kereta senja (2)

TIME

a/n : HE HE HE. selamat menikmati keabsurd-an dari mama papa besar kita. check it out! fanxing shipper, i love you~


Yixing memperhatikan tiket yang berada di tangannya. Tiket berwarna silver yang terlihat berbeda dengan tiket yang biasanya ia beli. Tiket untuk perjalanan tidak terbatas? Dengan kereta senja? Apa ada yang seperti itu? Yixing bemonolog dalam hati. Seumur-umur ia tidak pernah mendengar tentang kereta senja. Ia bahkan sudah tiga tahun bolak-balik dari Beijing ke Changsa.

Apa karena dirinya sendiri yang terlalu kuper, ya?

Yixing membolak-balikkan tiketnya. Bingung antara mengikuti perkataan Kris atau tetap tinggal. Masalahnya ia baru mengenal pria itu. Bahkan di pertemuan pertama mereka, mereka sudah bertengkar hebat seperti tom dan jerry.

Tapi tawarannya sangat menggiurkan. Ketempat yang tidak kamu duga kan? Mungkin saja itu ke paris? Atau ke Seoul? Hahaha. Yixing tertawa dalam hati.

Lalu setelah bergulat dengan pikirannya, Yixing memilih untuk pergi karena lumayan juga menghabiskan malam dengan sesuatu yang membuatmu penasaran. Daripada harus berdiam diri tidak melakukan apa-apa di tengah peron.

Yixing mengambil tasnya lalu berjalan pergi masih dengan tiket yang berada di tangannya.

Gerbong nomor 7.

Memangnya ada berapa gerbong di disini? Dan lagi, kereta yang mana yang merupakan kereta senja? Benar-benar si Kris itu. Tidak memberitahunya dengan jelas. Awas saja kalau sampai ia berbohong.

Langkah kakinya menapak ringan. Memperhatikan lalu lalang di sekelilingnya. Puluhan rupa dan pasang mata bergantian memenuhi peron. Mungkin lain kali, Yixing akan memilih peron sebagai tempatnya untuk berdiam diri. Atau ketika ia harus lari dari masalahnya sejenak? Ayolah, semua orang di peron mungkin sibuk dengan urusannya masing-masing dan tidak akan memperdulikanmu ketika kamu menangis ataupun sedang merasa terbebani. Itu hanya teorinya saja sih.

“Lain kali aku akan menyuruh Chanyeol bersemedi disini untuk merubahnya menjadi pemuda yang lebih normal.” Katanya bermonolog. Seringaian dibibirnya tercipta saat teringat tentang pemuda yang ia anggap seperti adiknya sendiri itu—meskipun Chanyeol sering membuatnya frustasi.

Mata Yixing berbinar saat melihat satu-satunya kereta yang berhenti dengan angka nomor 7 yang tercetak besar-besar di salah satu gerbongnya. Langkah Yixing semakin cepat. Ia memasuki gerbong nomor 7 dan memperhatikan sekelilingnya.

Tidak banyak orang yang ada disini. Bahkan ia bisa menghitungnya dengan jari. Pandangan Yixing terpaku pada salah satu sudut gerbong yang memperlihatkan Kris disana. Senyumnya mengembang. Ia mendekati Kris dan mendudukkan diri di sampingnya tanpa berkata apapun. Membuat Kris menoleh karena merasa seseorang mengisi tempatnya.

“Aku tau kamu pasti datang.”

Yixing tidak menoleh. “Ini hanya karena aku tidak mau mati kebosanan di tengah-tengah peron.”

“Bilang saja kamu memang ingin bersama denganku.”

“Jangan terlalu percaya diri, Kris. Ini bukan seperti yang kamu pikirkan.”

Kris tersenyum samar. Menyamankan posisinya di samping Yixing. Ia melepaskan salah satu earphone di telinganya dan memasangkannya di telinga Yixing. Membuat Yixing sedikit terkejut tapi tidak memprotes. Ia menikmati lagu yang terdengar di sana. Ah, dentingan piano. Klasik. Kesukaannya.

“Akhirnya kamu memanggilku dengan benar, Yixing.”

.

Yixing sedikit heran tentang pertemuannya dengan Kris. Ia tidak menyangka kalau ternyata Kris itu salah satu senior di kampusnya. Meskipun begitu, tetap saja Yixing terkejut. Cerita yang pasaran. Seperti di novel-novel yang pernah ia baca. Tapi maaf saja, ia tidak akan berakhir dengan jatuh cinta kepada pria itu nantinya. Yixing bukan orang yang mainstream—mungkin.

Gerbong kereta mulai bergerak. Yixing masih tetap pada posisinya. Ia mengalihkan pandangannya keluar jendela. Menikmati pemandangan yang tidak biasa dari Beijing. Persawahan yang terhampar ratusan hektar di depannya dengan latar belakang matahari sore yang menambah keindahan hari itu.

“Jadi ini alasan kenapa kereta ini di sebut kereta senja? Karena saat kereta ini berjalan, tepat pada saat matahari akan tenggelam?” tanyanya menoleh kepada Kris.

“Iya, memangnya kamu tidak tau?”

“Begitulah...”

“Kamu saja yang kurang pengetahuan, Xing.”

Alis Yixing nyureng. Mungkin kesal karena perubahan sikap Kris yang seperti bunglon. Kadang manis kadang dingin.

“Gimana aku tau? Aku aja baru tau ada yang seperti ini. benar-benar kayak dongeng.”

Melipat tangannya didada, Yixing mempoutkan bibirnya kesal. “Heh, tidak semua di jaman yang maju ini, hal-hal seperti ini juga ikut lenyap ya. Makanya kamu jangan terlalu terbawa dengan arus tekhnologi jaman sekarang yang cuma bisa menjerumuskanmu ke hal-hal yang tidak baik.” Kata Kris lagi.

“Kenapa jadi menceramahiku sih. Sudah, kamu diam saja. Dari pada kamu ngomong bibir kamu itu kayak burung beo tau.”

Kris menurut. Menertawakan sikap Yixing dalam hati. Kalau boleh jujur, Yixing itu lucu sekali ya.

“...Xing.”

“Hm?”

“Memangnya kamu mau kemana?” Kris bertanya. Ia membenarkan posisi scarf nya yang berantakan. Yixing baru sadar, sedari tadi pria di sampingnya itu mengenakan scarf seperti di musim dingin. Padahal ini bukan musim dingin. Benar-benar orang yang aneh.

“Aku mau ke Changsa. Menemui nenekku disana. Aku rindu padanya. Tapi karena bocah idiot itu, aku jadi ketinggalan kereta karena harus mengerjakan tugas miliknya.”

Kereta senja terus melaju. Tidak sadar bahwa sepanjang perjalanan hanya sawah dan perkebunan yang terlintas. Ia melihat Kris tertawa kecil. Dia jadi terlihat berbeda. Jadi terlihat... tampan. Mungkin otaknya habis terbentur palang kereta karena berfikir seperti itu.

“Siapa?”

“Chanyeol.”

“Ah... anak itu.”

“Kamu kenal dia?” Yixing terkejut.

“Hm. Junior yang menyebalkan. Cola ku sering di ambil tanpa permisi olehnya. Tapi dia manis sekali.”

Alis Yixing nyureng lagi kali ini. kok Kris jadi seperti fanboy nya Chanyeol begini. Dia geleng-geleng kepala mendengarnya.

“Jangan suka pada Chanyeol ya. Dia sudah punya pacar.”

“Hah? Siapa yang suka padanya. Aku kan sukanya kamu, Xing.”

Apa Katanya?!

.

Yixing benar-benar terkejut setengah mati. Dia menoleh kepada Kris tapi dia malah nemuin Kris lagi ketawa-ketawa.

“Yaampun. Aku bercanda, Xing. Serius banget sih. Masa aku suka sama kamu? Kita aja baru bertemu. Lagian kamu galak kayak ibu-ibu kosan.”

Yixing menghempaskan tubuhnya keras-keras sebagai tanda marahnya dia sama Kris. Enak saja dia di kerjai seperti itu. Memangnya Yixing itu tidak punya perasaan apa jadi Kris bisa seenaknya main-main begitu. Gini-gini, Yixing juga punya malu. Untung saja pipinya tidak kebablasan merah tadi. Kalau iya mungkin saat itu juga Yixing akan menyelupkan kepalanya ke dalam sumur karena malu.

.

Kereta mereka berhenti di sebuah stasiun di pesisir pantai. Yixing melongo melihat sekelilingnya. Semuanya pantai. Yang benar saja. Sejak kapan ada stasiun di pantai seperti ini. Lama-lama kepala Yixing jadi puyeng kerena memikirkan hal ini.

Kris tertawa saat melihat Yixing yang terlihat bingung sejak tadi.

“Kris!”

Yixing berlari kecil menghampiri Kris karena pria itu sudah berada jauh darinya. Namun tanpa di duganya, Kris justru berlari menjauhi Yixing.  Membuat Yixing melotot karena kaget.

“Tu-tunggu, Kris!”

Yixing berteriak mencoba mengejar Kris yang semakin kencang berlari. Apa-apaan ini. Yixing tidak tahu tempat apa ini, tapi Kris justru mengajaknya bermain kucing-kucingan. Dia mau membuat Yixing tersesat, ya.

Desiran angin yang kencang membuat Yixing harus menyipitkan mata selama berlari karena beberapa butir pasir halus yang masuk ke matanya. Sialan, Kris harus tanggung jawab karena membuatnya lari-larian begini. Ia berusaha membuat matanya tetap terbuka karena sepertinya Kris tidak mau berhenti.

“A-ah!”

Tubuh Yixing terpental dengan keras karena menabrak Kris yang berhenti tiba-tiba. “B-bbuh! Bbuh! Aduh, Kris! Kalau mau berhenti bilang-bilang dong! Jangan mendadak begitu! Tidak tau apa badanmu itu keras kayak gulingnya Chanyeol?! Sakit sekali, tau! Aku jadi terpental begini kan—duh, pasir sialan!”

Yixing marah-marah membetulkan tubuhnya yang penuh dengan pasir. Lidahnya menjulur keluar karena beberapa pasir yang tidak sengaja masuk ke dalam mulutnya. Yixing mendongak dan melihat sekelilingnya takjub. Sementara Kris masih diam seperti patung bodoh di depannya. Ia menoleh kecil kepada Yixing dan tersenyum datar.

Yixing baru menyadari pemandangan di sekitarnya begitu mempesona. Jajaran pohon yang—Yixing tidak tahu namanya—berbaris menjulang meliuk-liuk terkena angin sore. Burung-burung camar melintas dengan barisan yang rapih membentuk seperti suatu benda. Di hiasi dengan latar belakang langit senja yang menjadi point utama keindahan sore itu.

“Yixing? Kamu menyukainya?”

Suara baritone itu terdengar nyaring di telinga Yixing, membuatnya berhenti sejenak mengagumi pemandangan indah di hadapannya sekarang. ia mendongakkan kepalanya dan menatap Kris lekat.

“Suka. Sangat suka.”

Kris tertawa kecil. Ia memang yakin Yixing akan menyukainya. Tangannya menarik Yixing untuk berjalan lebih jauh. Ia tersenyum tipis begitu menyadari keterkejutan Yixing melalui gerakan tangannya yang gelisah. Tapi ia tetap menggengamnya. Tangan mungil Yixing terasa begitu pas dengan tangan besarnya.

Yixing menunduk malu. Mengutuk dirinya yang memberikan respon berlebihan untuk sentuhan Kris. Tidak sesuai dengan akal pikirannya. Tapi ia tidak menolak. Terlalu malu untuk sekedar menatap wajah Kris sekarang.

Mereka berhenti di bawah salah satu pohon yang berjajar itu.

He. Yixing merasa aneh saat tautan tangan mereka mulai terlepas. Ia dengan canggung mendudukkan dirinya di samping Kris yang sudah duduk duluan. Menolehkan kepalanya kesana kemari untuk mencari-cari sesuatu. Ah! Itu dia. Rupanya di tempat seperti ini masih ada yang berjualan makanan ya.

“Uh—Kris!”

Yixing menoleh menatap Kris yang sedang menikmati pemandangannya.

“Apa?!”

“Kamu mau kesana tidak? Membeli sesuatu untuk dimakan.”

Kris menolehkan kepalanya mengikuti telunjuk Yixing. “Ngapain?”

“Ya beli makanan lah! Kan aku sudah bilang.”

“Kamu saja beli sendiri. Aku tidak minat.”

Yixing cemberut. Mengutuk sikap Kris yang tidak peka sama sekali. Kan uangnya tinggal sedikit. Lagipula Kris yang sudah menumpahkan makanan miliknya tadi. Jadi seharusnya, ia berhak meminta pertanggung jawaban saat ini.

Yixing memiringkan kepalanya malu-malu.

“Kamu harus membelikan makanan untukku, Kris.”

“Kenapa harus?”

Kris membalas singkat. Ia membaringkan tubuhnya di hamparan pasir yang bersih. Menumpukan kedua tangannya di belakang kepala sebagai tumpuan. Tidak menyadari perubahan wajah Yixing yang semakin gelap.

Semilir angin yang berhembus membuat Kris merasa nyaman.

“Karena kamu sudah numpahin makanan ku tadi. Jadi aku minta kamu untuk tanggung jawab.”

“Kan tiket itu sudah jadi bentuk pertanggung jawabanku. Masa aku harus mentraktirmu juga? Kamu mau memerasku, ya?” Godanya.

Yixing gelagapan karena dituduh seperti itu. Wajahnya memerah.

“Eh, enak aja! Bukan begitu! Aku hanya—“

“—hanya apa?”

“…U-Uangku habis.” Yixing menundukkan kepalanya dalam-dalam. Duh, perut sialan. Memaksa Yixing menjatuhkan harga dirinya seperti ini.

Kris tertawa geli saat mendengar pengakuan Yixing yang menurutnya sangat lucu. Kris bangun dan duduk menghadap Yixing. Membuat Yixing lagi-lagi  harus memundurkan tubuhnya karena kaget.

Ia baru sadar jika tidak banyak orang yang melintasi pantai ini. Dalam keadaan seperti ini, Yixing justru takut jika terjadi apa-apa padanya. Desiran ombak yang halus membawa pasir-pasir lembut bersama kerang kecil tersapu kearahnya. Bahkan suara air laut yang berdesir itu mampu ia dengar karena sunyi nya keadaan mereka saat ini.

Kris tersenyum tipis. Masih diam memperhatikan Yixing yang menatapnya takut.

Ia mendekatkan wajahnya kepada Yixing. Meneliti setiap inci polesan karya tuhan yang begitu sempurna. Dalam hati ia tertawa keras karena merasa senang memperhatikan ekspresi konyol Yixing saat ini.

Yixing merasakan hawa dingin menyerangnya karena lagi-lagi ia mampu menghirup hembusan nafas Kris yang—yaampun, manly sekali!—tepat di depan wajahnya.

“A-apa yang kamu lakukan, bodoh?!” Yixing mencoba bersuara. Kris diam sejenak lalu tangannya bergerak mengambil sesuatu yang berada di dalam tas nya.

“Aku punya roti. Ini untukmu semua… Kamu seperti nya kelaparan sekali.” Kris menyerahkan beberapa bungkus roti yang berada di tangannya dengan menahan tawa.

“…”

Yixing tidak bersuara.

“Habiskan ya. Roti itu kubeli di toko yang super mahal. Jadi jangan sampai ada yang tersisa. Ah… menyenangkan sekali disini.”

 Kris kembali membaringkan tubuhnya di hamparan pasir yang luas. Membiarkan Yixing bergulat dengan pikirannya sendiri. Ia tersenyum saat melihat Yixing mulai memakan roti pemberiannya tanpa berkata apapun.

.

Setelah menghabiskan—dengan terpaksa—roti pemberian Kris, ia menyandarkan tubuhnya pada pohon. Menghirup dalam-dalam udara segar yang jarang ia rasakan selama tinggal dengan status ‘mahasiswa’ di Beijing.

Perlahan senyumnya mengembang. Berterimakasih kepada Kris dalam hati karena membawanya kesini. Selama di Beijing, ia tidak pernah mendapat kesempatan untuk menyenangkan dirinya sendiri seperti ini. ia hanya akan sibuk dengan tugas-tugas kuliah dan kerja sambilannya. Bahkan saat ia memiliki freetime, ia hanya akan memanfaatkan waktu itu untuk beristirahat sejenak kemudian ia akan kembali dengan kesibukannya.

Ia memperhatikan Kris. Pemuda itu sedang tertidur sekarang. Yixing terdiam mengingat pertemuannya dengan Kris. Ia bertanya-tanya sebenarnya siapa dia. Pemuda yang memejamkan matanya saat ini dengan semilir angin yang membuat helaian rambutnya berterbangan. Memberikan kesan damai pada Kris.

Yixing penasaran tentang kereta senja. Alasan dibalik Kris membawanya kesini selain ‘bentuk permintaan maaf kepadanya’ bagaimana dia yang tidak tau mengenai adanya hal seperti itu. Tentang Kris yang terlihat mengenal dirinya lebih dari pertemuan pertama mereka.

Yixing bangkit dan berjalan mendekati air laut. Berjongkok untuk bermain-main dengan kerang laut di depannya. Lalu ia mengambil sebatang kayu kecil untuk menuliskan sesuatu disana. Ia tertawa kecil. Merasa senang dengan apa yang ia lakukan.

“Apa yang kamu lakukan disitu? Nanti bajumu basah. Kalau sudah basah aku tidak mau membawamu pulang.”

Suara baritone Kris menyentaknya. Ia menoleh cepat dan berusaha untuk menutupi apa yang sudah dilakukannya.

“Bukan apa-apa. Jangan kesini. Disini banyak kepiting nanti kamu digigit.” Balasnya membuat Kris menatap nya datar.

“Aku benar-benar akan meninggalkanmu disini kalau kamu basah, Yixing.”

Kris melangkahkan kakinya mendekati Yixing membuat Yixing cepat-cepat menutupi pekerjaannya. Kris mengernyit penasaran. Lalu ia dengan tiba-tiba mengangkat tubuh Yixing yang sedang berjongkok untuk memindahkannya dari sana, membuat Yixing berteriak-teriak karena malu dan terkejut dengan apa yang Kris lakukan padanya.

“Dasar mesum, siapa yang menyuruhmu menyentuh tubuhku?!”

Yixing hanya mampu berteriak karena kini Kris membelakangi nya. pemuda itu tidak bersuara sedikitpun. Membuat Yixing melihatnya takut. Oh tidak.

Kris membalikkan tubuhnya dan menatap Yixing tajam. Tubuh Yixing merinding di tatap seperti itu. Ia bersiap untuk melarikan diri namun tubuhnya terlebih dahulu ditarik paksa oleh Kris sehingga ia jatuh telentang dan merasakan beban di tubuhnya. Matanya membulat horor saat menyadari Kris lah yang berada di atasnya.

“Berani-beraninya kamu mengataiku, Pendek!”

“Siapa yang mengataimu, Kris!”

“Jadi, ‘Kris si tinggi menjulang seperti tiang jemuran yang beralis bulu ayam, terima kasih sudah membawaku ke tempat yang indah ini’—bukan mengataiku?! Lalu apa?”

“Aku berterimakasih!”

“—Dengan mengataiku?!”

“Aku tidak mengataimu! Itu kan kenyataan!”

Kris dengan cepat mendekatkan wajahnya kepada Yixing membuat pemuda yang berada dalam kungkungannya itu memejamkan matanya erat karena takut.

Kris berhenti. Membiarkannya seperti itu bermaksud membuat Yixing ketakutan. Ia tersenyum tipis saat menyadari jarak diantara mereka benar-benar terpaut hanya beberapa centi. Lucu sekali menggoda Yixing seperti ini.

Ia menggulingkan tubuhnya kesamping dan berbaring disana. Membiarkan Yixing yang masih terpaku pada posisinya karena belum sepenuhnya menyadari bahwa Kris sudah tidak lagi berada diatasnya.

“Kamu boleh membuka matamu, Yixing.”

Yixing mengerjap-ngerjapkan matanya dan menoleh ke samping kirinya, mendapati Kris yang sudah berbaring nyaman.

Ugh, apa itu tadi.

Yixing masih terdiam. Memperhatikan burung-burung camar di atasnya untuk menghilangkan rasa canggung.

“Aku juga sebenarnya sama sepertimu.”

“...Eh?”

“Aku kehabisan tiket kereta untuk ke Seoul. Kamu pasti penasaran kenapa aku tiba-tiba mengajakmu kesini?”

Kris mendudukkan dirinya dan menatap Yixing. Yixing juga melakukan hal yang sama. Benar sekali, ia sangat penasaran.

“Aku melarikan diri. Aku akan ke Seoul untuk menemui sepupuku disana.”

“Kenapa kamu melarikan diri?”

Hari semakin gelap. Perlahan sang oranye menenggelamkan diri digantikan dengan para bintang dan bulan. Tapi keduanya masih bertahan di posisi yang sama. Membiarkan kenyamanan melingkupi mereka berdua. Air laut perlahan menjauh. Tidak sampai membuat keduanya kebasahan. Tapi pemandangan malam tidak kalah indah. Memberikan mereka kesempatan untuk menghabiskan malam berdua di bawah sang rembulan.

“Saat aku pulang ke rumah. Aku pikir papa membuka bisnis baru. Seperti sebelumnya. Karena aku melihat banyak karangan bunga yang indah tersampir di pekarangan rumah.”

Kris mengamati ekspresi Yixing. Menunggu Yixing mengucapkan sesuatu. Tapi pemuda itu masih diam memperhatikan Kris.

“Biasanya saat papa berhasil membuka bisnis baru, akan ada banyak ucapan selamat yang dikirim untuk perusahaan barunya bahkan sampai kerumah.”

“...Tapi kali ini berbeda. Itu bukan ucapan selamat untuk bisnis baru papa. Tapi untuk mama yang pergi...ninggalin aku sama papa. Dan aku nggak tau sampai kapan dia pergi. mungkin untuk selamanya sampai aku sama papa nyusul dia.”

Kris bukan orang yang melankolis. Dia tidak akan membiarkan air matanya jatuh di hadapan pemuda di depannya itu. Sebenarnya dia memang tidak akan menangis sih. Karena menangis bukan gayanya. Sementara Yixing tersenyum tipis. Mencoba menghibur Kris dengan memberikan usapan lembut di punggungnya.

“Bagaimana bisa kamu menceritakan hal ini kepada orang asing sepertiku, Kris?”

Semilir angin malam berhembus sedikit kencang. Tubuh Yixing memberikan respon yang setara. ia menggigil kedinginan. Kris menyadarinya dan merapatkan tubuhnya mendekati Yixing. Memberikan selimut alami untuk Yixing dengan mengalungkan tangannya di bahu Yixing yang bergetar kecil.

“—Sebenarnya kamu bukan orang asing untukku. Dan... terimakasih kembali karena sudah menemaniku disini, Zhang.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
dimpleXING
ff absurd yang main juga absurd. emak bapak fanxing aku kangen kalian~ thank u subs vote dan commentnya! ㅠㅠ

Comments

You must be logged in to comment
MamaSehun #1
Chapter 4: Hahh... Baru baca ffmu karena baru nemu. Maaf gak komen dri awal, jdi langsung aja dsni XD
Kirain ini bakal jd ff dg konflik berat soalnya gue pikir kereta senja itu bkal bwa mereka ke neverland, taunya ke pantai doang. Abis kris sok mistis gtu kwkwkwk. Overall keren kok, gue demen nih ff kocak macem gni. Sumpah kris gajenya amit2 bnget hahaha...
KikyKikuk #2
Chapter 4: 1). Aku jg suka Beast,jd kita sama thor *tos*
2). Ini lawak krna klakuan Kreasse yg idiot maximal itu,masa mau nembak kek gtu caranya xD
3). Tolong jgn lg taro suami aku yg LAKI bgt itu (re:Kai) "dibwh" TT^TT dia jantan lho..
afindaxoxo #3
tag nya coba ditambahin kray... soalnya bnyak yg buka aff dgn tag kray ^^
Clovexo
#4
Chapter 4: ini dua orang pada gesrek apa gimana sih? terutama yifan.. gaya amet nembak pake begituan wkwk.. mana abis itu blg ada yg nemenin dia main sama ace lol
Mokuji #5
Chapter 4: A, ace, tiba tiba keinget, keinget abi yifan lagi nimang nimang ace :' da aku ma apa atuh cuma butiran kerikil di pinggir pager, cuma bisa membayangkan doang hehe
pollydimples
#6
Chapter 4: Demi Tuhan! Ini pasangan absurd bingits sih! Aneh bin ajaib gituh. Hahaha :))
Tapi seneng skali, akhirnya jadian. Yeayy!
Btw, gak sabar nunggu Yixing ketemu Ace xD
ReiSama #7
Chapter 4: Yixing lg sakit malah dikerjain...tapi, senengnya mereka uda jadiaaannnnn.. *horeee traktirann!!!
pacar baru buat temen maen ama Ace.. kekekekeee... bikin keluarga baruuu>>>daddy Yifan, papa Yixing dan son(?) Ace...
:D
makasiiii uda update di tengah kesibukannya... ^^
aku suka ma ff ini..tapi ini uda end yaa.. :( sebenarnya sihh aku pengen kelanjutannya.. :( tapi author lagi sibuk ya..
makasiiiiiiih banyak uda bikin cerita ini yaaa... ^_^
dan
tetep semangat!
~♥~
good luck~
llalallala #8
Chapter 3: Oh jadi yang stalker itu yifan ya? Aduh bisa aja nih manfaatin kekuasaan bapaknya ckck.. yixing yaampun! Cukup kris aja yang nista kamu jangaaann
Oke lanjut lanjut authornim *wink*