Accident

Mate

Mungkin banyak yang mengatakan bahwa hidup di istana adalah impian semua orang. Jongdae selalu mendengarnya sejak kecil. Bahkan adiknya selalu mengajaknya untuk pergi ke istana dan bertemu pangeran tampan, begitu kata Taeyong saat ia menginjak usia 10 tahun. Mungkin ibunya terlalu banyak menceritakan dongeng tentang puteri yang hidup bahagia bersama pangeran tampan di kastil yang megah pada adiknya.

Tapi Jongdae benar benar tak menyangka kalau itu akan terjadi padanya. Anak petani biasa yang tinggal jauh dari kehidupan istana. Hanya karena kejadian beberapa hari lalu, saat ia dan Taeyong membawakan beberapa hasil panen untuk dijual ke pasar karena ayah mereka tengah sakit.

-flashback-

Jongdae memegang kendali kuda yang membawa hasil panen ayahnya. Taeyong adiknya asik memperhatikan jalan. Bibir Jongdae membentuk sebuah senyuman kecil setiap mendengar adiknya itu bergumam kagum pada setiap bangunan bangunan tua yang megah yang mereka lewati.

Ini pertama kalinya Taeyong keluar dari desa. Jongdae pikir usia Taeyong yang sudah menginjak 17 adalah usia yang cukup untuk mengajaknya keluar desa. Sekaligus mengajari adik tampannya itu bekerja sebagai penerus petani.

"Hyung, apa kau mau mengajarkanku mengendalikan kuda ini setelah kita menjual hasil panen kita? Melihatmu mengendalikan kuda ini terlihat sangat keren!"
Jongdae melirik sebentar adiknya itu sebelum mengangguk. "Hyung akan mengajarkanmu."

Perjalanan memakan waktu lama sekitar 3 jam untuk benar benar sampai ke pusat pasar. Jongdae sedikit terkejut saat ia menghentikan kudanya dan menoleh ke belakang, ia menemukan Taeyong masih terjaga dan langsung melompar turun dari kuda. Ia pikir perjalanan panjang bisa membuat adiknya itu bosan dan tertidur.

Jongdae dan Taeyong bergantian mengangkati kotak berisi panen ayahnya ke toko dimana ayahnya biasa menjual hasil panennya. Ini yang paling Jongdae tak suka. Selama ia ikut ayahnya ke pasar, ayahnya tak pernah menyuruhnya untuk membawakan korak kota itu turun dari kuda. Bahkan melarangnya.

Jongdae tak memiliki badan sekekar ayahnya. Bahkan dibandingkan adiknya Taeyong, badan adiknya itu lebih terbentuk. Dan Taeyong lebih tinggi dari Jongdae. Sedari tadi, Jongdae tak melihat raut wajah kesulitan setiap kali Taeyong memindah mindahkan kotak kotak itu. Sedangkan dirinya? Jongdae merasa dirinya benar benar payah didepan adiknya itu.

"Kau menjatuhkannya! Maka kau harus menggantikan semuanya!" Jongdae tersadar dari lamunannya saat mendengar adiknya berteriak. Ia mencari sosok Taeyong dan menemukan adiknya itu berdiri di hadapan buah hasil panen yang berserakan.
"Kuda tuanku bahkan tak menyentuh sama sekali buah buahmu itu."
Jongdae membelalakkan matanya saat melihat seorang pemuda tinggi tegap mendorong tubuh adiknya hingga terhuyung ke belakang. Jongdae segera menaruh kotak di tangannya dan menghampiri adiknya.

"Ya! Aku tahu kau tinggi bahkan lebih tinggi dariku! Tapi kau tak punya hak untuk mendorongku! Kaupikir kau siapa?"
Jongdae menahan Taeyong yang hendak berangsur maju. Jongdae memperhatikan pria tegap di hadapannya sekali lagi. Pakaian yang dikenakan pria itu bukan pakaian seperti kebanyakan orang orang di pasar ini.
Jongdae terdiam sesaat dengan tangan yang masih berusaha menahan Taeyong. Kedua mata Jongdae kembali membelalak saat menyadari sesuatu. Segera ia menjatuhkan tubuhnya ke tanah. Bersujud.
"Maafkan saya tuan. Maafkan says dan adik saya atas kejadian ini."
"Hyung?"
Jongdae tak berani untuk mengangkat tubuhnya dari posisi sujudnya. Sungguh bodohnya ia baru menyadari bahwa yang di hadapannya adalah pengawal kerajaan. Jika ada pengawal kerajaan disini, pasti ada pangeran yang bersamanya.

"Hey, buah ini tidak buruk. Apa aku boleh menborong semua kotak yang masih berada di kereta kudamu?"
"Ta-tapi tuan-"
"Zitao, kenapa kau mendorongnya jika aku yang salah? Aku melamun sehingga tak melihatnya. Aku meminta maaf,"
Jongdae yang masih tetap pada posisinya mendengar semuanya. Ia menunggu beberapa saat untuk mendengar Taeyong angkat bicara. Namun adiknya tak kunjung bicara sampai ia merasa tubuhnya diangkat hingga ia kembali berdiri.
Di hadapannya, berdiri pria tampan yang tersenyum manis dengan balutan pakaian kerajaan yang jauh lebih bagus.

Jongdae tahu yang dihadapannya ini adalah putra kerajaan atau lebih tepatnya seorang pangeran. Dan Jongdae tak bermaksud kasar dengan tak memberi hormat. Tapi Jongdae seolah tersesat diantara kedua bola mata miliknya
"Kau manis," tenggorokan Jongdae terasa tercekat mendengar ucapan yang lolos dari bibir seorang pangeran di depannya.
"Dan cantik."
Bahkan Jongdae tak bereaksi apa apa saat tangan pangeran itu mengusap pipinya yang merah merona lembut.

Dan tubuh Jongdae seolah membeku saat wajah pangeran itu perlahan mendekat ke arahnya. Jongdae menahan nafasnya saat pangeran itu mendekatkan bibirnya ke telinga Jongdae.
"Aku akan menemukan rumahmu dan membawamu ke istana."

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
chen88 #1
Chapter 2: I hope can realis but you broke my dream
sellyafida #2
Chapter 2: Waahh aku penasaran sama yang jadi pangerannya siapa ? Luhan atau Kai ? Please author nim tolong cepet update yaa . . .
Aku tunggu, jangan lama-lama. OK
MeiliXiaoLu
#3
Chapter 2: Chapter 2 : Update soon ya author, lanjut please.... cerita ini daebak, cute. aku sukaaaaaaaa bgt.
penasaran nih siapa pangerannya :D
athathatha97 #4
Chapter 2: Pangerannya luhan kah? Ahh gils/? Girang sendiri bacanya -_- lanjut kakanya~
LovelyHaeFishie
#5
Chapter 2: Pangerannya siapa???? Omg unyyuuu~ chenchen disini unyu bgt!
chizu_ya #6
Chapter 2: Penasaran siapa yg jadi pangerannya, luhan apa kai,,,,??
isaidso #7
Chapter 1: Can you please translate this to English? I really want to read it.
LovelyHaeFishie
#8
Chapter 1: /klepek2/
Omg....ini unjuh skaleee
chizu_ya #9
Chapter 1: Kaichen ma luchen d 1 cerita, ga sabar nunggu kelanjutannya kyaaaaaaa