The End

Villain

Bom dan Seunghyun sarapan dalam diam. Setelah mengetahui bahwa Jade of Hearts yang ada di tangan Seunghyun palsu, Bom merasa perjuangannya masih sangat panjang. Dia harus mencari lelaki bernama Kwon Jiyong untuk mendapatkan yang asli. Sementara Seunghyun, dia merasa telah ditipu oleh sahabat baiknya sendiri.

“Apa yang harus kita lakukan?” Seunghyun mulai angkat bicara. Bom menaruh garpunya dan menatap Seunghyun serius.

“Mau tak mau kita harus mencari orang yang bernama Kwon Jiyong itu. Hipotesisku saat ini adalah dia sengaja memberimu Jade of Hearts palsu agar bisa menyimpan sendiri yang asli. Dia akan membuatmu menjadi tersangka utama. Sementara dia akan selamat.”

“Masalahnya adalah, seingatku Jiyong sedang trip ke Amerika. Aku takut dia menyelundupkannya ke sana.”

“Kau tak punya kenalan yang bisa membantu kita?”

“Ah, ya! Mungkin Dami noona bisa membantu. Kajja!” Seunghyun dan Bom berjalan menuju ruang kerja dan menyalakan laptop.

“Kau mau apa? Dami noona itu siapa?”

“Kakaknya Jiyong. Ah, dia memang selalu online Skype.” Seunghyun meng-klik kolom nama Kwon Dami dan menunggu tersambung. Tiba-tiba muncul tampilan Dami dengan roll rambut merah jambu tertempel di kepalanya.

“Ah, annyeong Seunghyunnie! Ada apa? Maafkan kalau roll ini sedikit mengganggu, ya.” Seunghyun tertawa mendengar perkataan Dami.

“Jiyong sudah pulang dari Las Vegas? Um, aku ada perlu, to be honest.”

“Sudah, kok! Kebetulan juga dia mau membuat sebuah cocktail party. Undangannya mungkin akan diantar ke rumahmu hari ini. Jangan lupa datang, ya!”

“Ah, baiklah. Pasti aku akan datang.”

“Eh, gadis itu siapa? Lucu sekali. Saudaramu, ya?” Seunghyun dan Bom langsung berpandangan mendengar pertanyaan Dami.

“Ah, dia, dia itu...”

Annyeong Dami unnie!” Bom memotong kalimat Seunghyun. “Aku Park Bom. Aku yeojachingu-nya Seunghyun. Salam kenal!”

Aigo! Kau ini tak bilang-bilang kalau sudah punya pacar! Ajak dia ke pesta, ya, omona rambut hitamnya lucu sekali! Kuputus, oke?” Dami langsung mengakhiri panggilan dan offline.

Seunghyun menatap Bom yang tersenyum penuh arti padanya.

“Tenang saja.” Bom mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya bersamaan dan berjalan keluar ruangan. Seunghyun menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Dia salah makan, ya?”

 

***

 

Dara menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi. Pekerjaannya tak terlalu banyak akhir-akhir ini, membuatnya lebih banyak terdiam. Biasanya, jika waktu senggang begini dia akan mengobrol santai bersama Bom, pulang lebih awal lalu makan dakgalbi bibimbap atau sekedar melihat-lihat model baju terbaru. Wajahnya berubah sendu saat mengingat fakta kalau Bom sudah seminggu lebih menjadi sandera seorang penjudi bernama Choi Seunghyun. Usaha kepolisian untuk membebaskan Bom seolah sia-sia karena penjagaan rumah besar itu sangat ketat.

“Park Bom, jigeum eodiya?!” Dara berteriak kesal. Tiba-tiba telepon di depannya berbunyi, nyaring seperti biasanya. Dara membetulkan posisi duduknya dan mengangkat telepon itu.

Yeoboseo. Kepolisian Seoul, Park Sandara disini...” Dara mengeluarkan nada sambutannya yang terlatih lalu menyiapkan notes kecil, kalau-kalau ada informasi penting.

“Dala-ya? Ini aku...” Dara tersentak saat mendengar suara di ujung telepon. Suara yang sudah tak didengarnya lebih dari seminggu terakhir.

“Bomu?! Ini kau, kan?! Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa si penjudi itu sudah membebaskanmu?!”

“Aku baik-baik saja. Tolong sampaikan pada Inspektur Yang, aku akan menghubungi kalian dengan video call. Kuputus, ya.”

Yang terdengar selanjutnya hanyalah nada sambung. Dara menaruh gagang telepon asal dan berlari menuju ruangan Inspektur Yang. Dibukanya pintu ruangan itu tanpa permisi.

“Sandara! Apa yang terjadi? Kau kelihatan buruk sekali.”

“Inspektur, aktifkan video call sekarang juga! Bom tadi menghubungiku, dia bilang akan menghubungi kita dengan video call. Cepat!”

Keadaan langsung berubah repot seketika. Inspektur tak banyak bicara. Dia hanya melipat kedua tangannya di dada, menunggu panggilan masuk. Tiba-tiba di layar muncul Bom dan Seunghyun duduk bersebelahan. Tak kelihatan mengancam sama sekali.

Annyeonghaseyo.” Bom dan Seunghyun menundukkan kepala bersama. Inspektur Yang tak membalas salam mereka, dia hanya berdiri dan memasang ekspresi datar.

“Apa mau kalian? Jadi Park Bom si sniper mencoba untuk membelot atau bagaimana?” Inspektur Yang berkata dengan nada sinis dan terlihat sakit hati melihat anggota kesayangannya duduk bersebelahan dengan penjudi itu seolah tak ada masalah sama sekali.

“Biar kujelaskan terlebih dahulu,” suara Seunghyun yang berat menggema lewat pengeras suara. “Ini semua cuma salah paham. Saya yakin Anda dapat mengerti.”

“Cepat jelaskan kalau begitu. Kuharap penjelasanmu dapat memuau.”

“Sebetulnya video ancaman kemarin hanya sandiwara. Bom baik-baik saja, mungkin, um, sedikit terisolasi. Tawaranku pada Bom adalah dia harus tinggal bersamaku selama dua minggu dan aku akan memberikan Jade of Hearts. Namun, Jade of Hearts yang ada di tanganku palsu. Anda bisa lihat sendiri.” Seunghyun menunjukkan Jade of Hearts palsu yang sudah berubah warna dan batu gioknya tinggal setengah.

“Bagaimana aku bisa percaya kalau ini semua asli dan bukan satu dari sandiwaramu?”

“Kumohon percayalah padaku, Inspektur,” kini giliran Bom yang berbicara. “Percayalah padaku dan Seunghyun. Kami tertipu. Aku sudah mencurigai teman Seunghyun yang memberi Jade of Hearts palsu ini padanya. Kami sudah punya rencana, tapi kami sangat butuh bantuan Anda, Inspektur.”

Inspektur Yang tak langsung menjawab. Ditatapnya wajah Seunghyun yang kaku dan wajah Bom yang penuh harap. Dia mendesah pelan dan melunakkan ekspresi wajahnya.

“Baiklah, tapi berjanjilah padaku kalau kalian tak akan bekerja sama lagi, ini pertama dan terakhir. Aku bisa melihat kalian bekerja sama tak hanya sekedar rasa sama-sama menderita, kan? Kalian tentu telah melewatkan banyak waktu bersama.”

Bom dan Seunghyun tersentak, lalu terdiam. Menyelami pikiran mereka masing-masing. Inspektur Yang memang benar, mereka telah melewati banyak waktu bersama. Bahkan tinggal di rumah yang sama tanpa sadar kalau perasaan dan kebiasaan mereka telah berubah. Bom yang kebekuan hatinya mencair perlahan, dan kehangatan menyusupi kehidupannya perlahan juga, karena lelaki aneh yang ada di sampingnya. Sementara Seunghyun mulai sadar tujuan hidup yang sebenarnya. Menyadari kalau semua kemewahan, harta, kedudukan dan wanita di sekitarnya tak ada artinya. Gadis yang duduk di sampingnya justru terasa lebih pantas untuk diperjuangkan saat ini. Pikiran mereka kini sama-sama meneriakkan hal yang sama,

Jangan membuatku tak bisa melihatnya lagi!

“Sudah kubilang, kan.” suara Inspektur Yang menyadarkan mereka kembali. Bom merasakan pipinya memanas sementara Seunghyun kehilangan kata-kata.

“Sekarang tak perlu basa-basi, Inspektur. Anda akan membantu kami atau tidak?” Seunghyun berdehem. Nada suaranya terdengar gusar.

“Baiklah, beri tahu padaku rencana kalian.”

Bom dan Seunghyun saling berpandangan, tersenyum senang. Setitik harapan menghiasi pikiran mereka. Namun mereka juga sadar satu hal,

Jika Jade of Hearts kembali, merekalah yang akan terpisah.

 

***

 

Malam itu tiba, malam pesta cocktail yang menentukan segalanya.

Seunghyun memandangi Bom dengan perasaan takjub. Dia memang tahu kalau Bom cukup manis untuknya, tapi dia baru sadar kalau wanita itu punya pesona tersendiri. Bom terlihat sangat anggun dengan gaun biru metalik panjang dengan belahan tinggi. Rambutnya dikepang, manis sekali.

“K-kau cantik, kalau kau mau tahu.” Seunghyun menggandeng tangan Bom dan mereka berjalan menuju Lambo hitam milik Seunghyun. Bom tertawa pelan dan mengamati Seunghyun. Dia memakai tuksedo biru tua yang senada dengan gaunnya.

“Kau juga tampan, dan kau pasti sudah tahu itu.” kini Bom terbahak dan dibalas tatapan gusar Seunghyun. Mereka memasuki mobil bersama. Bom langsung membuka dashboard yang sudah mereka isi dengan senjata sementara Seunghyun mengemudikan mobilnya.

“Pelan sedikit, ada beberapa yang belum terisi peluru.” protes Bom saat merasakan laju mobil yang kencang. Tatapannya tak lepas dari berbagai macam revolver yang sedang diisinya dengan peluru.

“Hei, cantikmu berubah menyeramkan dengan revolver sebanyak itu. Taruh saja dulu, anggap saja kencan atau apa.” Seunghyun menggeleng pelan sementara Bom langsung merengut. Kencan? Kalau saja malam ini bukan untuk mendapatkan Jade of Hearts, mungkin bisa disebut begitu.

Mobil berhenti di depan rumah yang sama besarnya dengan rumah Seunghyun, namun halaman depannya lebih sempit. Bom menatap rumah itu seksama.

“Oke, jadi kita akan masuk dan menyamar sebagai tamu....”

“Kita memang tamu, kita punya undangan asli.” Seunghyun memotong kalimat Bom dan melambaikan undangan di wajah Bom. “Aku bukan penyusup sepertimu dulu.”

“Oke, kita masuk dan bertingkah seperti selayaknya tamu, oke? Kita cari Kwon Jiyong secepat mungkin. Kalau bisa dengan tawaran, aku lebih setuju. Tapi kalau harus pakai senjata, apa boleh buat. Sudah mengantongi senjata?”

“Yup.” Seunghyun membuka tuksedonya, dan beberapa revolver tertempel di tuksedonya. Cadangan peluru juga tersimpan di kantung tuksedonya. “Kau sendiri?”

“Tempat Mrs. Smith menaruh pistol biasanya dimana? Kau pasti tahu sendiri.” Bom tertawa pelan sementara Seunghyun mengernyitkan keningnya.

“Baiklah, ayo.” Seunghyun membuka pintu mobil dan membukakan pintu untuk Bom. Mereka berjalan memasuki tempat pesta. Suasananya lebih tenang dan lebih tertata dibanding pesta yang diadakan Seunghyun tempo lalu.

“Kau pembuat pesta yang payah, pestamu waktu itu menjijikkan, tahu.” Bom berbisik dan mulai melingkarkan tangan di lengan Seunghyun. Seunghyun tersenyum samar.

“Kan, kau sendiri yang menghancurkan pestaku.”

Seorang wanita dengan rambut coklat terang mendekati mereka. Gaunnya mini, berkilau dan sangat ketat. Stiletto-nya sangat tinggi sampai membuat Bom takut wanita itu dapat terjungkal kapan saja.

“Ah, welcome, brother!” wanita itu tersenyum riang melihat Seunghyun dan melirik Bom dengan senyuman yang sama pula. “And his cute girlfriend, right?”

“Ah, annyeong noona.” Seunghyun tersenyum dan menganggukkan kepalanya sopan. “Pesta yang bagus.”

“Kau lebih baik bilang begitu pada Jiyong saja,” Dami mengalihkan pandangannya kepada Bom yang masih terdiam. “Mian, aku lupa namamu. Um, Park...”

“Park Bom. Senang bertemu denganmu, unnie.”

“Imutnya! Panggil aku begitu kapanpun, oke? Kau bertemu dengan Seunghyun dimana? Apa pekerjaanmu?”

Bom menggenggam tangan Seunghyun erat, gemetar. Dia tak tahu harus jawab apa.

“Ah, dia model di Victoria’s Secret.” Seunghyun menjawab asal namun air mukanya tetap serius. Bom berusaha menahan tawanya sekuat mungkin. “Aku bertemu dengannya saat liburan di Jeju waktu itu, noona. Dia sedang pemotretan di pantai. Kudekati saja. Akhirnya dia bisa kukenalkan juga padamu.”

“Menariknyaaaa! Ya ampun, apa aku harus jadi model juga supaya mudah didekati lelaki? Baiklah, silahkan nikmati pestanya, jaga gadismu, Seunghyun. Banyak yang memperhatikannya.” Dami melambaikan tangannya dan berjalan menuju tamu yang lain.

“Kau ini dasar bodoh!” Bom tertawa dan memukul lengan Seunghyun pelan. “Kenapa harus Victoria’s Secret?!”

“Itu, kan, brand terkenal. Kau yang tak tahu mode.”

“Itu brand pakaian dalam dan lingerie! Sejak kapan pakaian dalam dipakai untuk ke pantai?!”

Seunghyun tak menjawab celaan Bom. Dia justru melepaskan tangan Bom dan berjalan menghampiri seorang lelaki berambut pirang yang sedang memegang gelas sampanye. Wajah Seunghyun berubah kaku.

“Oh, hai hyung!” lelaki itu melambaikan tangannya pada Seunghyun. Seunghyun tak balas melambai dan menarik lelaki itu dari kerumunannya.

“Katakan padaku dimana Jade of Hearts yang asli.” lelaki itu memucat. Kata-katanya tergagap. Bom yang melihatnya berjaga dari jarak jauh. Dia tahu pasti siapa lelaki itu, dia Kwon Jiyong.

“Sudah kuberikan sebagai hadiah waktu itu, kan?”

“Jangan pura-pura bodoh!” Seunghyun berteriak dan menghempaskan Jiyong ke lantai. Jiyong sedikit mengaduh kesakitan. “Itu palsu, aku tahu itu palsu! Cepat berikan yang asli atau aku akan membunuhmu!” Seunghyun mengeluarkan satu revolver dari tuksedonya dan mengacungkannya ke arah Jiyong. Suasana langsung hening.

“Kau yang terlalu bodoh, hyung. Kenapa kau mau menerima yang palsu?”

SHUT...”

“Ada apa?” seorang lelaki yang lebih tua muncul. Dia lebih kelihatan awet muda untuk usianya yang jelas di atas Bom dan Seunghyun. Bom dan Seunghyun sama-sama tercekat. Pikiran mereka tiba-tiba melayang, memutar memori yang membekas dalam ingatan mereka...

[ FLASHBACK MODE ]

Bom POV

Kupeluk boneka yang basah dan memerah karena darah merembes ke dalamnya. Darah mereka, darah ayah, ibu dan kakak mengalir menghampiriku. Darah itu seolah mengajakku untuk bergabung bersama mereka. Deru nafasnya terdengar jelas, wajahnya sangat menakutkan. Pistolnya sudah ada tepat di depanku. Sebentar lagi aku akan mati.

Ya, melanjutkan hidupku yang bahagia di surga...

“Kalian semua memang pantas mati! Ya, bahkan benih kecil sepertimu harus mati!!” dia menarik pelatuknya perlahan, kututup mataku rapat-rapat dan mempersiapkan diriku ditembus timah panas dari situ.

Tiga, dua, sa...

“Lepaskan senjatamu dan angkat tangan! Kau telah terkepung!” kubuka mataku dengan sekali hentak. Polisi. Seorang polisi wanita memelukku erat.

“Sudah, tak apa. Kau aman sekarang.” polisi wanita itu membawaku keluar. Kulihat jasad ayah, ibu dan kakak. Lalu kulihat wajah penjahat itu.

Garang, menakutkan.

Cahaya mobil menyilaukanku. Aku dimasukkan ke dalam mobil polisi. Dari kaca mobil kulihat penjahat itu digiring paksa. Tangannya diborgol. Aku bersembunyi dan benakku mengatakan satu hal,

Aku harus membunuhnya. Membalas dendamku padanya.

 

Seunghyun POV

“Kapan kau akan membayar hutang, hah?!” lelaki itu mengangkat kerah ayah tinggi-tinggi. Tanganku mengepal, aku marah! Dasar manusia biadab! Apakah dia tak melihat kehidupanku yang sudah tak punya apa-apa karena dia?! Bahuku didorong pelan oleh ibu ke belakang.

“Tahan emosimu, Seunghyun.”

“S-secepatnya.” ayah tercekat karena jalur nafasnya terhalang.

Tiba-tiba Hyeyoon noona datang, pulang sekolah. Senyumnya hilang ketika melihat ayah yang terangkat kerahnya. Dilemparnya tas sekolah sembarang dan mencoba menurunkan ayah.

“Lepaskan ayah! Kubilang lepas!” Hyeyoon noona berteriak sambil menangis. Air matanya mengalir tanpa henti.

“Memangnya kau bisa apa agar ayahmu selamat?”

“Aku akan bekerja untukmu. Mulai besok. Kulakukan apapun, tapi jangan siksa ayahku lagi. Tenagaku cukup kuat untuk bekerja.”

Lelaki itu tersenyum nakal lalu menarik Hyeyoon noona ke dalam pelukannya.

“Mungkin sekarang kau bisa mulai. Ayo ikut aku.” lelaki itu menarik paksa Hyeyoon noona masuk ke mobilnya. Air mataku yang kini tak bisa berhenti mengalir. Sebelum pintunya ditutup, Hyeyoon noona berteriak padaku,

“Lanjutkan sekolahmu, Seunghyun! Jaga ibu dan ayah, oke?”

Selanjutnya aku tak bisa melihatnya lagi. Mobilnya berjalan sampai menghilang dari pandanganku.

[FLASHBACK MODE END]

Bom dan Seunghyun mendekati lelaki itu bersamaan. Mereka telah menemukan waktu yang tepat untuk membalas dendam mereka masing-masing, pada satu orang yang sama. Lelaki yang telah membuat hidup mereka membeku.

“Kurasa aku tahu kalian,” lelaki itu mengusap dagunya yang belum dicukur, rambut-rambut halus tumbuh di sana. “Kau gadis yang hampir kubunuh dan... kau lelaki yang jadi penjudi karenaku? Ingatanku bagus sekali, ya.”

“Apakah kau terlibat dalam kasus Jade of Hearts? Aku berusaha menaruh hormat padamu, lho.” Bom memainkan alisnya sementara Seunghyun menempelkan moncong revolver-nya di pelipis lelaki itu.

“Ya. Aku menyelundupkannya lewat lelaki pemilik pesta ini. Boleh kau ambil, kok.” lelaki itu menekan sebuah tombol dari papan kecil yang dikeluarkan dari saku jasnya. Dinding di depan mereka berbalik dan sebuah etalase perhiasan muncul. Jade of Hearts menempati tempat paling luas. Bom dan Seunghyun berjalan bersama mendekati etalase itu.

“Tapi tak semudah itu, kalian memang bodoh.” bunyi ‘bip’ yang keras menggema di ruangan. Mesin hitung mundur menyala di sekitar etalase. Langkah mereka terhenti sejenak. Ruangan akan meledak dalam...

Sepuluh.

Seunghyun menggenggam tangan Bom erat. Mereka berjalan bersama.

Sembilan.

“Kau harus tahu sesuatu, Park Bom.”

“Apa?”

Delapan.

“Kalau aku mencintaimu. Tak apa kalau aku harus mati sekarang. Setidaknya aku sudah mengutarakan perasaanku.”

Tujuh.

Seunghyun melepaskan genggamannya dan mulai mencoba membuka gemboknya. Bom ingin membantu, namun tangan Seunghyun menghalaunya.

“Biar aku saja.”

Enam.

Bom gemetar. Perasaan yang sama menghinggapinya.

Perasaan takut saat seluruh keluarganya dibantai.

Lima.

Sebuah tangan menggamit Bom dan membawanya lari keluar. Bom berusaha melepaskan tangan itu, namun dia tersentak saat melihat wajah orang itu.

“Inspektur Yang?!”

Empat.

“Ayo selamatkan dirimu. Jade of Hearts yang asli sudah diselamatkan petugas diam-diam, jangan banyak protes! Kenapa kau lupa rencanamu sendiri?!”

“Selamatkan Seunghyun juga, Inspektur! Kumohon!”

Tiga.

Bom menoleh ke belakang. Dia tak bisa melihat Seunghyun. Hanya kerumunan tamu yang sedang dievakuasi para petugas.

“Seunghyun juga seorang dewasa, tentu dia bisa menyelamatkan dirinya sendiri.”

Dua.

Bom dan Inspektur Yang sudah ada di luar ruangan.

“Selamatkan Choi Seunghyun, kumohon! KUMOHON!”

Satu.

BUM!

Bom bisa melihat asap membumbung tinggi. Diperhatikannya satu persatu tamu yang ada di luar. Tak ada wajah Seunghyun. Dadanya terasa sesak, sangat sesak. Tanpa ragu dia menangis sejadi-jadinya. Sesak itu tak mau hilang. Kehangatan yang baru ditemukannya menghilang. Melebur dengan asap. Menjelma jadi panas yang membahayakan. Sepertinya baru kemarin dia merasakan feromon kuat lelaki itu.

Nado, Choi Seunghyun. Nado saranghae....”

 

***

 

Tiga tahun kemudian.

Bom menutup laporan kasusnya yang baru dan bersiap menyerahkannya ke Inspektur Yang. Namun kegaduhan di luar ruangannya terlihat lebih menarik. Para rekan sesama polisi wanita menjerit seolah sedang menonton konser artis idola mereka.

“Perhatian semua! Kita mendapat seorang kawan baru. Mungkin kita sudah tak asing dengannya. Tapi dengan visi dan pekerjaan barunya, tentu ini menjadi awal baru untuknya. Silahkan.”

Bom merangsek menembus kerumunan dan melihat seorang lelaki tinggi berjaket kulit. Pandangannya agak terhalang karena lelaki itu menoleh ke belakangnya.

“Namaku Choi Seunghyun. Mohon bantuannya.” lelaki itu membuka topi yang dipakainya dan pandangannya langsung beradu dengan Bom. Senyum Bom merekah, dia tahu kalau kehangatannya tiga tahun lalu masih ada.

Masih dan selalu ada.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
immafans #1
Chapter 1: Ini bagus. Tapi kok ya masa tbtb nembak terus minta jade of heart agak gak logis sih menutku hehe. Aku pikir si bom bakal nyolong itu berlian terus ketauan.