Part 4 end

Cause You're My Destiny
Please Subscribe to read the full chapter

Eunji melangkah keluar dari kamar Sungkyu. Bibirnya terangkat ketika melihat wajah damai Sungkyu tengah tertidur. Lalu ia menutup pintunya.

Ketika hendak keluar rumah, dua orang menghentikannya.

“Ahh, Abeonim, Eommonim..” Sapa Eunji seraya menundukkan memberi hormat.

Kedua orang itu tersenyum.

“Kita perlu bicara...”

Eunji mengangguk dan mengikuti kedua orang paruh baya itu duduk diruang tamu. Sebentar suasana tegang menyelimuti mereka. Eunji sedikit bergetar, ia takut kalau ada sesuatu yang akan menambah pikirannya. Ia takut masalah datang kepadanya. Apalagi ekspresi serius tergambar di wajah-wajah berkerut milik orang tua Sungkyu.

Abeonim, Tuan Kim tersenyum seraya melipat kakinya. Ia menyeruput rokok yang ada ditangannya. “Bagaimana keadaan Sungkyu?” tanya Tuan Kim membuka percakapan diantara mereka.

“Eung, Sungkyu oppa su-sudah tidur. Dan dia lebih baik dari kemarin.” Jawabnya gugup. Degup jantungnya tiba-tiba berdetak tak tentu.

“Sepertinya memang begitu. Aku lihat Sungkyu lebih tenang saat bersamamu.” Sahut Tuan Kim disertai senyum mengembang. “Apa kau sangat menyayangi Kim Sungkyu?” tanyanya kemudian.

Eunji tersentak kaget mendengar pertanyaan itu. Reflek ia mengangguk. “I-iya, saya sangat menyayangi Sungkyu oppa.” jawabnya pelan.

Degup jantung Eunji bertambah kencang. Pertanyaan itu sangat membuatnya tak tenang. Takut kalau tiba-tiba kedua orang tua Sungkyu menolak kehadirannya disini. Eunji hanya menunduk takut tak berani menatap wajah kedua orang tua itu. Tanpa disadari Eomma Sungkyu, Nyonya Kim mendekati Eunji. Tangan hangatnya menyentuh pundak Eunji dan memeluknya hangat.

Eunji terperangah tak percaya. Ia hampir tak menutup mulutnya merasakan pergerakan tiba-tiba Nyonya Kim yang memeluknya. Terasa sekali sesuatu yang basah mengalir dipundaknya. Nyonya Kim menangis di pundak Eunji.

“Eomonim..” panggil Eunji lirih.

Nyonya Kim tak menjawab, ia masih memeluk Eunji erat.

“Eomonim.” Panggilnya lagi.

“Eunji-ya. Eomma sangat berterima kasih kepadamu.” Ucapnya pelan di antara sesenggukan yang terdengar.

Dahi Eunji mengerut. “Untuk apa Eomonim?” tanya Eunji bingung.

“Untuk Sungkyu. Kau telah membuatnya jauh lebih baik. Maaf kalau eomma dan appa tidak pernah bisa menjaga Sungkyu dengan baik. Tapi kau, kau bisa mengembalikan semangat Sungkyu yang hilang beberapa waktu yang lalu.” Ucap Nyonya Kim.

Eunji mengusap punggung Nyonya Kim pelan. “Sudah tanggung jawab saya untuk membantu Sungkyu oppa.” sahutnya pelan.

Tuan Kim beranjak dan menghisap cerutunya. “Apa alasanmu mau membantu Sungkyu?”

Sebentar keheningan menyelimuti mereka. Eunji terdiam, ia mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan apa yang ada didalam hatinya. “Sungkyu oppa adalah takdirku. Saya tidak mau melihat takdir saya tersiksa. Saya sakit saat melihat Sungkyu oppa seperti itu. Bagaimanapun Sungkyu oppa adalah bagian dari hidup saya.” Jawab Eunji lantang namun dengan suara bergetar.

Senyum manis tersungging di bibir lelaki paruh baya itu. “Kalian memang tidak bisa dipisahkan. Apa kau mau tinggal dengan Sungkyu lebih lama? Bahkan selamanya?” tanyanya.

Eunji mengerjab pelan. Ia tak paham dengan maksud sang appa. “Maksud abeonim?”

“Menikahlah dengan Sungkyu. Aku merestui Sungkyu bersamamu. Aku akan membiarkanmu merawat Sungkyu. Itupun kalau kau tak keberatan.”

Apa yang didengar Eunji ini semua benar? Ternyata mereka mengajak bicara bukan karena ingin memarahi Eunji, melainkan ingin memintanya sebagai menantu. Tuhan, benarkah semua ini? Bukan mimpi kan? Apa ini jalan dari segala masalah yang menderanya akhir-akhir ini? Iya, ini jawaban dari tantangan Appa Eunji. Jika keluarga Sungkyu telah setuju akan mudah membuatnya meyakinkan appa dan membiarkan Eunji memilih jalannya sendiri.

Tanpa disadari Eunji, linangan air mata telah diciptakan mata indahnya. Eunji merasa terharu dengan permintaan ayah dan ibu Sungkyu. Mereka sangat mempercayakan Sungkyu kepadanya. Mereka bahkan tidak curiga sama sekali kepadanya.

“Bagaimana? apa kau setuju? Apa kau mau menikah dengan Sungkyu?” tanya Tuan Kim ulang.

Reflek, kepala Eunji mengangguk yakin. Mata indahnya berbinar senang. “Sa-saya mau. Saya mau menikah dengan Sungkyu oppa.” sahutnya kemudian.

“Aku mengerti. Aku tahu kau pasti akan mengatakan itu. Terima Kasih Jung Eunji.” Ucap Tuan Kim ramah.

Eomma Sungkyu memeluk Eunji erat. Tangisannya bertambah keras. Hatinya merasa tenang saat mendengar Eunji setuju dengan pengajuan yang diberikan suaminya. Akhirnya Sungkyu akan ada yang merawatnya jadi lebih baik lagi. Selama ini mereka tidak sanggup merawat Sungkyu karena sibuk bekerja. Setidaknya Sungkyu akan memiliki teman hidup.

Tuan Kim berbalik dari jalannya. “Aku lupa, tadi siang ayahmu sudah menelponku. Dia meminta keluarga Kim untuk melamarmu dan aku menyetujuinya.” Tuturnya lalu kembali berjalan.

“Appa? appa menelpon? Dia, dia mengatakan itu semua?” gumam Eunji lirih.

Eomma Sungkyu yang masih berada disampingnya tersenyum. “Kau boleh pulang sekarang. Sudah malam. Terima kasih Eunji-ya.” Kata Nyonya Kim seraya mengecup pipi Eunji hangat.

Eunji tersenyum mengangguk. Setelahnya ia berpamitan untuk pulang kerumah. Eunji masih tidak percaya dengan apa yang ia alami hari ini. Dalam waktu sehari hatinya mampu dicampur aduk. Pagi tadi ia harus bersikukuh dengan sang appa. Siang sampai malam ia tersenyum senang dan bahagia kala bersama Sungkyu. Dan barusan? Malam ini? Hatinya bagaikan mendapatkan dorprize yang tak terkira. Sebuah permen manis tertelan di mulutnya dan menimbulkan sensasi yang tak terkira.

Eunji diterima keluarga Sungkyu dengan hangat. Apa yang menjadi impiannya sebentar lagi akan tercapai. Senyum Eunji tak berhenti mengukir disetiap jalan yang ia lalui.

“Tuhan... Terima Kasih Engkau memberikan keindahaan disetiap akhir masalahku.” Syukurnya senang.

∞∞∞

Cicit riang unggas-unggas kecil itu terasa sangat memerdukan telinga. Suara riangnya berhasil membangunkan gadis cantik ini untuk bangkit dari tidurnya. Sejenak ia mengusap lengannya. Musim gugur kali ini terasa sangat dingin. Udara yang memaksa menyeruak dari balik jendela itu terus membuat Eunji menggigil. Lantas ia bangun dan menutup erat jendelanya.

Ini masih pagi, namun senyum cerah telah mengukir indah di wajah cantiknya. Rasanya begitu ringan sekali. Berbeda dari beberapa hari yang lalu. Segala macam pikiran yang sempat bersemayam didalam dirinya berangsur menghilang tak bersisa. Rupanya ini saat yang tepat memulai semuanya dari awal.

Eunji turun dari kamarnya dan mendapati Sooyeon tengah memasak. Ia langsung memeluk Sooyeon dari belakang.

“Aigoo~ adik eonni terlihat bahagia eoh?” tukasnya seraya senyum manis mengembang.

Eunji tersenyum lebar hingga mata sipitnya tak terlihat. “Aku bahagia eonni.” Sahutnya pelan.

“Ada apa?” tanya Sooyeon penasaran.

“Eonni tahu? Keluarga Sungkyu oppa akan melamarku.”

“Ah, sungguh? Aku ikut senang kalau kau senang. Ini seperti yang kau harapkan bukan?” tuturnya senang.

Eunji mengangguk. “Eum, rasanya seperti mimpi. Ah iya, aku ingin membawakan Sungkyu oppa puding cokelat kesukaannya.”

“Kau mau membuatnya?”

“Iya, aku ingin membuatnya sendiri.”

Sooyeon menggeleng-geleng. “Aigoo, calon istri yang baik. Kajja eonni bantu..”

Lantas keduanya larut dalam membuat pudding. Sesekali senyum dan tawa lebar menggelegar disana. Tampak suasana bahagia terpancar disana. Kasih sayang dan harapan telah tercapai seperti apa yang diinginkan. Terasa sekali kebahagiaan tersebar disana.

∞∞∞

Tangannya membawa pudding kesukaan sang pujaan hati. Senyumnya tak berhenti mengembang sedari tadi. Bahkan semburat kemerahan menyeruak di pipi mulus Eunji. Lagi, ia tersipu kala mengingat kejadian dimana ayah Sungkyu memintanya untuk menjadi menantu. Sampai kapan ia harus malu-malu mengingat itu?

Ia turun dari bos kota yang membawanya pergi kerumah sang kekasih. Sang kekasih? Entahlah, Eunji hanya ingin menganggap Sungkyu seperti itu. Apa naif? Entahlah, bagi Eunji, Sungkyu memang kekasihnya.

Kakinya masih menapak di trotoar yang menghubungkan dengan kediaman keluarga Kim. Beberapa langkah tercipta, akhirnya ia sampai dirumah itu. Eunji menarik nafas dalam lalu masuk ke halaman rumah dan berhenti di depan pintu. Tangan halusnya menekan lembut tombol hijau bel rumah itu.

“Annyeonghaseyo, ini Eunji.” Teriak Eunji seraya menekan tombol itu.

Eunji menempelkan telinganya mencari suara dari dalam. Terdengar suara yang berasal d

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
yonara
#1
Chapter 2: Aku suka... Lanjutkan ya author-nim ^^