wonshik menatap Hakyeon yang menundukan kepalanya. Ia tidak mau menjawab pertanyaannya.

Tidak ada yang bicara di antara mereka. Hakyeon kembali dengan pikirannya dan Wonshik seolah tidak ingin merusak keheningan itu. Keduanya memandang ke luar jendela lalu memejamkan mata menikmati angin yang menyentuh lembut permukaan kulit mereka. Sudah lama mereka tidak seperti ini.

Hakyeon kemudian membuka mata, ingin menjawab pertanyaan Wonshik yang sempat tertahan.

"Aku tahu kau pasti sudah tahu tentang Hong.." Jawaban Hakyeon terhenti ketika suara Jaehwan menginterupsinya.

"Hakyeon hyung, bisa kau membantuku.. Kalian sedang apa?" Tanya Jaehwan heran melihat dua orang di depannya terlihat serius.

"Hanya menikmati angin sore. Kau ingin aku membantu apa?"

"Membereskan dapur. Berantakan sekali. Nanti malam kita makan di luar kan?"

Hakyeon mengangguk dan bangkit dari duduknya menyusul Jaehwan. Wonshik memandangi Hakyeon sampai laki-laki itu tak terlihat dari pandangannya. Perkataan Hakyeon yang belum selesai itu memenuhi pikirannya. Tadi Hakyeon ingin menyebutkan nama Hongbin, bukan? Apa dia tahu tentang masalah Hongbin? Tapi bukankah Hongbin hanya cerita kepadanya?

 

***

 

Jam sudah menunjukan pukul enam sore. Satu jam lagi mereka akan pergi ke luar untuk makan malam. Beruntung mereka sedang istirahat dari panggung sehingga bisa berkumpul di luar seperti ini. 

Hongbin bangun dari tidurnya. Hari ini kondisinya sedang tidak baik. Seluruh tubuhnya ngilu, kepalanya terasa sangat berat, dan napasnya terasa hangat. Ia bangkit lalu memijat kepalanya pelan, menetralisir pusing di kepalanya. Matanya kemudian tertuju pada satu tumpukan map di atas meja. Helaan napas keluar dari bibirnya. Ia merasa sangat lelah. Lelah memikirkan keputusannya.

Ia menyenderkan tubuhnya ke sandaran kasur. Lengan kanannya ia gunakan untuk menutup kedua matanya. Tiba-tiba pintu terbuka, itu Wonshik.

"Kau kenapa? Kau sakit?" Wonshik menghampiri Hongbin yang masih tetap di posisinya.

"Sedikit.. Pusing." Jawaban Hongbin membuat Wonshik menyimpulkan kalau teman sekamarnya memang sakit. Wonshik tidak heran jika temannya ini sakit. Dia sudah menduga kalau ini pasti terjadi mengingat betapa tertekannya Hongbin menghadapi situasi ini.

"Kau panas. Ingin makan malam di dorm saja?" Tanya Wonshik sambil menyingkirkan tangan Hongbin yang menutupi matanya.

Hongbin menggeleng. "Tidak. Kita makan di luar saja. Sudah lama kita tidak melakukannya." Suaranya terdengar serak.

"Kalau begitu bersiaplah. Jam tujuh kita berangkat. Jangan pikirkan masalah itu dulu. Itu akan membuatmu semakin sakit."

Ya, mungkin Wonshik benar. Ia harus melupakan masalah itu sementara. Tapi apa ia bisa?

 

***

 

Semua sudah berkumpul di depan dorm dan menunggu Jaehwan yang sedang mengambil mobil di parkiran. Keadaan di luar sangat dingin mengingat ini sudah memasuki musim dingin. Hongbin ingin mengutuk Jaehwan yang sangat lama. Cuaca yang dingin ini tidak mendukungnya sama sekali. Tubuhnya seperti menggigil.

"Hongbin, kau pucat." Taekwoon yang sedari tadi memperhatikan Hongbin akhirnya berkomentar. Kemudian ia melepas scarf dan kemudian memasangkan di leher Hongbin.

"Hyung, tidak usah." Hongbin ingin melepasnya tetapi ditahan Taekwoon.

"Pakai. Di luar sangat dingin. Kau harus sehat kalau ingin tampil bersama VIXX." Perkataan Taekwoon membuat Hongbin terdiam.

Momen seperti inilah yang paling disenangi semua member. Berkumpul tanpa memikirkan padatnya jadwal. Melepaskan tawa dengan sepenuh hati. Tanpa beban. Tetapi untuk kali ini ini, tidak bagi Hongbin. Tidak hanya Hongbin sebenarnya karena di antara mereka ada juga yang merasa sama.

"Hei bagaimana kalau kita bermain Truth or Dare?" tawar Jaehwan setelah menelan makanannya.

Semua terlihat berpikir kemudian mengangguk menyetujui. Hongbin yang sedang bersandar pada Sanghyuk hanya bisa ikut dengan keputusan yang lain. Ia tidak ingin kepalanya yang sudah pusing semakin pusing.

"Baiklah, kalau begitu mulai dari aku." Jaehwan memutarkan botol di depannya. Botol itu berputar dan berhenti di depan Hakyeon.

"Oh botol ini memilihmu Hakyeon hyung!" kata Sanghyuk sedikit berteriak.

Hakyeon menghela napas. Mengutuk botol di depannya. "Aku pilih dare," ujarnya dengan tenang tanpa berpikir terlebih dahulu.

"Aku ingin kau menari seksi di depan kasir." Perkataan Jaehwan membuat Hakyeon melotot. Sementara yang lain tertawa keras.

"Kau gila! Mana mungkin?"

"Kau kan tadi memilih dare! Sudah sana cepat!" Jaehwan mendorong Hakyeon untuk bangkit.

Dengan menahan malu ia menghampiri meja kasir dan menari di sana. Semua orang melihatnya aneh dan ada juga yang tertawa. Terlebih lagi suara teman-temannya tertawa keras. Membuat Hakyeon menghentikan tariannya dan segera berlari ke tempatnya, tidak lupa ia membungkuk terlebih dahulu.

"Bagus sekali. Aku suka, hyung!" Sanghyuk mengangkat kedua jempolnya. Mereka masih berusaha meredakan tawanya.

"Berisik! Sekarang aku yang putar."

Hakyeon memutar botol itu dan kini bottol itu berhenti tepat di depan...

 

 

 

Hongbin

 

Semua menatap Hongbin yang terlihat lemas. "Aku pilih truth." Tidak mungkin dalam kondisi seperti ini ia memilih dare.

"Ehmmm.... Apa alasanmu ingin keluar dari grup?”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Claudy1410 #1
lanjut dong penasaran kenapa Binne mesti keluar grup hehehe
dhydar #2
Chapter 3: Cerita ini bagus sekali! Tolong dilanjutkan writer-nim. Hehe, ditungguuu ♡