The Royal Bodyguard

Mate

Jongdae kembali duduk di kursi kemudi. Tak ada suara yang tercipta, hanya suara sepatu kuda yang terdengar. Bahkan Taeyong yang tak suka keheningan tak membuat suara sama sekali.

Kejadian di pasar tadi masih terekam jelas di kepala Jongdae. Suara pangeran itu bahkan terus terngiang ngiang di kepalanya. Bahkan yang muncul di benak Jongdae sedari tadi hanya wajah sang pangeran yang tengah tersenyum manis kearahnya.
"Hyung pohon!"
Seruan Taeyong membuat Jongdae sadar dari lamunannya. Jongdae bisa melihat sebuah pohon mendekat kearahnya. Namun tiba tiba hilang dan hanya suara decitan tapak kaki kuda yang terdengar.

"Hyung kau tak papa?" Suara Taeyong membuat Jongdae menolehkan kepalanya. Matanya membulat menemukan adiknya itu sudah duduk di sampingnya dan memegang tali kekang kuda.
"Kalau hyung lelah buar aku yang mengendalikan kuda ini."
Jongdae terdiam sebelum menatap tak yakin kearah adiknya itu.
"Tenang saja hyung. Aku loh yang tadi membuat kuda ini menghindari pohon besar yang hampir kita tabrak. Sekarang hyung tidur yang manis di belakang. Aku jamin saat hyung membuka mata hyung sudah sampai di depan rumah."

Taeyong mendorong tubuh Jongdae pelan. Jongdae berpindah ke kursi belakang yang sekarang tampak lega karena sudah tak banyak barang.
Jongdae menyenderkan pundaknya pada apapun yang bisa dijadikan senderan disana. Matanya tak lepas dati memandangi punggung adiknya. Ia bisa merasakan kuda yang awalnya diam mulai kembali bergerak. Walau awalnya masih terasa aneh, tapi lama kelamaan kuda itu mulai berjalan seperti biasa.

Jongdae menghela nafas pelan. Satu lagi perbedaan antara ia dengan Taeyong. Taeyong mempelajari sesuatu dengan cepat. Jongdae memerlukan latihan selama kurang lebih sebulan untuk bisa lancar memegang tali kekang kuda. Namun Taeyong, ia hanya perlu sekali menghindari pohon(akibat kebodohan Jongdae) dan penyesuaian selama beberapa detik sebelum bisa dengan lacar mengendalikan kudanya.


□□□


"Jongdae bisa bantu appa untuk memberi makan Jjanggu?"
Jongdae yang tengah memotong sayuran bersama eommanya di dapur melongokkan kepalanya sesaat untuk melihat kearah jendela. Di pekarangan, Taeyong tengah asik menggiring ayam ayam yang tampaknya kabur dari kandangnya. Jongdae tertawa tanpa suara saat melihat adiknya terjatuh karena menangkap seekor ayam.

Jongdae meletakkan pisau di tangannya dan berjalan keluar rumah. Ia membantu Taeyong berdiri. Adiknya itu mengucapkan terima kasih secara singkat sebelum kembali berlari mengejar ayam yang masih mencoba kabur. Jongdae hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya melihatnya.

Jongdae berjalan menuju kandang kuda yang berada tepat di samping gubuk kecil keluarganya. Dengan tumpukan jerami di tangan, Jongdae memasuki kandang kuda dan menyapa kuda coklat yang sekarang sedang tak terikat dengan gerobak di belakangnya.
"Jjanggu~ aku bawakan makanan untukmu~" Jongdae menaruh tumpukan jerami itu di depan Jjanggu. Kuda itu memekik kesenangan sebelum mulai memakan santapannya dengan lahap.
"Aigoo lihat betapa rakusnya dirimu~ apa Taeyong terlalu sering membawamu jalan keliling bukit untuk latihan berkudanya sehingga kau begitu lapar setiap saat?" Jongdae mengelus pelan kuda coklat itu sebelum berjalan ke sisi lain kandang untuk mengisi air minum untuk Jjanggu.

"Kenapa orang orang istana suka sekali mendorongku huh?!"
Jongdae tersentak mendengar nada tinggi milik Taeyong. Tak hanya ia, tapi Jjanggu juga mengeluarkan suara seolah ia juga terkejut.
"Maafkan anak saya tuan. Ada perlu apa tuan ke gubuk kecil milik kami?"
Jongdae segera berlari keluar kandang Jjanggu saat mendengar suara appanya. Jongdae melihat dua orang dengan pakaian pengawal kerajaan berdiri di hadapan appanya dan Taeyong. Sementara kedua bola matanya menangkap sosok yang beberapa hari lalu muncul tiba tiba dan mengatakan hal aneh padanya.

Tampaknya sosok yang masih berada diatas kudanyanya itu menyadari bahwa dirinya tengah menjadi objek pandangan. Karena setelahnya kedua bola mata sosok itu bertemu dengan kedua bola matanya. Hanya sesaat tapi cukup untuk sosok itu menampilkan sebuah senyuman. Senyuman yang sama sekali tak berubah pada saat pertama kali Jongdae melihatnya.
Sosok itu melompat turun dari kudanya dan berjalan mendekati dua orang pengawal serta appa dan adiknya.
"Selamat siang aboenim," sosok itu membungkukkan badannya di depan atah Jongdae sebelum tersenyum hangat kearahnya.
"Ya Tuhan, kenapa pangeran memberi hormat kepada rakyat jelata seperti kami? Maafkan saya, pangeran."
Ayahnya hampir saja berlutut di hadapan sosok itu. Namun Taeyong menahannya.
"Appa! Orang ini yang mengatakan ia akan menculik Jongdae hyung! Kenapa appa harus berlutut di hadapannya?"
"Aku tak akan menculik kakakmu, tenang saja." Sosok itu mengacak ngacak rambut Taeyong namun segera ditepis olehnya.
"Kim Taeyong! Pangeran, maafkan tingkah laku tak sopan anak saya." Jongdae segera berlari menghampiri mereka saat appanya membungkukkan badannya dalam dalam.
"Tak apa. Aku akan menjelaskan maksud kedaranganku kemari." Sosok itu melirik Jongdae yang bersembunyi di balik tubuh Taeyong.
"Silahkan masuk ke gubuk kami dan minumlah secangkir teh,"
"Tak perlu, abeonim," Sosok itu tersenyum. Entah apa yang ada di pikiran Jongdae tapi ia tak tahu kenapa ia memuji sosok itu dalam hati karena tetap berbicara sopan walau kasta sosok itu jauh lebih tinggi dari appanya.
"Saya akan langsung ke inti. Beberapa hari lalu saya tak sengaja hampir menabrak putra bapak hingga kotak berisi sayuran yang dibawanya terjatuh. Saya ingin menebus kesalahan saya dengan mempekerjakan putra bapak di istana."

Jongdae menatap Taeyong yang membulatkan matanya tak percaya. "Maksudmu.. apa aku bisa menjadi pengawal istana seperti mereka?" Taeyong menunjuk dua pengawal yang sedari tadi hanya diam.
"Postur tubuhmu sangat mendukung untuk hal itu. Lagipula, saat pengawalku mencari tempat tinggal kalian berdua, tak sengaja ia melihatmu tengah menunggangi kuda menuruni bukit di belakang sini. Mungkin akan membutuhkan waktu untuk melatihmu. Tapi aku tahu kau adalah orang yang memiliki tekad yang kuat."
Jongdae tak pernah melihat Taeyong sebahagia ini. Ia tak tahu adiknya pernah bermimpi menjadi seorang pengawal kerajaan sebelumnya. Tapi melihat adiknya sekarang seolah ia akan melompat kegirangan sewaktu waktu.

"Tapi saya punya tujuan lain yang merupakan alasan utama kenapa saya menyuruh pengawal saya untuk mencari rumah ini."
Jongdae kembali memusatkan perhatiannya pada sosok itu. Sosok yang perlahan mendekat kearahnya hingga benar benar dekat untuk menggapai kedua tangannya.
Jongdae bisa merasakan kehangatan yang seolah terasa familiar saat kedua tangan sosok itu bertautan dengan kedua tangannya.
"Seperti yang kukatakan pada Jongdae brberapa hari lalu," detak jantung Jongdae yang berdebar tak karuan membuat ia tak sempat berpikir bagaimana bisa sosok yang tengah menggenggam tangannya tahu namanya.
"Aku akan menemukannya dan membawanya ke istana. Bukan untuk menjadikannya sebagai pengawal istana." Sosok itu melepas salah satu tangannya dan membungkukkan badannya pada ayah Jongdae yang sedari tadi diam, dalam keadaan terkejut.
"Abeonim, izinkan saya membawa putra sulung anda ke istana. Bukan sebagai pengawal istana, tapi sebagai permaisuri."

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
chen88 #1
Chapter 2: I hope can realis but you broke my dream
sellyafida #2
Chapter 2: Waahh aku penasaran sama yang jadi pangerannya siapa ? Luhan atau Kai ? Please author nim tolong cepet update yaa . . .
Aku tunggu, jangan lama-lama. OK
MeiliXiaoLu
#3
Chapter 2: Chapter 2 : Update soon ya author, lanjut please.... cerita ini daebak, cute. aku sukaaaaaaaa bgt.
penasaran nih siapa pangerannya :D
athathatha97 #4
Chapter 2: Pangerannya luhan kah? Ahh gils/? Girang sendiri bacanya -_- lanjut kakanya~
LovelyHaeFishie
#5
Chapter 2: Pangerannya siapa???? Omg unyyuuu~ chenchen disini unyu bgt!
chizu_ya #6
Chapter 2: Penasaran siapa yg jadi pangerannya, luhan apa kai,,,,??
isaidso #7
Chapter 1: Can you please translate this to English? I really want to read it.
LovelyHaeFishie
#8
Chapter 1: /klepek2/
Omg....ini unjuh skaleee
chizu_ya #9
Chapter 1: Kaichen ma luchen d 1 cerita, ga sabar nunggu kelanjutannya kyaaaaaaa